Prolog

684 63 10
                                    

サスケの幸せ
Happiness for Sasuke



Hanya kebahagiaan yang ia harapkan. Akankah ia bisa mendapatkannya?




-
*

Umurnya masih 5 tahun, dia masih sekecil itu untuk mendapatkan pukulan dari orang tuanya. Anak kecil itu menangis, mengemis meminta diperhatikan dan kasih sayang. Bukan tatapan benci diiringi layangan tangan penuh tenaga yang menyakitkan.

"Ayah, sekali saja. Aku mohon," anak itu memohon dengan air mata mengalir deras di kedua pipinya. Tangannya mencengkam erat celana pria dewasa yang di panggil nya ayah itu.

Fugaku mengabaikan tangisan putra ketiganya. Ia lebih memilih menggendong putra keduanya dan menggandeng putra sulungnya. Giginya bergemeletuk, ia selalu membenci putra ketiganya itu. Semakin ia tumbuh, wajahnya semakin mirip dengan mendiang wanita yang dahulu begitu ia sayangi.

Sasuke tergusur di tanah saat sang ayah mulai berjalan. Sasuke bahkan mengabaikan kakinya yang terasa sakit akibat tergores permukaan jalan yang penuh batu dan kerikil. "Ayah, aku juga mau. Tolong, sekali saja peluk aku," Sasuke masihlah menangis, ia bahkan tersedak air matanya sendiri.

Bukannya menghentikan langkah, Fugaku malah menendang tubuh kecil itu hingga tersungkur jauh darinya. Mata onyx-nya menatap tajam penuh kebencian sebelum akhirnya meludah kasar.

"Enyahlah dari hadapanku, anak sial!"

Hanya kalimat itulah yang Fugaku tinggalkan untuk putranya yang menangis meraung-raung dengan pipi lebam dan kaki hingga paha yang mulai mengeluarkan darah.

*

Setelah apa yang terjadi tadi pagi, Sasuke langsung pergi di kamarnya tanpa mengobati lukanya. Tangannya membuka laci meja nakas dan memandangi sebuah botol kecil putih yang berisi obat. Jujur, ia memang tidak sering meminum obat itu. Ia hanya akan meminumnya disaat ia ingin hari segera berakhir.

Karena itu adalah obat tidur.

Entah darimana anak sekecil itu bisa mendapatkannya. Tidak ada yang tahu.

Setelah menelan obat tidur, Sasuke langsung terlelap begitu saja. Dengan pakaian kotor dan kaki berdarah-darah. Ia tertidur seakan tidak terjadi apapun. Hingga malam pun tiba, suara ketukan pintu terdengar.

Mau tak mau bungsu Uchiha itu harus bangun.

Melirik cermin, mata onyx-nya bisa melihat matanya merah dan sembab. Namun ia mengabaikannya, ia bahkan tidak perduli dengan rasa nyeri di kedua kakinya.

Ketika membuka pintu, bukan hal baik yang ia dapati. Rasa nya terlalu dingin hingga tanpa sadar ia menggigil ketika mendapati siraman air sedingin es yang ia terima dari Akashi-kakak laki-laki keduanya yang berusia 10 tahun itu.

"Bangunlah. Bereskan perpustakaan, itu berantakan." Akashi berujar saat melihat Sasuke basah kuyup.

Sasuke mengangkat kepalanya. Ia tahu, perpustakaan berantakan pastilah ulah orang dihadapannya itu. Bibir pucatnya bergetar, "Kenapa? Memangnya aku salah apa?"

Tidak ada jawaban dari sang lawan bicara. Itu sungguh membuatnya kesal luar biasa, sungguh. Namun Sasuke tidak berani mengungkapkan kemarahannya, ia lebih memilih membanting pintu dan menguncinya dari dalam.

Happiness for Sasuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang