16. Juu Roku

408 46 9
                                    

"Adikmu itu, dengan kondisinya sekarang. Aku menyarankan untuk melakukan perawatan secepatnya.

*

Dalam mimpi yang gelap, Akashi terdorong ke masa lalunya yang menyakitkan. Dia merasakan dinginnya malam yang gelap di sudut jalan yang sepi. Di hadapannya, Tayuya berdiri dengan lembut, namun jarak antara mereka terasa seperti jurang yang tak terlampaui.

Mata onyx-nya menatap sang kekasih dengan tatapan memohon."Tayuya, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu," suaranya gemetar dengan harapan yang terpendam.

Tayuya, dengan mata penuh kekhawatiran dan sedih, menggeleng. Ia menjawab, "Maafkan, Akashi. Aku harus fokus pada lomba piano internasional yang akan datang."

Wajah Akashi memerah oleh kemarahan yang menyala di dalam dadanya. Ini sudah keempat kalinya Tayuya menolaknya dengan alasan yang sama. Akashi muak, sejak Tayuya masuk klub piano, gadis itu memiliki waktu yang singkat untuknya.

Padahal, hanya Tayuya yang Akashi punya sebagai sandarannya selama ini disaat keluarganya mengabaikannya. Tayuya adalah sosok yang bagaikan mentari di kehidupannya yang gelap penuh rasa iri dan benci ini. Gadis itu mampu memberinya warna kehidupan, namun ia merasa kesal pada gadis itu sekarang.

"Terserahlah, kau selalu begitu!"

Langkah-langkah Akashi meninggalkan Tayuya terdengar seperti guruh di malam yang sunyi. Tanpa melihat ke belakang, dia berjalan dengan langkah cepat, hatinya penuh dengan kekecewaan dan penolakan yang membakar.

Dengan kekesalannya, ia menyebrang jalanan tanpa menoleh kanan-kiri.

TIIINNN!

Namun, ketika dia hampir mencapai peetengahan jalan, suara deru mesin truk menderu di telinganya. Dalam kilatan cahaya lampu, Akashi terpaku. Otaknya gagal loading. Suara klakson itu terdengar menggema, melumpuhkan seluruh indra di tubuhnya. Saat itulah—

"AKASHI!"

BRUK!

Tubuhnya terlempar begitu merasakan dorongan kuat dari belakang diikuti suara gadis yang beberapa saat yang lalu bicara dengannya. Seluruh tubuhnya sakit, kepalanya membentur trotoar jalanan hingga berdarah. Namun bukan itu yang Akashi pikirkan.

Ketika dia membuka matanya, dia melihat wajah Tayuya yang lemah, dengan tubuh penuh luka wanita itu berdarah-darah. Bahkan tangan kanannya pun tergilas ban truk. Mata gadis itu belum terpejam. Iris onyx-nya Akashi terbelalak dengan apa yang dia lihat. Dengan tubuh yang lemas luar biasa, ia berjalan terhuyung menghampiri sosok Tayuya.

Tayuya memaksakan tersenyum meskipun tubuhnya sangat sakit luar biasa. Dengan sisa tenaganya, Tayuya mengangkat jari tangannya yang penuh darah dan menghapus air mata mengalir di pipi kekasihnya.

"Aku tidak bisa selalu disampingmu, maaf." bisiknya dengan napas terakhirnya, sebelum matanya terpejam untuk selamanya.

Dalam keheningan yang mencekam, Akashi merasa hampa. Dia merasakan kehilangan yang tak terlukiskan, pahitnya penyesalan yang melilit erat di dalam dadanya. Dan dalam gelapnya malam, dia menangis untuk kehilangan yang tak tergantikan.

Mimpi Akashi berubah menjadi dunia yang gelap dan kosong. Dia merasakan kekosongan di sekitarnya, tetapi tiba-tiba, ada sesuatu yang hangat yang memeluknya erat. Ketika dia berbalik, mata onyx-nya terbelalak lebar. Ia melihat wajah Tayuya, kekasihnya yang telah tiada, tetapi tampak hidup dan bercahaya.

"Tayuya..." desis Akashi dengan suara yang penuh dengan kebingungan dan rindu.

Tayuya tersenyum lembut kepadanya, dan dalam tatapan matanya terpancar kehangatan yang menghibur. "Aku selalu ada di sini untukmu, Akashi," bisiknya dengan lembut, suaranya memecah keheningan.

Happiness for Sasuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang