14. Juu Yon

212 37 6
                                    

Langit kini berubah, menjadi warna sedikit ke oranye-an. Sasuke memandang ke bawah, orang-orang semakin kecil saja setiap saat wahana yang ia naiki semakin bergerak ke atas.

Setelah menaiki roller coaster, Sakura kembali menyeretnya menaiki wahana lain, bianglala.

Lagipula naik bianglala di sore begini bukanlah hal buruk. Mereka bisa melihat langit senja dan matahari yang terbenam dari atas bianglala.

"Lihatlah keluar, Sasuke. Indah bukan?" Sakura menunjuk ke liat jendela.

Sasuke mengikuti pandangan Sakura. Memang indah sekali, tidak ada yang bisa menolak pesona matahari yang terbenam malu-malu menuju perpaduannya. Onyx-nya beralih, menatap Sakura yang tersenyum menikmati pemandangan di hadapannya.

Senyum gadis itu cukup menular, tanpa sadar Sasuke menarik sedikit ujung bibirnya.

"Eh, Sasuke sudah pernah dengar mitos ini belum?" Emerald Sakura beralih, fokus pada mata onyx-nya saat ini.

Sasuke mengerutkan kening, mitos?

"Apa?"

"Katanya, jika lawan jenis berciuman di atas bianglala di sore hari, mereka tak akan pernah terpisahkan."

Entah kenapa perkataan Sakura membuat pipi Sasuke sedikit panas. Disaat seperti ini, tiba-tiba mengucapkan soal mitos, dan apa yang terjadi di toko aksesori.

Memikirkan apa maksudnya, jantung Sasuke berdebar sedikit lebih kencang. Jangan bilang kalau Sakura mengajaknya—

"Ppfft, jangan bilang kau percaya?" Sakura tertawa geli. Melihat reaksi Sasuke yang sedikit salah tingkah ditambah pipinya yang agak memerah membuat Sakura tidak tahan untuk tertawa terbahak-bahak. "Apa yang kau pikirkan, Uchiha Sasuke?"

"U-urusai!"









サスケの幸せ
Happiness for Sasuke


Hanya kebahagiaan yang ia harapkan. Akankah ia bisa mendapatkannya?














Sarapan di keluarga Uchiha memang selalu diselimuti udara dingin. Tidak ada canda tawa ataupun gurauan. Di meja makan ini, semuanya terasa canggung dan membosankan. Ditambah ketidakhadiran sang ayah yang sudah pergi ke luar negri karena urusan bisnis sejak dua minggu lalu, hanya Sasuke dan Akashi yang makan. Itachi tidak ada di Mansion sejak kemarin.

Setelah menghabiskan sarapannya, Sasuke langsung memberekan alat-alat makannya.. Mata onyx-nya melirik Akashi yang sedang duduk di kursi sebrangnya seraya memainkan ponselnya.

Melihat kakak keduanya, Sasuke jadi teringat tingkah Akashi kemarin pagi. Di hari ulang tahunnya, orang yang notabenya selalu menindasnya tiba-tiba mengucapkan selamat dan memberikannya hadiah. Kotak kecil yang Akashi lempar kemarin adalah jam tangan bermerk yang cukup mahal.

"Apa?" Merasa dirinya di perhatikan, Akashi melirik Sasuke.

Menggeleng Sasuke memilih untuk diam dan tidak berinteraksi banyak dengan kakak keduanya itu dan pergi ke sekolah. Kata-kata yang dilontarkan Akashi sebenarnya cukup mengganggu pikirannya. Ia tidak tahu kasih sayang siapa yang ia renggut dari Akashi, termasuk makna ucapan kakaknya itu soal ibunya yang rela mengorbankan nyawa untuknya.

Mengorbankan nyawa itu artinya ibunya rela kehilangan nyawa untuknya. Mau dipikirkan bagaimana pun, Sasuke merasa ingatannya buntu. Tidak banyak dari ingatan masa kecilnya yang bisa ia ingat, termasuk saat bersama mendiang ibunya.

Satu-satunya ingatan yang tersisa hanyalah ibunya yang terbaring di rumah sakit. Hanya itu.

Sebenarnya apa yang ia lupakan?

Happiness for Sasuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang