10. Juu

202 41 10
                                    

"Tidak aku sangka kejadiannya sampai seperti itu," komentar Ino. Sedangkan Naruto mengangguk setuju.

Saat ini, ada 3 orang sedang berdiri di koridor sekolah yang menuju toilet. Tempat yang lumayan sepi meskipun ini masih jam istirahat. Setelah Sakura keluar dari Kantin, akhirnya gadis itu punya waktu untuk mengobrol bersama dua sahabatnya.

"Rasanya aku tidak bisa meninggalkannya sendirian sekarang," Sakura menegak sekaleng cola yang ia bawa dari kantin dan melemparnya ke tong sampah di sampingnya. "Setidaknya sampai keadaan mentalnya baik-baik saja."













サスケの幸せ
Happiness for Sasuke

Hanya kebahagiaan yang ia harapkan. Akankah ia bisa mendapatkannya?













Kelas renang telah berakhir beberapa saat yang lalu.

Di tepi kolam renang sekolah, Naruto menyelinap keluar dari bilik ganti, membiarkan angin sejuk menyapu wajahnya yang berkeringat. Sasuke, duduk di samping kolam, menatap ke dalam air dengan pandangan kosong, tidak sadar akan kehadiran Naruto.

Mungkin saja Sasuke mengira sekarang para siswa sudah kembali ke kelas dan ia sendirian disini tanpa meyadari kehadiran Naruto. Sepertinya anak itu melamun, tubuh bagian atasnya terbuka.

Dalam diam, Naruto mulai melangkah mendekati Sasuke. Matanya terpaku pada tubuh Sasuke yang penuh dengan luka lebam dan bekas luka yang tersembunyi di bawah sinar mentari.

Ah, ia tiba-tiba teringat percakapannya dengan Sakura dan Ino setelah dari kantin saat istirahat barusan. Pemuda pendiam ini sekilas memang tampak baik-baik saja, Naruto tidak menyangka jika Sasuke hampir saja menghilangkan nyawanya beberapa hari yang lalu.

Jangan bilang kalau anak itu berniat mati menenggelamkan diri di kolam sekolah.

"Hey," sapa Naruto.

Sasuke menoleh, sekilas ia terlihat terkejut. Namun sepertinya Sasuke pandai mengontrol ekspresinya, kini tatapan dinginnya menyelusuri wajah Naruto dengan ekspresi acuh tak acuh.

Meskipun dalam diamnya, Sasuke was-was karena ini adalah pertamakalinya orang lain selain keluarganya melihat tubuh bagian atasnya. Ah, salahnya juga yang hanya menyampirkan pakaiannya di bahu tanpa berniat memakainya.

"Apa yang kau inginkan, Uzumaki?" tanya Sasuke sinis.

Naruto menggigit bibirnya, merasa sedikit gugup namun tetap mantap. "Apa... kau baik-baik saja? Luka-luka itu..."

Dalam hati, Sasuke bertanya-tanya kenapa anak itu tiba-tiba mendekatinya. Apa dia menginginkan sesuatu darinya?

Sasuke menatap Naruto dengan tatapan tajam, seakan mencoba menembus jauh ke dalam diri Naruto. "Bukan urusanmu."

Namun, Naruto tidak bisa menahan diri. Ia memberanikan diri menatap Sasuke tegas. Melihat sosoknya yang seperti ini, membuat kenangan lama yang menyakitkan terlintas di benaknya.

"Kau tidak baik-baik saja, kan?" tanya Naruto. Kini ia ikut duduk di samping pemuda Uchiha itu dan kembali menelusuri tubuhnya yang penuh dengan bekas luka dan cambukan itu. Ah, jangan lupakan memar ada di mana-mana. "Ceritalah, kau bisa mempercayaiku. Aku tahu sakitnya, setidaknya aku pernah mengalaminya."

Sasuke terdiam sejenak, matanya menatap jauh ke dalam kolam renang, seolah mencari jawaban di dalam air yang tenang. Onyx-nya melirik Naruto yang juga menatap kolam di hadapan mereka.

"Kau pernah?"

Menaikkan bahunya acuh, Naruto menurunkan sebagian kakinya ke kolam hingga menenggelamkan sebagian kakinya hingga betis. "Aku diculik sejak bayi, penculik itu membesarkanku di lingkungan yang kurang bagus. Bertahun-tahun aku selalu menemui pukulan hampir setiap hari. Yah, setidaknya sampai ayahku menemukanku pada akhirnya."

Happiness for Sasuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang