6. Roku

236 50 9
                                    

サスケの幸せ
Happiness for Sasuke

Hanya kebahagiaan yang ia harapkan. Akankah ia bisa mendapatkannya?






Tidak ada yang bisa Sasuke lakukan untuk menghilangkan suasana canggung ini. Setelah kata-kata terakhirnya, tidak ada respon berarti dari kakak sulungnya. Itachi hanya menatapnya yang sedang berpakaian tanpa dengan ekspresi datar sebelum akhirnya fokus pada ponsel di tangannya.

Mengambil remote televisi, Sasuke memilih mengisi ruangan itu dengan suara-suara dari acara televisi ketimbang keheningan berat seperti sebelumnya.

Ah, diam-diam ia berharap Sakura segera kembali sekarang.

"Seminggu lagi adalah hari ulang tahunmu. Kau masih selalu datang ke makam itu sendirian setiap tahunnya, kan?" tanya Itachi tiba-tiba.

Mata onyx-nya melirik Itachi dengan kening berkerut. Tidak biasanya kakaknya itu menanyakan hal itu. Sasuke mengalihkan perhatiannya dari televisi, "Kenapa kau bertanya?"

"Ya..." Itachi menaikkan bahunya acuh. "Aku juga ingin mengunjungi makam ibu bersamamu, jika kau tidak keberatan."

Jujur Sasuke merasa Itachi semakin aneh disini. Ia memiringkan kepalanya tak mengerti. Apa itu artinya Itachi ingin merayakan ulang tahunnya bersama dengannya? Hal yang tidak pernah Itachi lakukan selama Sasuke hidup.

"Dulu kau sangat ingin diperhatikan, bukan?" Itachi tersenyum, entahlah. Tapi senyum itu bukanlah senyum lembut kasih sayang. Bagi Sasuke, Itachi tampak tersenyum sendu, ia tidak tahu apa artinya. "Untuk ulang tahunmu yang ke 17, aku pikir sedikit perhatianku untukmu cukup menjadi hadiah, bukan?"

"Kenapa tiba-tiba? Kemana saja kau di hari ulang tahunku yang sebelum-sebelumnya? Kenapa kau menjadikan sedikit perhatianmu sebagai hadiah di usiaku yang sudah tidak mengharapkannya?"

Itachi bangkit dari duduknya. Kini ia berdiri di samping ranjang Sasuke yang menatapnya heran. Itachi mengangkat tangannya dan tersenyum, sebuah senyum tulus yang tak pernah Sasuke lihat seumur hidupnya dari Itachi.

Itachi mengetuk dahinya dengan dua jari, hal kecil itu membuat mata Sasuke membola kaget.

"Karena seumur hidupmu, setidaknya aku harus membuatmu bahagia di satu waktu, Baka-Otouto."

*

Pria yang dijuluki 'Pasir Merah' sebagai petarung handal itu kini berjalan seraya membaca setiap nomor di tiap kamar pintu lantai 2 rumah sakit ini.

Saat sampai dipintu yang ia cari-cari ketika hendak membukanya, Sasori mengurungkan niat. Hazelnya menatap lift yang baru saja terbuka dan adiknya yang baru saja keluar dari lift dengan membawa nampan berisi dua mangkuk yang asapnya masih mengepul dilengkapi dua gelas jus.

Khawatir, Sasori spontan berlari ke arah sang adik dan mengambil nampan di tangannya. Lelaki berambut merah itu menatap makanan yang adiknya bawa dengan kening berkerut. Agak heran mendapati segelas jus tomat disana.

"Untukmu?" tanya Sasori.

"Bukan," Sakura menggeleng. Kini mereka berjalan beriringan menuju kamar rawat yang tadi Sasori cari. "Untuk Sasuke."

Sasori mengangguk. Ia tahu nama adik dari sahabatnya yang sedang dirawat di rumah sakit itu. Ngomong-ngomong soal saudara Itachi, Sasori kembali teringat perbuatannya pada Akashi beberapa saat yang lalu.

Happiness for Sasuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang