11. Juu Ichi

198 44 6
                                    

Sasuke duduk sendirian di sudut ruang kamarnya yang agak gelap. Beberapa butir obat di tangan kanannya, obat yang sudah menjadi teman setianya sejak lama. Ia merasa napasnya semakin sesak, dan ketika dia menatap cermin di depannya, ia melihat perubahan yang mengkhawatirkannya. Tubuhnya mulai membengkak di beberapa area, tanda-tanda bahwa penyakit gagal jantungnya semakin memburuk.

Sambil menahan rasa sakit yang menusuk-nusuk, Sasuke mencoba untuk tidak memikirkan betapa rapuhnya tubuhnya.

Setiap kali dia menghela napas, rasanya seperti sebuah beban besar menekan dadanya. Pikirannya terus-menerus memutar balik kejadian-kejadian yang telah membawanya ke titik ini. Rasa putus asa dan kelelahan telah menghantui pikirannya selama bertahun-tahun, membuatnya merasa bahwa hidupnya tak lagi memiliki arti.

Namun, hari ini sedikit berbeda. Sebuah kejutan kecil dari dua orang murid baru di sekolahnya telah mengubah sedikit keinginan hidupnya. Sasuke tiba-tiba mengingat senyum hangat yang diberikan oleh Sakura saat berbicara dengan topik random. Juga Naruto yang meskipun tingkahnya sedikit sembarangan. Meskipun hanya sebentar, itu memberinya sedikit cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti pikirannya.

Mata onyx-nya melirik obat-obatan yang menumpuk di samping ranjangnya. Rasanya setiap kali ia ke rumah sakit jumlah obat juga dosisnya semakin naik. Entah kenapa ia merasa sedih melihatnya saja.

Dalam keputusasaan nya ini, apakah ia mulai berharap hidup sedikit lebih lama?









サスケの幸せ
Happiness for Sasuke

Hanya kebahagiaan yang ia harapkan. Akankah ia bisa mendapatkannya?














"Apa ada pergerakan dari Akashi akhir-akhir ini?" Sasori menghisap rokoknya dan menghembuskan nafasnya di udara. Mata hazelnya melirik Itachi yang kini sedang menatap pemandangan kota di malam hari.

Itachi menggeleng. Akhir-akhir ini Akashi terlihat lebih tenang dari biasanya. Anak itu menjalani kehidupan kuliahnya dengan baik. Bahkan sejak Sasori memukul Akashi di rumah sakit waktu itu, Akashi sudah jarang menginjakan kakinya pulang ke Mansion.

Dia selalu ada di asrama kampus.

"Maafkan adikku, Sasori." Itachi melirik sahabatnya itu, "Andaikan saja Tayuya masih hidup, adikku tidak akan seobsesi itu pada Sakura."

Sasori mengangguk. Itachi pernah memceritakan kondisi keluarga Uchiha padanya. Ia juga tahu bahwa sepanjang hidupnya, Akashi tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari siapapun selain Tayuya.

Akashi dan Tayuya saling mencintai. Tayuya selalu perhatian dan mendahulukan Akashi dalam hal apapun dan menomor duakan dirinya. Karena itulah Akashi sangat tergila-gila pada mendiang kekasihnya itu.

"Tapi kau mengelola keamanan rumah ini dengan sempurna, ya." Itachi menoleh, menatap komputer Sasori yang berada di atas meja dengan beberapa kabel tertancap disana. "Kau bisa mengatur dan mengacaukan sinyal-sinyal wireless internet dari hal yang mengancam adikmu. Kau bahkan meretas beberapa CCTV di sekitar kediaman ini."

"Aku tidak ingin mengambil resiko lagi. Adikku terlalu berharga." Melempar puntung rokoknya, Sasori mengambil segelas teh dan menegaknya.

"Ah, ya. Ngomong-ngomong tadi sore pelayan di Mansion sangat ribut. Apa kau tahu jika adikmu dan Sasuke berdans—"

"Jadi karena itu, ya aku tidak melihat Akashi-san akhir-akhir ini."

Sakura yang tiba-tiba muncul di balkon spontan membuat dua orang itu kaget. Hal yang mereka sengaja sembunyikan dari Sakura, apakah akhirnya harus terbongkar hari ini?

Happiness for Sasuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang