{BPIHY} 03

996 150 33
                                    


"Gue emang Nakal ghin, tapi ngga harus gini kan caranya.? Mereka masih anggep gue anak ngga sih.? Atau gue ini anak pungut.? Masa mereka buang gue gitu aja.? Ngasih gue ke laki-laki yg ngga pernah gue kenal sebelumnya.! Apa maksudnya coba kalau ngga ngebuang gue.?"

"........."

"Terbaik apanya.? Bullshit.! Mereka cuma ngga mau buang-buang duit buat ngebiayain gue. Dan akhirnya mereka buang gue ke gadun itu.! Harusnya gue kabur dari kemarin atau ngga gue bundir aja sekalian.!"

"........."

"Ngga gitu gimana.? Nyatanya hidup gue emang ngga ada artinya buat siapapun, bahkan diri gue sendiri. Gue kehilangan kebebasan, kehilangan masa muda gue, terus apa gunanya gue hidup.?"

Tuuttt...

Gadis itu menutup panggilannya, setelah menumpahkan emosinya pada ghina.
Sebulan setelah pernikahan, hidup seatap dengan pria yg tidak pernah dia kenal, tidak pernah dia cintai, dan tidak pernah dia bayangkan akan hidup bersama, membuatnya sangat tertekan.
Tidak, Yoongi tidak memperlakukan Jimin dengan buruk, apalagi menyakiti Jimin.

Tapi nyatanya gadis itu tetap tidak bisa.
Namun secuek-cueknya Jimin, dia tetap ingat status nya sebagai orang dan harus melayani suaminya dengan baik.
Tapi demi Tuhan, di usianya yg masih terbilang sangat muda, dia sendiri belum paham bagaimana cara melakukan semua itu.?
Yg terlintas di kepalanya adalah, mengapa orang tua nya tega membiarkan nya menanggung beban itu di usianya yg terlalu muda ini.?

Di tambah dengan perlakuan baik dan lembut nya komandan Yoongi membuatnya semakin tidak enak hati.
Sejauh ini, Yoongi sudah melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dengan sangat baik.
Tapi Jimin tidak pernah melakukan apapun untuk pria itu, bagaimana bisa tidak menjadi beban pikiran.?

Tentu saja hal itu terfikir oleh Jimin.
Karena nyatanya, senakal apapun dia, secuek apapun dirinya.
Masih ada sisi polos dan perasa dalam diri gadis itu.
Faktanya, dia hanya gadis kecil yg polos, dan selalu memikirkan orang-orang disekitarnya, juga berusaha memberikan feedback yg baik pada mereka.

"Aarrghhh.. Bisa gila gue lama-lama.!" Teriak gadis itu frustasi

"Gila kenapa.?" Suara berat itu menginterupsi nya, membuat Jimin menoleh kearah pintu kamarnya, seorang pria tengah berdiri dengan balutan kemeja dinas warna hitam disetiap hari kamis nya

"Ngga, ga apa-apa" jawab nya seadanya

Yoongi menghela nafas, lalu berjalan kearah tempat tidur, dimana istrinya tengah duduk disana.

"Kamu ada Maslaah.?"

Raut sendu masih terlihat jelas di wajah Jimin, membuat Yoongi khawatir dan turut bersedih menyaksikan tangis sang istri.

Jimin menjawab dengan gelengan, sembari menundukkan kepalanya.
Andaikan pria ini tahu bahwa masalahnya berasal dari dia sendiri, mungkin Yoongi akan langsung merutuki dirinya habis-habisan.

"Kok nangis.? Coba cerita sama saya" katanya lagi dengan lembut, tapi dengan kalimat itu Yoongi berhasil menyentuh perasaan Jimin

Gadis itu malah semakin menangis, dan kini bagus nya bergetar, menandakan tangisan nya kian keras.
Yoongi yg melihat itu meraih tangan Jimin untuk ia genggam.
Sebenarnya dia ingin memeluk istrinya, tapi dia takut Jimin merasa risih dengan tindakan nya.

"Ndan, tolong jangan gini... Hikss hikss.. " isakan Jimin membuat Yoongi semakin bingung

"Gini gimana.?" Tanya Yoongi, lembut sekali

Tapi Jimin tidak menjawab, gadis itu masih terus menangis

"Florenza.." panggil nya lagi dengan lembut

Bapak Perwira, I Hate You (YooMin Gs) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang