01 - Julian Alessandro

123K 2.7K 68
                                    

Mata indah itu menatap polos ke arah luar dari jendela mobil. Anak lelaki berusia 5 tahun tersebut baru saja dibawa dari Panti Asuhan.

Beruntung nasibnya dipilih menjadi anak adopsi dari keluarga terpandang dan kaya raya. Saat anak panti lain menaruh rasa iri lantaran ingin berada di posisinya, ia malah bersedih, mengingat satu tahun lalu dengan sengaja dibuang Ibu kandungnya sendiri di tempat menyeramkan bagi anak-anak yang ditelantarkan.

Julian Alessandro, hingga kini masih trauma akan kejadian di mana dia dibuang oleh satu-satunya orang yang paling dia percaya.

"Sayang, kenapa menangis?" tegur wanita yang berada di samping kemudi, lalu sekilas suaminya ikut menoleh belakang.

"Kamu tidak bahagia ikut bersama kami?" tanya lelaki itu.

"Julian gak akan dibuang lagi, 'kan?"

Bagaikan tombak tajam yang menusuk dada, ucapan bocah 5 tahun itu berhasil menggetarkan hati Ibu angkatnya.

"Enggak, Sayang, Mama dan Papa akan merawat kamu seperti anak kandung kami sendiri," sahut Yulia mengusap kepala bocah lelaki yang beberapa jam lalu dia angkat sebagai anak.

"Kenapa kalian mengadopsi Julian?" celetuk bibir mungil itu.

Dua orang di kursi depan saling berpandangan, kemudian Yulia senyum manis.

"Kami ingin mempunyai seorang anak yang pintar dan tampan ... seperti kamu."

"Tapi 'kan Julian bukan anak kalian. Kenapa tidak mengadopsi anak kandung saja?"

"Kami tidak bisa memiliki anak, istri saya mandul," sahut Tomas terbuka.

"Mandul itu apa?"

Tentu Julian bingung dengan kosa kata asing yang baru saja dia dengar. Julian sangat cerdas di usianya yang baru 5 tahun, cepat tanggap dan pandai menyusun kalimat, namun dia tidak pernah mendengar kata mandul sebelumnya.

"Pa!" tegur Yulia saat Tomas ingin menjawab.

"Julian lapar? Mau makan?" tawar wanita itu mengalihkan pembicaraan.

Julian yang polos mengangguk, kebetulan dari kemarin malam anak lelaki itu belum makan sama sekali. Yulia meminta sang suami untuk menuju restoran, lalu keheningan menyelimuti.

Sejenak Julian menatap lelaki yang fokus mengemudi di depan sana, Julian tidak nyaman dan sedikit resah, karena sepertinya lelaki itu tidak merasa antusias akan keberadaannya.

***

Beberapa bulan berlalu, Julian mulai terbiasa dengan lingkungan barunya, juga mulai nyaman hidup bersama keluarga baru. Ralat, mungkin lebih tepatnya hidup bersama sang Ibu.

Yulia sangat menyayangi Julian, bahkan setelah memiliki belasan asisten rumah tangga dan seorang babysitter untuk Julian, dia tetap mendominasi dalam mengurus Julian. Memandikan, memasak, menyuapi, dan semacamnya.

Seperti sore ini, di ayunan yang ada di halaman rumah, Yulia sedang menyuapi anak lelakinya dengan telaten.

Jari-jari kecil Julian mengusap pergelangan sang Ibu yang tampak memar berwarna agak kebiruan. Mata bulat itu menatap Yulia sedih, anak kecil itu benar-benar sudah dapat menyadari segala sesuatu yang terjadi di sekitanya. Menyelesaikan kunyahan, menelan makanan yang ada di dalam mulut, lalu anak lelaki itu membuka suara.

"Sakit, ya, Ma?" tanya Julian.

Mendadak mata yang semula cerah langsung berkaca, meski begitu senyum Yulia tidak memudar untuk menutupi apa yang sebenarnya ia rasakan.

7 Days With JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang