Di ruang tengah kini Julian dan Sheza tengah menonton film romantis komedi yang sesekali dapat membuat keduanya tertawa sampai terbahak-bahak.
Julian duduk di sofa, lalu Sheza tiduran di pangkuannya. Mereka tampak sangat menikmati aktivitas menonton dengan santai.
Sheza melirik lelaki yang pahanya ia jadikan bantalan begitu tangan si lelaki berhenti mengusap rambut panjangnya.
"Aku cek cheese cake dulu, ya?" izin Julian mengukir senyum tipis.
Mengangguk paham gadis itu beringsut duduk mengangkat kepalanya dari pangkuan Julian membiarkan lelaki itu pergi. Tak berselang lama Julian kembali lagi membawa dua piring kecil berisikan dua potongam cheese cake dengan bentuk dan kematangan sempurna.
Tak ada ciuman maka tak ada makanan gosong sekarang.
Sheza menyeringai senang meraih piring dari Julian, dia cicipi seperti apa yang disuruh lelaki itu. Perfect, cheese cake buatan Julian rasanya amat lezat.
"Mau mencoba punyaku? Rasanya berbeda," tutur Julian.
"Apanya yang berbeda?"
Menyendok milik Julian lalu menyicipinya, berkali-kali gadis itu mengecap rasa di mulut untuk mencari di mana letak perbedaan rasanya. Tapi hingga kini pun nihil, sama saja.
"Gak ada bedanya tuh ...."
"Cara makannya salah."
Sheza menyipit. "Salah gimana?"
"Seperti ini yang benar," jawab lelaki itu menyendok cheese cake miliknya lalu ia arahkan pada Sheza.
Saat mulut gadis itu mulai terbuka menyambut suapan dari Julian, seketika Julian malah menyuapkan sesendok chesee cake tadi ke mulutnya sendiri.
Berdecak lirih, Sheza memutar bola mata malas. "Dasar tukang ngibul!"
Tentu Julian membantah, ia menggeleng cepat langsung meraih pipi Sheza kemudian ia salurkan cake di mulutnya ke mulut Sheza begitu saja.
"Gimana? Beda, 'kan?"
Tertawa malu Sheza memukul gemas pundak Julian. "Bedanya yang ini terdapat toping tambahan air liur kamu."
Senang melihat tawa lepas dari sang gadis, tanpa sadar lelaki itu melepas handuk di kepala Sheza, jari Julian meraih beberapa helai rambut sang gadis dihirupnya sampai mata memejam. Wajah Sheza memanas, ia lanjut memakan cake miliknya menutupi salah tingkah.
"Bukankah kita memakai shampo yang sama? Kenapa rambutmu aromanya seperti susu?" tanya Julian. "Aku menyukainya."
"Benarkah?"
Gadis itu ikut meraih rambut panjangnya, ia endus namun tidak seperti yang Julian katakan. Sama sekali tidak beraroma susu.
"Ada yang salah dengan indra penciumanmu," ungkap Sheza.
"Iya, dia senang menghirup rambutmu."
Baiklah gadis itu mengerti, aroma susu hanya alasan Julian agar bisa memainkan rambutnya.
Perlahan senyum di bibir Sheza memudar, tiba-tiba saja ia membayangkan kepada siapa saja Julian telah melakukan hal serupa. Dilirik sinis lelaki itu, tentu Julian bingung akan maksud tatapan mengerikan Sheza.
"Pasti udah banyak perempuan yang kamu beginikan," celetuk Sheza.
"Aku hanya mengagumi rambutmu."
"Tidak mungkin, gerak-gerikmu saja menunjukkan kalau kamu sudah terbiasa menggoda wanita. Dari tadi sepertinya cuma aku yang berdebar-debar dan gugup."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days With Julian
Любовные романы[Sequel of SHEZA] 🚨18+ Obsesi membuat Julian menggila, kemudian nekat menculik Sheza. Tujuh hari menjadi waktu penetapan lamanya ia menculik sang pujaan hati. Tentu aksi penculikan itu membuat Sheza kian benci terhadap Julian. Namun kita tahu sifat...