39 - Kebun Lavender

22.3K 688 86
                                    

Bahagia sekali Sheza bermain di antara bunga-bunga ungu itu, sesekali ia berpose saat Julian terus-menerus memotret dirinya.

Tengah asik mengamati salah satu bunga lavender, tiba-tiba Julian menyentuh bahunya.

"Istriku," panggil Julian membawakan seputik mawar putih berukuran kecil.

Sheza mengerutkan kening, kemudian tergelak lucu. "Istri?"

Melangkah maju semakin dekat berhadapan dengan Sheza, Julian menyelipkan bunga itu ke telinga kekasihnya.

"Cantik," puji Julian memandang Sheza intens.

"Entah udah keberapa kali kamu bilang kek gitu."

"Karena kamu emang cantik."

"Oh ya?" Sheza mengangkat kedua alis melangkah maju sampai hampir tak ada sekat antara keduanya.

Julian mengangguk cepat.

"Gombal!" seru gadis itu seketika menggelitiki perut Julian.

Bukan rekasi kegelian yang didapati Sheza malah lelaki itu memasang wajah biasa saja. Seringai gemas ditunjukkan Julian.

"Aku tidak gampang geli, Sayang."

Seketika tanpa aba-aba Julian membalas gelitikan Sheza, gelak tawa menggema Sheza mendorong tubuh lelaki di hadapannya kemudian melarikan diri.

Aksi kejar-kejaran terjadi, fokus berlari ke tengah-tengah tingginya tanaman lavender, Sheza menghentikan langkahnya begitu menyadari tak ia dengar lagi langkah Julian. Begitu berbalik badan, benar saja, ia berada di tengah ungunya tanaman lavender sendirian.

Panik bukan main, Sheza tak bisa melihat keberadaan Julian.

"Liaaannn...!!!" teriaknya mulai takut.

"Julian, aku di sini!" seru gadis itu tak menyerah ia mengangkat tangan sambil lompat tinggi-tinggi berusaha memberi tahu keberadaannya.

Tengkuk Sheza sudah panas dingin, saat berniat lari kembali pada arah sebelumnya, tiba-tiba sepasang tangan besar merangkul perutnya dari belakang sampai Sheza memergik.

"Tertangkap!" seru Julian menyandarkan dagu di bahu Sheza.

Kontan gadis itu menghela nafas lega, berbalik badan ia peluk Julian sambil merengek manja.

"Kamu takut?" tanya Julian menepuk lembut punggung gadisnya.

"Aku kira kamu ninggalin aku di sini."

"Mana mungkin aku meninggalkan istriku."

Mendorong Julian kemudian Sheza pukul pelan dada lelaki itu. "Awas ya kalo sampe boong!"

"Emm." Julian menggeleng.

Rupanya lelaki itu masih menyimpan dendam terhadap Sheza, tidak Sheza duga mendadak Julian menyerangnya dengan gelitikan di perut sampai gadis itu menggelinjang tertawa kencang berusaha menghindar namun Julian selalu bisa menebak pergerakannya.

"Ampun, udah ... aaahhhh! Ahahahaaa!!!"

Brugh

Fokus menghindari gelitikan Julian sampai-sampai Sheza menginjak sepatunya sendiri, gadis itu refleks menarik kemeja Julian saat hendak terjatuh. Tidak siap menahan diri, alhasil keduanya ambruk bersama dengan beberapa kancing kemeja Julian terlepas hilang entah ke mana.

Hampir saja Sheza menjadi ayam geprek andai Julian tak sigap menopang tubuhnya yang hampir menimpa Sheza, lelaki itu refleks menumpu satu telapak tangannya ke tanah sedangkan tangan yang lain melindungi bagian belakang kepala gadisnya.

Lengang, sunyi, hanya terdengar suara dedaunan yang diterpa angin. Senja makin nampak jelas, sebagian cakrawala sudah didominasi warna jingga.

Sheza benar-benar terbuai oleh tatapan sayu Julian yang amat menenangkan, perlahan pandangan Sheza turun ke bibir Julian, indah sekali lekuk sempurna bibir merah alami lelaki itu. Tanpa sadar ia meneguk saliva.

Hal yang sama dirasakan Julian, ia seolah jatuh ke dalam netra bening penuh kehangatan di paras cantik Sheza. Lelaki itu agak syok langsung tertegun kala Sheza menyentuh jakunnya menggunakan ujung jari telunjuknya yang lentik.

Mendadak gadis itu mengangkat kepala, ia kecup bibir Julian yang setengah terbuka menyadarkan lelaki itu dari lamunannya.

Ciuman itu berhasil membangkitkan emosional Julian, menurunkan kepala mendekatkan wajah, dia lumat bibir Sheza lembut, disesapnya lalu ia tarik perlahan.

Gadis itu melenguh, ia kalungkan tangannya ke leher Julian membalas tiap pagutan yang diberikan kekasihnya itu. Manis dan lembut bibir Julian sungguh memabukkan Sheza, lelaki itu melahap bibir Sheza bergantian atas dan bawah sesekali menyalurkan air liurnya yang tanpa segan langsung diteguk oleh Sheza.

Memasukkan lidah ke dalam mulut Julian, gadis itu seakan melayang kala merasakan lidahnya dihisap cukup kuat. Julian absen tiap rinci langit-langit mulut Sheza, sesekali lidah mereka saling bergulat sensual.

Suasana kian panas, Julian terbawa arus gairah hingga tanpa sadar ciumannya sudah turun ke leher Sheza. Dia jilat leher berbau vanila itu lantas disesapnya sampai sang gadis meremas punggung lebarnya kuat, Julian meninggalkan tanda kemerahan di leher jenjang itu.

Menyingkap dress Sheza, lelaki itu benar-benar tak bisa menahan dirinya lagi. Dia kecup bertubi-tubi perut rata gadis itu, tangannya naik mengangkat bra yang dipakai Sheza sampai isinya menyembul keluar bak agar-agar.

"Eungghhh ... L-lian," rintih Sheza membusungkan dada.

Dia jambak rambut Julian kala lelaki itu menjilati kedua payudaranya bergantian tergesa-gesa seolah tengah diburu oleh nafsu yang membara.

Sambil meremas gumpalan daging tersebut, Julian kembali naik, dia lumat habis bibir Sheza, disesapnya tanpa jeda sampai membengkak nikmat. Di bawah sana sesuatu telah menegang, sengaja Julian gesekkan miliknya ke inti Sheza hingga sang gadis terus menggeliat.

"Eungh!" sentak Sheza kehilangan banyak oksigen dan terpaksa memukul rahang Julian karena dorongan dan pukulannya di dada lelaki itu tak berarti apa-apa.

Seketika Julian sadar dari kegelapan matanya yang sempat tertutup syahwat luar biasa, refleks lelaki itu bangun, matanya mendelik tak percaya telah membuat Sheza seperti itu. Dress terangkat sampai ke leher, bra pun juga sama, tanda merah di leher, dan juga bibir Sheza yang semakin plumpy merah tak wajar.

Lelaki itu memejamkan mata tak sanggup melihat Sheza, ia tampari pipinya keras-keras kanan dan kiri terus menerus.

"Sudah gila! Aku sudah gila tidak bisa mengendalikan diri!" sentak Julian meremas rambutnya sampai rontok beberapa helai.

Sheza meraih tangan Julian, dia cegah lelaki itu menyakiti dirinya sendiri.

"Aku menginginkannya. Ayo lanjutkan," lirih Sheza.

Di tengah kebun lavender, disaksikan langit merah senja yang tenang, di sini semua dimulai. Dua insan yang tengah diselimuti asmara berapi-api pun tenggelam dalam gairah cinta membara memutuskan untuk menyatukan diri menyempurnakam hubungan yang telah terjalin serius.

🐺🐺🐺

TBC

•••🌷•••

FOLLLOW IG:
@NoonaWii

Hidden part untuk bab ini udah ada di KaryaKarsa

Inget! Khusus
21+++

Kode vocer: LAVENDER
Hanya untuk 10 orang tercepat

7 Days With JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang