03 - Rumah Sakit Jiwa

44.5K 1.9K 22
                                    

11 tahun kemudian.

Mungkin bagi sebagian orang waktu tersebut terasa begitu cepat berlalu, namun tidak bagi Julian dan setiap hari-hari yang telah ia lalui.

Julian masih tetap menjadi anak angkat di keluarga Andreas. Bukan karena Tomas benar-benar ingin menjadikannya anak, tapi lelaki itu harus menjaga nama baiknya setelah kejadian kelam sebelas tahun lalu.

Julian tumbuh menjadi lelaki tampan dan berwibawa, sebagai lelaki berparas elok tentulah pesona Julian sangat besar, di mana kakinya melangkah di situ semua mata akan mengawasi. Julian kuliah di kampus bergengsi yang ada di Jakarta setelah memilih pindah dari Universitas terpandang yang terletak di UK.

Itu merupakan satu-satunya kemauan Tomas yang berhasil Julian tolak karena selama ini dia selalu menuruti semua kehendak Tomas, salah satunya masuk Universitas berkelas di UK. Namun suatu hari secara ajaib Julian berhasil membujuk lelaki itu agak memperbolehkannya pulang.

Sungguh Julian tidak ingin jauh dari sang Ibu, dia harus tetap berada di dekat Yulia yang hingga kini tinggal di Rumah Sakit Jiwa.

"Pa, saya ingin pindah dari rumah ini. Saya rasa saya sudah cukup dewasa untuk memutuskan apa yang ingin saya lakukan, saya harap Papa tidak mempersulit langkah saya."

Tomas menaruh kasar cangkir berisi kopi di atas meja, dia tatap anak angkatnya dengan intens.

"Mau ke mana?"

"Saya ingin tinggal di rumah mendiang Kakek dan Nenek."

Mengerutkan dahi, ekspresi Tomas seakan berusaha mencerna ucapan Julian. Mendiang Kakek dan Nenek? Pasti bukan orang tuanya yang dimaksud Julian, karena Ibu Tomas masih hidup. Atau Kakek dan Nenek kandung Julian? Tidak mungkin, bahkan sepertinya Julian sudah lupa akan wajah Ibu kandungnya sendiri. Mungkinkah orang tua Yulia?

"Siapa yang kamu maksud?" tanya Tomas memastikan.

"Iya, aku ingin tinggal di rumah mendiang orang tua Mama."

"Wanita gila itu maksudmu?"

"Tolong jangan panggil beliau dengan sebutan wanita gila, bagaimanapun dia seperti itu karena anda."

Tomas tertawa remeh sambil geleng-geleng kepala. "Saya mengenal kamu, anak yang penuh akan strategi. Jadi apa rencana kamu setelah pindah ke sana? Apakah kamu sudah lupa akan siapa diri kamu yang sebenarnya? Setetespun kamu tidak memiliki darah Wisnujaya. Bagaimana bisa kamu mau tinggal di sana?"

"Sebelumnya saya sudah berdiskusi bersama Pengacara keluarga dan adik sepupu Mama, Pak Johan yang selama ini mengurus Wisnujaya Company. Sejak beberapa bulan setelah saya diadopsi, semua aset keluarga Wisnujaya dipindahkan kepemilikannya kepada saya. Nama saya tertera sebagai ahli waris keluarga Wisnujaya. Mama sendiri yang memutuskan semua itu dengan sadar. Saya pun baru diberi tahu hal tersebut oleh Pak Johan dan Pengacara keluarga Wisnujaya beberapa bulan lalu."

Tomas terkejut, sangat terkejut mendengar pernyataan Julian.

"Jadi ingin menguasai kekayaan keluarga Wisnujaya? Percuma, kekayaan itu hampir tergerus habis setelah perusahaan mereka terus-terusan mengalami kerugian besar."

"Saya akan membangkitkan Wisnujaya Company kepada masa kejayaannya."

"Kamu baru berusia 20 tahun, jangan mimpi. Tetap di sini menjadi putra saya, hidup terjamin dan menuruti segala perintah saya seperti sebelumnya."

"Saya ingin hidup sebagai manusia, masa saya sebagai anjing peliharaan anda sudah habis. Saya pergi!"

"Julian, jangan tidak tahu diri kamu! Saya yang sudah membesarkan kamu selama ini!" seru Tomas.

7 Days With JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang