26 - Diary

20.2K 956 715
                                    

Julian yang melukai jari Sheza, ia pula yang mengobatinya. Dengan sepenuh hati dan kelembutan membalut ujung jari-jari Sheza menggunakan plester.

"Sekarang buka bajumu, biar aku obati yang terkena kopi panas tadi," tutur Julian.

Sudah tak bisa berkutik dan lebih ke putus asa, tanpa keraguan gadis itu menuruti perkataan Julian. Sekarang Sheza tak peduli apabila tubuhnya terekspos di depan Julian, dia buka kaos di tubuhnya saat berhadapan sangat dekat dengan Julian.

"Aku obati, aku obati. Bullshit! Semangka muda ini kan yang mau kamu lihat? Punyaku kecil, Lian, gak akan bisa bikin kamu horny!"

Awalnya Julian kaget mendengar celoteh Sheza yang tak terduga, sungguh Julian tak pernah berpikir bahwa sang gadis akan mengucapkan hal semacam itu. Senyum Julian tertahan, berusaha keras agar tidak mengeluarkan suara tawa.

Mendapati reaksi Julian alis Sheza menaut. "Kenapa? Baru sadar? Mau mengejekku?"

"Benar, payudaramu tidak menarik. Aku tulus ingin mengobati punggungmu, Nona," jawab Julian. "Ngomong-ngomong aku suka kita berbahasa formal seperti ini, suaramu menggemaskan."

Bibir mungil Sheza sedikit terbuka, dia tatap Julian dalam-dalam kemudian mengerjap begitu disuruh tidur tengkurap oleh lelaki di hadapannya.

Julian mengompres punggung Sheza, dirawatnya betul-betul gadis itu bentuk tanggung jawab atas tindakan kasarnya kepada sang gadis. Tak hanya mengompres, lelaki itu juga mengoleskan salep ke punggung Sheza.

"Maafkan aku," ucap Julian setelah cukup lama diselimuti keheningan.

"Sulit."

"Bagaimana agar aku bisa mendapatkan maaf itu?"

"Antarkan aku pulang."

"Lebih sulit. Biar saja aku hidup dibayangi rasa bersalah."

"Julian!" Sheza langsung beringsut duduk hendak memakai kaosnya lagi tapi ditahan oleh Julian. "Kamu bilang tidak menarik, tapi ingin melihatnya terus-menerus?"

"Kaos ini kotor, nanti biar aku cuci. Sekarang pakai dulu sweater ini," sahut Julian memberikan pakaiannya pada Sheza.

Wajah Sheza merona tampak pongo saat menerima sweater yang disodorkan Julian, sesaat memalingkan wajah sembari memejamkan mata. Malu. Apakah di sini hanya pikirannya yang jorok?

Tertawa kecil, tangan besar Julian mengusap puncak kepala Sheza gemas sampai gadis itu memergik. Segera ia turunkan tangan Julian dari kepala, netranya berbinar menyorot Julian intens tanpa ia sadari sekarang dada Julian berdebar hebat seolah mau meledak. Segera lelaki itu menurunkan pandangannya.

"Aku mau kamu jujur," ungkap Sheza.

"Tentang?"

"Siapa Jonathan Addam?"

"Akan aku jawab setelah kita membuat kesepakatan."

"Kesepakatan apa?"

"Setujui tujuh hari bersamaku."

"Oke, sekarang ceritakan!"

Julian kaget mendengar jawaban Sheza yang begitu cepat dan lantang. Benarkah ia tidak bermain-main dengan ucapannya?

"Ayo, ceritakan!" cecar Sheza.

"Janji?"

"Aku berjanji!"

"Identitas baruku."

Sheza tertawa ngeri. "Sudah aku duga. Udah berapa lama kamu merencanakan penculikan ini? Aku tidak semenarik itu sampai kamu perlu membuat identitas baru demi menculikku. Apa yang kamu incar, Lian? Kehormatanku? Ambil, asal aku bisa pulang sekarang juga!"

7 Days With JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang