"AAARRGHHH...!!!"
Sheza menjerit langsung berlutut di lantai seraya menutup kedua telinga rapat-rapat saat mendadak Julian datang menghempas ponsel dari tangannya ke dinding.
Tangis Sheza pecah, ia sangat ketakutan sampai sekujur tubuh bergetar. Sedetik pun Sheza tak berani membuka matanya. Bahkan Sheza berpikir akan mati saat ini juga.
"A-ampun ... ampuuunnn, Lian!"
Lelaki yang wajahnya sudah merah padam dengan amarah berapi-api itu melempar kantung plastik berisi dua cup kopi panas ke tubuh Sheza begitu saja, sontak gadis itu ambruk merintih sakit pada punggung yang terkena cairan panas.
Julian menggeratkan gigi memandang Sheza dengan wajah datar tapi tatapannya amat dingin nan mematikan, dia jatuhkan kantung belanjaan di tangan satunya lantas berbalik menuju lemari.
Masih diselimuti kengerian, Sheza memberanikan diri mengangkat pandangan. Mengamati apa yang dilakukan Julian, dia mengais debu-debu yang berserakan di lantai kemudian masukkannya lagi ke dalam guci aluminium.
Sungguh, banyak sekali pertanyaan di kepala Sheza.
Usai menyimpan guci ke tempat semula, Julian mendekati Sheza lagi, spontan gadis itu kembali menunduk dalam, dia tahan rasa perih dan panas di punggungnya yang seakan telah melepuh.
Tanpa mengucapkan apapun Julian menjenggut rambut Sheza, dia seret gadis itu ke kamar mandi. Kali ini tidak disemprot menggunakan jet washer seperti sebelumnya, melainkan Julian dorong tubuh kurus Sheza sampai bersimpuh di dekat bathtub.
Saking traumanya, Sheza sampai tak berani bergerak sedikitpun. Dia saksikan Julian memenuhi bathtub dengan air, entah apa yang akan ia lakukan untuk menghukumnya kali ini.
Tapi Sheza rasa ini sangat tidak baik.
Julian melewatinya, meraih sikat gigi lalu duduk di tepi bathtub yang hampir penuh dalam posisi membelakangi Sheza.
Suara retakan sikat gigi yang sengaja dipatahkan membuat Sheza refleks memergik, tingkah laku Julian sangat aneh, Sheza sedikit menaikkan kepalanya ingin melihat apa yang tengah dilakukan lelaki itu.
Mendapati sesuatu mengerikan di depan matanya, sontak Sheza menjerit histeris, susah payah gadis itu berdiri, melangkah mundur sambil menutup bibir yang menganga.
Julian menusukkan ujung patahan sikat gigi tadi ke pergelangannya, dia tarik secara vertikal sehingga membentuk luka memanjang. Darah segar mengucur deras dari bekas goresan yang cukup dalam itu.
Dengan sengaja Julian menjatuhkan tubuh, berbaring menenggelamkan diri ke dalam bathtub penuh air tersebut. Air yang semula jernih perlahan mengepulkan warna merah pekat dari dalam, kini air di dalam bathtub telah didominasi warna merah.
Tubuh Julian benar-benar hampir menghilang dari permukaan air.
Sheza mengepalkan tangan, meremas-remas bajunya dengan risau, menggigiti bibir bawah penuh pertimbangan, gadis itu memutuskan lari meninggalkan kamar mandi.
Ceklek
Pintu bisa dibuka, hal itu membuat Sheza terkejut. Harusnya dia bisa langsung melarikan diri, tapi ... perasaan aneh seakan menahannya pergi, gadis itu menoleh belakang.
Jika Julian masih tetap dalam posisi seperti itu sampai mati. Apakah Sheza akan menjadi penyebabnya?
Tidak, Sheza bukan pembunuh.
Gadis itu mulai bimbang.
"Oke, gue akan keluarin lo dari bathtub setelah itu baru kabur," putus Sheza kembali ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days With Julian
Romance[Sequel of SHEZA] 🚨18+ Obsesi membuat Julian menggila, kemudian nekat menculik Sheza. Tujuh hari menjadi waktu penetapan lamanya ia menculik sang pujaan hati. Tentu aksi penculikan itu membuat Sheza kian benci terhadap Julian. Namun kita tahu sifat...