42 - Egois Itu Perlu

11K 525 37
                                    

Ribut-ribut di depan sana mencuri perhatian Sheza, seorang lelaki remaja tengah menggedor-gedor pintu mobil sampai memecahkan kaca jendela kendaraan tersebut.

Beberapa orang hanya menonton seolah tak perduli kala anak lelaki itu berhasil menyeret wanita paruh baya keluar dari mobilnya. Remaja itu sepertinya sedang mabuk, tanpa segan ia sodorkan pisau ke arah wanita yang Sheza yakini itu adalah Ibunya sendiri.

Sontak Sheza tak bisa tinggal diam, dia bawa tongkat besi yang selalu ada di mobil Julian lalu menghampiri anak kurang ajar itu penuh emosi.

"I need money, Mom! Give me more your fucking money. Are you deaf, huh?!" bentaknya berusaha menarik tas sang Ibu.

"Stop! I don't have money anymore. You took all of my money!"

"You're liar ... do you wanna die?"

Beberapa orang di parkiran sontak menjerit tak berani mendekat karena anak itu mengibas-ngibaskan pisau ke arah Ibunya. Untunglah wanita paruh baya itu memiliki refleks bagus menghindari benda tajam itu.

Bugh

"Respect your mother, dumbass!" seru Sheza memukul remaja itu menggunakan tongkat besi.

Memegangi tengkuk yang amat nyeri, lelaki itu semakin pening usai mendapat pukulan Sheza.

"Damn!" Dia tatap tajam perempuan yang baru saja mendaratkan tongkat besi ke tengkuknya. "What's your problem, bitch?!"

"Are you such a dick or what? She is your mother, can't you act like a human? You don't even behave well with your mom."

"What do you mean about act like a human? You think i'm an animal?!"

"Yeah, you are," jawab Sheza tak gentar meski remaja itu sedang memegang pisau.

Mengetatkan rahang, remaja lelaki itu berdecak marah sampai wajahnya merah padam. "Get out before i kill you!"

"No, no, no!" sentak wanita paruh baya itu menyekat jarak Sheza dan putranya, dia balik tubuh Sheza agar menjauh. "Please leave my son, he can hurt you. I can handled him by myself."

"I said get out!" teriak remaja itu menimbulkan kegaduhan hingga semakin banyak orang-orang menyaksikan.

"I'll leave you but let your mom go first."

Emosi di ujung tanduk, remaja dalam pengaruh alkohol itu tepis tubuh Ibunya kasar. "You were testing my patience. I wanna kill you now."

Jeritan orang-orang kian gaduh, refleks Sheza memejamkan mata kala remaja lelaki itu mengayunkan pisau lipat ke arahnya.

Tak merasakan benda tajam menyentuh kulitnya, ragu-ragu Sheza membuka mata. Sontak perempuan itu lemas begitu melihat Julian menggenggam mata pisau tajam yang mengarah tepat di depan wajahnya. Sheza ambruk ke lantai basement pun menyaksikan tetesan darah dari tangan Julian jatuh di bawah kakinya.

Brugh

Berhasil menyahut pisau dan dia buang jauh ke sembarang arah, dengan gerakan kilat Julian tendang perut remaja lelaki itu. Si Ibu remaja tadi hanya mematung dengan mata berkaca menyaksikan putranya dipukuli habis-habisan tanpa perlawanan.

Julian remas kerah jaket tebal remaja itu, diduduki tubuhnya lalu ia hantamkan kepalan tangannya yang keras di wajah si remaja berandal tersebut bertubi-tubi. Tak hanya hidung yang mimisan, mulut lelaki itupun berdarah-darah lantaran beberapa giginya patah oleh tinjuan kuat Julian.

Aksi Julian terhenti seketika saat beberapa security yang diberi tahu adanya keributan langsung bertindak menjauhkan Julian dari remaja malang tersebut. Dia sudah tak sadarkan diri di tangan Julian.

7 Days With JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang