10 - His Name is Davin

30.5K 1.1K 224
                                    

Setelah kejadian tempo hari, Julian tidak bisa menghubungi Sheza sama sekali. Bahkan mata-matanya kesulitan mencari tahu mengenai kabar Sheza yang akhir-akhir ini benar-benar jarang keluar rumah.

Atau gadis itu memang sengaja menyembunyikan aktivitasnya dari pantauan Julian?

Tentu saja semua itu membuat Julian tidak fokus menjalani hari-harinya, terutama pekerjaan. Sudah kedua kalinya Julian menolak pertemuan dengan klien penting bahkan sampai membatalkan jadwal meeting.

Tok... Tok...

Sekretaris Julian masuk ke dalam ruangan, Julian yang duduk menghadap tembok sama sekali enggan memutar kursinya menghadap sang sekretaris.

"Ada apa?" tanya Julian tak acuh.

"Pak Tomas ingin bertemu, Pak."

"Katakan saya sibuk."

"Sibuk memandangi dinding?" tanya suara bariton yang tiba-tiba masuk.

Wanita dengan jabatan sekretaris tadi terperanjat panik, sontak berusaha menyuruh agar Tomas keluar lagi. Tidak akan wanita itu biarkan karirnya hancur karena dipecat Julian, dia baru bekerja belum ada seminggu.

"Pak, tolong tunggu di luar saja. Pak Julian membenci orang yang tiba-tiba masuk ke ruangannya tanpa izin," tutur wanita itu.

"Jangan kurang aja!" sentak Tomas. "Saya bisa menggaji kamu empat kali lipat dari yang kamu dapatkan di perusahaan ini."

"Biarkan dia di sini!" sahut Julian. "Lebih baik kamu saja yang keluar, tinggalkan kami berdua."

Sekretaris tersebut mengangguk paham, bergegas meninggalkan ruangan Julian yang hawanya sangat dingin juga tidak nyaman itu.

Tomas mendekat ke meja anak angkatnya, tanpa hormat Julian malah mengangkat kedua kaki, dia tumpuk di atas meja. Lelaki itu mengeluarkan sebatang rokok, kemudian membakarnya tepat di hadapan Tomas.

Meski menahan kesal setengah mati, Tomas berusaha tidak bereaksi. Setelah kepergian Yulia dua tahun lalu, anak angkatnya itu seakan menganggap dirinya seperti musuh bebuyutan. Secara tidak langsung keduanya berkonflik, mereka perang dingin meski di hadapan publik seperti baik-baik saja.

"Langsung pada intinya saja," ucap Julian setelah menghembuskan asap di udara.

"Hotel Wisnujaya yang ada di daerah Bali, bukankah masih atas nama Yulia? Hotel itu berada di tanah mahar perkawinan kami."

"Pengacara saya sedang mengurus sertifikat dan akan balik nama secepatnya. Ada apa?"

"Dave ingin melanjutkan bisnis hotel itu. Saya rasa saya berhak atas hotel Wisnujaya karena saya suami Yulia."

"Anda datang setelah hotel tersebut sudah ganti nama menjadi hotel Alessandro? Tempat mewah bintang lima di mana sudah banyak orang mengenalnya? Dan apa? Suami? Tidak, anda bukan suami Yulia."

Tomas menurunkan alis menatap Julian dengan lekat.

"Tidak ada suami yang tega menikahi wanita lain tanpa seizin istrinya, tinggal bahagia sedangkan istri pertama diasingkan di rumah kebun. Bahkan sampai akhir hayat Yulia, anda ke mana? Kenapa baru membahas hak sekarang?"

Menghela napas panjang, Tomas berusaha tidak terpancing emosi yang mungkin dapat menimbulkan pertikaian sengit antara dia dan sang anak angkat.

Bagaimanapun Tomas harus mendapatkan hotel itu. Dave menginginkannya, dan Tomas akan melakukan apapun untuk anak tersayangnya.

"Kalau begitu saya akan membeli hotel itu, katakan nominal yang kamu mau?"

"Seluruh kekayaan anda?"

Julian senyum miring meremehkan seraya menekan bara rokoknya ke atas meja kaca untuk mematikannya. Tomas termangu cukup lama.

7 Days With JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang