08 - Julian's Girl

39.8K 1.4K 239
                                    

Duduk di hadapan Julian, Sheza terus menunduk lantaran gugup hanya untuk sekedar membalas tatapan lelaki itu.

Julian menuangkan wine ke gelas Sheza, lalu di gelasnya sendiri.

"Cheers?" Lelaki itu mengangkat gelasnya ke arah Sheza.

Buru-buru Sheza meraih gelas di hadapannya, ia bersulang dengan Julian. Sumpah, ini sangat canggung. Sheza tidak nyaman dan kikuk.

Dengan satu jentikkan jari, seorang pelayan langsung menghampiri meja Julian dan Sheza dengan membawa buket bunga berukuran besar. Julian sodorkan bunga itu pada gadis di hadapannya.

Menaikkan wajah, Sheza memberanikan diri menatap mata Julian.

"Buat gue?" tanya gadis itu menunjuk dirinya sendiri.

"Cuma ada lo di depan mata gue, menurut lo buat siapa bunga ini selain orang di hadapan gue?"

Deg

Sejenak Sheza tercekat, matanya membulat sempurna, lalu langsung meraih bunga yang telah disodorkan Julian. Dada Sheza kian berdebar hebat.

Disusul Julian mengeluarkan kotak berisi kalung berliontin inisial S. Sheza semakin tak bisa mengontrol diri, wajah gadis itu memerah sudah seperti udang rebus, keringat semakin bercucuran deras padahal AC menyala pada suhu yang lumayan dingin.

"M-maksudnya?" tanya Sheza terbata.

"Will you be my girl?"

"W-what the fuck are doing? Are you kidding me?"

"I'm really serious ... so will you?"

"No way," kekeh Sheza. "Don't play fuckin around with me."

"Come on, girl. Do i look like i'm joking?"

"Ini gak make sense. Sesingkat itu?"

"Just tell me yes or no," sahut Julian. "Gue gak akan maksa lo buat nerima pernyataan gue. Ikutin kata hati lo."

Sheza mengerjapkan mata. Gadis itu ragu untuk menjawab iya, tapi di satu sisi ini kesempatan emas. Tidak akan datang dua kali. Ini keinginan Sheza, jika malam ini dia terima Julian menjadi pacarnya, sudah dapat dipastikan bahwa besok semua orang di Sirkuit VA akan mengenalnya. Sheza akan populer dan disegani oleh kalangan senior yang ada di sana.

"Gimme three reasons why i've to choose you?"

"I'm rich, looks attractive, and you want me. Is it enough?"

Sheza tertawa kecil melihat kepercayaan diri Julian. Seperti melihat dirinya sendiri dalam versi lelaki.

"I think i must be your girl," lirih Sheza.

"Excuseme? I can't hear you."

"I said that i must be your girl!"

"Louder?"

"Julian, please!" kekeh Sheza malu-malu.

Lelaki itu berdiri, memutari meja dan berdiri di balik tubuh Sheza dengan membawa kalungnya.

"Gue pakein, ya?" izin Julian lantas diangguki oleh sang kekasih.

Sheza mengangkat rambutnya menggunakan kedua tangan, kemudian Julian memasangkan kalung tersebut dengan hati-hati.

"Selesai," ucap Julian memegang kedua pundak Sheza.

Gadis itu kembali mengurai rambutnya, sebelum kembali ke tempat duduk semula, Julian meninggalkan kecupan lembut di puncak kepala Sheza. Bulu-bulu halus di sekujur tubuh seketika meremang, desiran aneh muncul.

7 Days With JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang