"Kita tidak punya bahan makanan. Mau ikut ke supermarket?" tanya Julian.
"Iya, ikut!"
"Mau berganti pakaian dulu?"
"Aku ganti baju dulu."
"Yasudah, aku tunggu di mobil."
Lelaki itu keluar lebih dulu menuju mobil, seraya menunggu Sheza ia memakai jeda waktunya dengan membaca buku.
Gadis itu masuk mobil dan duduk di kursi samping Julian. Meletakkan buku, ia menyalakan mesin, Julian membeku begitu lirikkannya mendapati penampilan Sheza yang sangat cantik memekai gaun putih gading serta rambut dicepol ke atas.
Riasan natural itu membuat Sheza kian cantik, Julian sungguh terpesona.
"Biasa aja dong!" seru Sheza memukul lengan Julian lantaran malu.
"Cantik," puji lelaki itu.
"Iya, makasih ...."
"Gaun kamu cantik."
Hening.
Sudut mata Sheza melirik Julian sinis kemudian lelaki itu tertawa lucu.
"Gaunnya cantik karena dipakai oleh gadis berparas cantik pula."
"Semua cewek cantik tau!"
"Di atas cewek cantik masih ada Sheza."
Sheza mengatupkan bibirnya menahan senyum salah tingkah, gadis itu menunduk dalam karena ia sadar pasti wajahnya sekarang sudah memerah.
Menarik sudut bibir terkekeh kecil, Julian meraih dagu Sheza, dia pandang singkat wajah jelita gadis itu.
"Tidak salah mengapa wajah ini mampu membuatku tergila-gila selama itu ... benar-benar pahatan sempurna dari yang pernah ada. Aku yakin bahwa saat menciptakanmu Tuhan sedang bergembira."
"Julian, berhenti!" sahut Sheza menurunkan tangan lelaki itu dari dagunya. "Wajah kamu gak pantas jadi lelaki penggoda!"
"Lantas? Bagaimana dengan menjadi pendamping hidupmu?"
"Sorry i can't hear you," balas Sheza besedekap dada.
Sampai di tempat tujuan, Julian memarkirkan mobil di basement lantas keduanya memasuki supermatket mencari rak sayur. Mereka melangkah bersebelahan dengan Julian membawa troli belanjaan.
Sedang memilih-milih sayuran yang paling segar, mendadak Julian ingin buang air kecil.
"Kenapa?" tanya Sheza menyadari perubahan ekspresi Julian seperti sedang menahan sesuatu.
"Aku ke toilet dulu," jawabnya lari begitu saja.
Berbalik badan, Sheza senyum tipis mengamati punggung Julian yang semakin menjauh.
Samar-samar semakin jelas, suara berdebatan mengganggu pendengaran Sheza. Gadis itu menoleh ke samping, di ujung barisan raknya ia melihat sepasang kekasih sedang beradu argumen sengit dan tampak serius. Mereka menggunakan bahasa Indonesia.
"Murahan! Lo tidur sama sahabat gue di apartemen gue?!"
"Enggak, lo salah paham. Let me explain it."
"Gausah ngelak, kalo gue gak liat hp lo barusan mungkin gue gak akan pernah sadar udah jalanin hubungan sama pelacur kayak lo!"
Plak!
Gadis itu menampar kekasihnya, tentu ia tak terima berniat membalas tamparan itu tapi seketika terurungkan begitu tubuhnya didorong oleh gadis yang tiba-tiba datang.
"Lo mau mukul cewek? Ini tempat umum, lo juga lagi di negara orang. Gak punya malu, ya, bikin kegaduhan?!" sentak Sheza.
"Gausah ikut campur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days With Julian
Roman d'amour[Sequel of SHEZA] 🚨18+ Obsesi membuat Julian menggila, kemudian nekat menculik Sheza. Tujuh hari menjadi waktu penetapan lamanya ia menculik sang pujaan hati. Tentu aksi penculikan itu membuat Sheza kian benci terhadap Julian. Namun kita tahu sifat...