Pitu

33 4 0
                                    

Dalam pertemuan itu Janet si Kenes membeberkan sesuatu yang tak banyak orang ketahui tentang dirinya. Hanoman ganteng pacarnya pun baru pertama itu mendengar. Di dalam bilik perenungan Jabil mereka berbincang. Johan Oman telah membagi niatan Jabil kepada Janet untuk mengungkap kasus yang bikin resah warga Purwosari.

Saat Janet datang di konter pulsa Hanoman, sesaat setelah Simbah menanyakan perihalnya, membikin Johan Oman berspekulasi. Dalam bisik dia menanyakan hal itu kepada si nenek. "Simbah sengaja bawa Janet kemari ya?"

Simbah membalas, "Pacarmu itu bikin hati jadi adem. Simbah seneng lihat pembawaannya. Orang-orang yang seperti dia ditakdirkan untuk menyembuhkan luka. Simbah tahu, tanpa diberitahu pun, Janet pernah mengalami kejadian duka. Orang seperti dia menyembuhkan diri dengan menyembuhkan orang lain melalui keceriaan dan kepositifannya. Kamu perlu dia."

"Simbah kok bisa tahu?"

Simbah memberi keplakan pelan di belakang kepala Johan Oman. "Kuncinya adalah peka, le."

Sebelum meninggalkan mereka buat berduaan, Simbah meminta Janet untuk menyanyikan tembang Lingsir Wengi. Tak disangkanya Janet ternyata tahu lagu itu dan hapal. Simbah mendengarkan sayup-sayup memejamkan mata, hikmat menikmati. Sementara Hanoman mendengarkan sampai bulu kuduk berdiri, banyak sentimen yang mengatakan tembang itu bernuansa mistik menggelitik hingga bikin bergidik. Saat pamit hendak pergi seusai Janet tuntas melantun, Simbah menerima uluran tangan Janet untuk salam cium, kemudian mencium balik kening Janet sebagai tanda sayang dan persetujuan.

"Simbahku bilang katanya kamu pernah mengalami peristiwa duka."

Janet merebahkan diri di sofa tempat Simbah tadi duduk. "Duka yang sudah berlalu kok. Ya duka duka biasa saja. Aku diajarin jangan terus-terusan berduka. Seberdukanya keadaan kita, masih ada yang lebih berduka lagi."

Dari banyak percakapan yang mereka lakukan, Hanoman tahu bahwa ayah Janet sudah berpulang ke rahmatullah. Mungkin itulah dukanya yang mendalam. Baru kemudian nanti ketika dia bertandang ke warnet Jabil, diketahuinya duka itu termasuk duka mendalam yang sukar disembuhkan.

Janet dijuluki Kenes karena pembawaannya yang selalu riang, pemeriah suasana, tingkah konyol dan solidaritas yang tinggi. Meski begitu, kebanyakan kaum laki-laki di sekolahnya dulu suka mencandai dan mengejeknya sebab rupa Janet yang tidak cantik, seperti lutung kalau kata mereka. Hanoman memberi komentar, "Mereka itu buta. Pasti sekarang mereka menyesal."

Janet adalah sebuah metamorfosis ulat menjadi kupu. Janet sosok tangguh yang Hanoman kagumi. Reputasinya di Padangan cukup menjangkau ke mana-mana, karena pribadinya yang begitu supel. Selalu menghibur orang-orang di berbagai kesempatan. Walau sekadar beli penthol, Janet menyempatkan menghibur si bapak penjual penthol dengan lagu dangdut. Ketangguhan Janet bisa dilihat ketika dia diolok-olok oleh teman laki-laki, dia bukannya kabur menutup muka lalu menangis seperti gadis pada umumnya, malahan membalas sampai teman laki-laki itu capek sendiri. Itu tidak hanya dilakukan bila dirinya yang diolok, sering pula teman perempuan lain yang tidak memenuhi standar kecantikan mereka juga diejek dijadikan bahan lelucon, Janet hadir sebagai pembela.

Janet tidak peduli teman sekelasnya ada yang mencibir ketika dia berbuat aneh-aneh. Semisal, waktu kelas kosong sebab guru lagi berhalangan hadir, Janet naik ke meja kelas lalu berjoget menggila mengayunkan rambut panjang ke sana kemari seperti biduan Pantura. Aksinya itu membikin banyak teman terpingkal dan tak sedikit pula yang menggeleng sambil menggumam, "Janet kesurupan."

Baru ketika kepala sekolah mendengar ricuh itu, dia berhenti sambil cengengesan dijewer kuping dan dibawa ke kantor guru untuk diomeli. Itu tidak pula membuatnya kapok. Janet memang bandel, memang pula tidak terlalu cemerlang dalam akademik, tapi pandangannya tentang hidup agaknya berbeda dari teman-teman sebaya. "Hidup itu ya bawa seru aja."

KARUNG NYAWA - SERI SIDIK KLENIK #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang