Patbelas

28 4 0
                                    

Seminggu yang lalu dalam pencarian segala upaya yang tampaknya selalu gagal, Beni Pariyo akhirnya diberi pilihan terakhir oleh Mbah Udin, Dukun Karanggeneng. Usaha sebelumnya, yaitu mandi tengah malam di lokasi penemuan mayat perempuan tanpa kepala dan dada terkoyak, telah dia lakukan. Namun tetap saja dia didatangi pukul dua dini hari. Kemudian dia disuruh puasa putih selama tujuh hari penuh. Tetap didatangi. Sampai dia diminta untuk mengajak ngobrol penampakan perempuan tak berkepala itu, dia menolak mentah-mentah. Bagaimana cara ngobrol sama yang tak punya kepala? Beni Pariyo ogah sebab dia merasakan darah pekat menetes saat perempuan tak berkepala itu muncul mengangkang di atas tubuhnya.

Jimat-jimat yang diberikan pun tak mampu menghalau. Sampai Beni Pariyo membentak si dukun gadungan itu, yang kemudian naik pitam dan menyumpahi Beni. "Mbah pasti punya cara lain, tulung, mbah." Beni Pariyo melunak habis didamprat.

Mbah Udin sesungguhnya bukanlah sosok yang mudah marah. Dia bisa lunak kalau sajennya cocok. Beni Pariyo menjanjikan sejumlah uang tambahan, kemudian mbah Udin memberi satu pilihan terakhir. "Ada sebuah pohon yang tumbuh di lingkungan SMK Pojok. Bermalamlah kau di bawahnya. Jika cara ini tidak ampuh. Sudah, jangan kemari lagi. Sudah nasibmu memang dikejar setan."

Itulah alasan mengapa ada Beni Pariyo di malam pengusiran setan blangkon. Hanya Tarom Gawat yang tahu apa yang terjadi dengan pemuda pencari kiprah itu, meski yang bersangkutan sama sekali tak ingat. Untunglah bajunya masih ada di sekitar pohon, jadi dia tidak telanjang selama numpang di dokar Ki Gufron.

Mereka semua menginap di rumah joglo Ki Gufron. Sampai pagi pun Beni Pariyo masih tampak linglung, dia bangun dengan cengar-cengir mencium aroma teh hangat buatan Lek Jani. Setelah itu dia bablas tidur lagi di cangkrukan bawah pohon asem tempat kuntilanak teman Tarom tinggal.

Setelah sarapan bubur ayam, Jabil, Hanoman dan Janet pamit pulang dan berterima kasih kepada Ki Gufron. Sesampainya di warnet, Jabil berpesan kepada Janet dan Hanoman, "kegiatan rahasia kita baru bisa dimulai besok ya, sekarang kita ayem-ayem dulu. Semalam tadi begitu menegangkan."

Hanoman mengangguk. "Iyo, konter pulsaku juga sudah kelamaan tutup. Janet, gimana perasaanmu?" Hanoman masih terbayang peristiwa semalam, yang dia tidak beritahu adalah: dia melihat lagi perempuan tak berkepala, berdiri ganjil di kejauhan.

"Enteng rasanya." Janet tersenyum lega.

"Syukurlah."

Sembari mengantarkan mereka ke depan warnet, Jabil mendapati ada seorang pemulung tengah teliti memilah sampah di depan warung makan pasar Tobo. Kait tajam yang dipakai untuk mengambil gelas plastik bekas membawa ingatan Jabil tentang rumor Toklu di masa lalu.

"Oke, hati-hati kalian yo. Pencarian keterangan bisa disambi lho. Seperti yang sudah kita obrolin." Jabil sudah membagi tugas. Janet untuk mencari keterangan tambahan tentang Toklu dan Hanoman tentang para pelaku pesugihan yang memakai tumbal. Jabil sendiri tengah mempersiapkan diri untuk terjun ke jalan menyamar jadi pemulung. Dia sungguh penasaran terhadap legenda Toklu itu. Tiga hari sekali mereka harus datang dan memberikan pembaruan.

Satu jam kemudian Joni Bangsat datang menagih janji. Jabil menyambut dengan kegirangan yang tak wajar dirasakan Joni Bangsat si mantan preman pasar Tobo. Jabil lari ke warung Umi Ida memesan sepiring tempe goreng beserta sambalnya juga segelas besar es teh manis. Dihidangkan kepada Joni Bangsat yang dengan muka garangnya, memicingkan mata heran disambut seperti itu.

"Repot amat," Katanya. "Maturnuwun tapi."

Jabil mengangkat alis dan senyum tinggi-tinggi. Joni Bangsat segera membuka peramban dan menjelajah tanpa memedulikan Jabil yang terus cengar-cengir. Merasa tak digubris keramahannya, Jabil duduk lagi di meja admin, mengamati Joni Bangsat dari balik monitor.

KARUNG NYAWA - SERI SIDIK KLENIK #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang