Wolu

28 4 0
                                    

Jabil memesankan teh hangat manis dari warung Umi Ida untuk menenangkan timbunan kesedihan Janet yang meluber. Sudah lima belas menit setelah dia mengatakan hal yang bikin bulu kuduk Jabil berdiri, sedu sedannya belum usai. Hanoman sedang memeluk dan mengusap kepala dan punggungnya. Pemandangan sejoli itu sesungguhnya membuat Jabil iri. Segera dia menepisnya, kasus ini lebih penting.

"Itu penyanyi Padangan lagi opo di tempatmu?" Tanya Dukun Gondrong yang sedang duduk di emperan depan warnet Jabil sambil menghitung duit hasil parkiran dan mengunyah tiwul. Jabil sebelumnya sudah buat perjanjian dengan Dukun Gondrong agar dia tidak masuk ke bilik perenungannya. Ruang privasi, kata Jabil.

"Oh, lagi maen. Dia kan pacare Hanoman."

Dukun Gondrong mengumpat tanpa suara.

"Heh! Bukan 'maen' gitu," Jabil menjentikkan jari membuyarkan bayangan tidak-tidak si Dukun Gondrong.

Si tukang parkir itu mengerucutkan mulut lalu bersiul-siul. "Mau denger dia nyanyi."

"Wani piro?" Jabil membalas. Sambil tertawa kemudian masuk ke dalam. Teh manis hangat buatan Umi Ida diharapkannya dapat membuat Janet kembali relaks.

Di dalam bilik perenungan didapatinya Janet sudah bernapas teratur meski dengan mata sembab, sedang mengelap hidung basahnya. Hanoman yang menerima teh manis hangat dari Jabil, meniupi agar tidak terlalu panas untuk diminum kekasihnya. Jabil sendiri mengambil tempat duduk lalu mencatat segelintir hal. Juga sebuah tulisan besar-besar dengan tanda tanya yang sama besar. MANA NIH TAROM?

Menunggu momen Janet sampai benar-benar tenang, Jabil baru menanyai sesuatu yang mengganjal dari keterangan Janet. Mendapat kode dari Hanoman kalau Janet sudah siap, maka pertanyaannya diluncurkan, "Katamu nenekmu gagal menutup penglihatanmu, berarti sekarang kamu masih bisa melihat alam gaib dong?"

Janet menggeleng tegas. "Gagal untuk satu kali itu saja. Karena kata nenek, si setan blangkon itu sangat kuat. Nenek akhirnya menghubungi lagi pak kyai yang syukurlah datang membawa bantuan dari orang yang lebih hebat. Aku lupa siapa namanya, Supo Supo apa gitu. Oleh orang itu aku benar-benar ditutup penglihatanku. Walhasil sampai sekarang aku tidak dapat melihat lagi. Hidupku perlahan jadi tenang. Meski aku kangen sama pohon ajaib itu dan masih berkabung atas meninggalnya bapakku." Janet tenang sekali menjelaskan hal ini.

Waktu nama Supo itu disebut, Jabil tersentak sampai pulpennya jatuh. "Supo?" ulangnya.

Janet mengangguk.

"Empu Supo bukan?"

"Walah, apa-apaan ada Empu segala," kata Hanoman. "Memangnya jaman kerajaan?"

"Bukanlah. Memangnya aku mau bikin keris? Orang itu kyai kok. Pakai sorban dan gamis. Tasbihnya gede," Tukas Janet.

"Oh berarti bukan," Jabil menyengir.

Hanoman penasaran. "Bil, kok ada Empu segala? Kamu menyelidiki arwah dari jaman kerajaan memangnya?"

"Gak kok. Edan aku kalau bisa manggil arwah, aku kan bukan dukun."

"Lha terus?" tuntut Janet.

Jabil berkata pelan dengan nada agak serius. "Jadi begini, firasatku bilang kalau kasus perempuan tanpa kepala yang ditemukan sama kamu dan si Beni Pariyo ini lebih ke ranah gaib, agak gak masuk akal memang, tapi daripada menyelidiki ke fakta-fakta yang gak keliatan ujungnya mending kutelusuri dari sudut ini. Iyo, aku ngajak Tarom Gawat si dukun cilik itu. Katanya dia mau bantu, tapi pas kusamperin dianya lagi nyari orang yang namanya Empu Supo."

Hanoman tiba-tiba tertawa. "Awakmu digarap Tarom Gawat. Itu bocah memang kacau. Bocah gawat."

Hanoman pernah satu SD dengan Tarom Gawat, sebelum bocah itu disekolahkan di rumah. Sebab cerita yang sudah merebak tentang suatu malam ketika ibu Tarom meninggal, anak-anak di sekolah agak-agak takut dengan Tarom. Setiap kali Tarom berlaku ganjil, semua langsung was-was. Karena tidak lama setelah kejadian dirinya yang berdiri kaku lalu koma tiga hari, dia masuk sekolah dan terus saja menceracau 'gawat gawat gawat' sambil menunjuk suatu sudut sekolah yang memang terkenal 'gawat'nya. Anak-anak yang kadung percaya bahwa Tarom dapat melihat alam gaib lari tunggang langgang menjerit ketakutan. Ulah Tarom itu membikin sekolah jadi ribut. Sesegera itu semuanya dipulangkan, Tarom dipanggil kepala sekolah kemudian.

KARUNG NYAWA - SERI SIDIK KLENIK #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang