Jabil jarang pulang ke rumah kakak perempuannya, Lu Luah Bin Thaha Taha, atau sering dipanggil mbak Luluk. Rumah itu ditempati oleh mbak Luluk beserta neneknya. Kadang-kadang di kala ada kesempatan libur, kakak laki-lakinya yang sudah berumah tangga, Hud Huda, datang menginap. Jabil lebih senang tidur di warnet 24 jamnya, di bilik perenungan yang sudah tersedia kasur lipat.
Kejarangannya itu kini lebih disebabkan oleh perasaan teror terhadap sosok pria berkapak tanpa kepala yang muncul tiba-tiba dari balik sesemak, seperti yang diceritakan Dukun Gondrong. Juga jalanan menuju rumah neneknya itu sejalur dengan rumah orang tidak waras bernama Karti Benguk yang kegemarannya adalah melolong tengah malam seperti serigala.
Setelah dua hari penuh dia menguntit dan mengintai beberapa pemulung, Jabil menerima laporan dari Janet dan Hanoman Ganteng di markas Zam Zam Net. Kesemua info berkesan mentah dan kurang kuat untuk dijadikan bukti. Meski begitu, Jabil tetap mencatatnya. Terutama tentang ciri fisik (meski sekadar rumor belaka) dari Toklu. Satu dua pemulung yang dikuntitnya memang bercirikan fisik seperti itu. Namun kait yang mereka pakai adalah kait gancu biasa. Tidak dipipihkan selayaknya celurit.
Janet mempertanyakan kegiatan itu, "Mas Jabil masih tetap mau lanjut?"
Jabil tidak yakin menjawabnya. Pengusutan melalui jalur klenik sangat tidak berpedoman pada kenyataan yang dapat diterima orang waras. Jika mau lanjut, lalu bagaimana cara menangkap si penjahat?
"Yawis, maturnuwun atas bantuannya ya. Nanti kalau ada info lanjut lagi aku beri tahu," kata Jabil akhirnya. Dia pun putus asa karena tidak mendapat bukti solid dari pemulung yang dikuntitnya sampai ke tempat tinggal kumuh. Rumah terbuat dari anyaman bambu. Jabil meneropong dari jauh di balik semak-semak, tidak ditemukannya tanda-tanda kekejian atau firasat yang mengatakan pemulung itu melakukan pesugihan bertumbal. Yang dirasakannya justru rasa iba. Melihat pemulung tua itu merengkuh anak dan istrinya di depan pintu berlubang yang ditambal kardus, Jabil memutuskan cabut saja.
Jabil mendapat cerita Dukun Gondrong yang malam sebelumnya ikut meronda di Korgan bersama Lek Mani, Beni Pariyo dan anak muda lainnya. "Bil, setan kapak muncul lagi. Jangkrik!" Sekitar jam tiga pagi hari itu Dukun Gondrong tergesa-gesa masuk ke warnet yang sedang sepi.
"Di tempat yang sama?" tanya Jabil.
"Iyo. Tau gak yang edannya? Beni Pariyo berhenti buat ngobrol sama si setan kapak!"
Jabil melongo. "Gawat. Terus piye?"
"Lha mbuh. Kita semua pada lari."
"Edan. Si Beni Pariyo habis dapat pencerahan jadi aneh lagaknya yo."
"Iyo. Kacau itu orang. Lagaknya kayak biksu bijaksana. Wis mbuh ah. Mau tidur aku."
Hal itu makin membuatnya ogah pulang malam-malam ke rumah nenek. Tapi sayangnya, dia tak bisa mengelak. Malam hari setelahnya Jabil ditelepon oleh mbak Luluk untuk pulang. Perintah itu mendesak. Kakak-kakaknya yang lain sudah datang.
"Jabil, pulang ke rumah! Mbahyi kesurupan!"
Jabil melongo dua kali lipat.
Dia mendapat panggilan itu sekitar pukul sebelas malam. Dukun Gondrong sedang tidak ada dan pengunjung sedang ada dua yang aktif. Jabil tidak bisa meninggalkan begitu saja. Teleponnya berdering lagi lima belas menit kemudian, "tunggu apa lagi? Ayo ke rumah sekarang!" kakaknya memaksa.
Kalau sudah begitu Jabil tidak ada pilihan. Berkompromi kepada dua pengunjung yang sedang asyik bermain gim daring dengan menyerahkan biaya satu jam dari yang telah mereka mainkan, akhirnya Jabil bisa pergi. Tentu Jabil tidak mau ambil risiko jalan kaki sendiri tengah malam melalui jalur yang menjadi daerah kekuasaan setan kapak itu. Dia meminta satu tukang ojek yang masih mangkal untuk mengantarkannya. Sepanjang jalan Jabil sudah ingin menghubungi Tarom Gawat, sayangnya bocah itu tidak punya nomor untuk dihubungi. Jadinya dia harus datang dulu ke rumah. Kemungkinan juga kakaknya sudah menghubungi Ki Gufron.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNG NYAWA - SERI SIDIK KLENIK #1
HorrorEmpat pemuda bekerja sama menyelidiki kasus ganjil yang menggegerkan desa. Mereka tidak pernah menyangka akan berada di ranah klenik nan mistik yang membuka rahasia masa lalu kelam Purwosari. Bukan hanya soal pesugihan dengan tumbal, tapi jauh lebih...