Sisa sore itu Jabil terpaksa menutup warnetnya, membuat anak-anak dusun pada kecewa. Di dalam, Johan Oman masih meringkuk sambil dipeluk Janet. Tampak dari mata bocah tampan berdarah Turki itu kengerian yang tak bisa digambarkan.
"Temanmu aneh sekali," keluh Janet kepada Jabil.
Jabil yang merasa tidak enak kepada Janet, jadi gusar. Si Hanoman Ganteng pernah mengalami kejadian yang membuatnya menutup diri lama. Baru sebentar keluar, langsung dihadapkan dengan pengalaman mengerikan lagi. "Tarom memang gawat, Net. Tapi, dia jarang salah. Keisengannya tidak sesering kebenarannya."
Janet memandang prihatin kepada pacarnya. Muka Hanoman yang putih ganteng itu kini serupa dengan tegel putih lantai warnet: putih pucat kusam.
Jabil belum menyampaikan pesan Tarom ketika dia beranjak pergi. Sebabnya adalah Hanoman tengah memejamkan mata rapat, mungkin pingsan. Nada perkataan Tarom itu membuatnya ingat masa dua tahun lalu ketika masih bersekolah di SMK. Waktu itu bertepatan dengan diadakannya kegiatan persami di SMK Pojok. Jabil sebetulnya enggan ikutan namun dia tidak mau Senin esoknya dijewer kepala sekolah bila ketahuan absen. Bertiga: Jabil, Yogo Keling dan Hanoman berangkat bersama sore-sore di hari Sabtu.
Perkataan Tarom Gawat waktu itu pula yang membangkitkan keterkaitan perihal pohon angker yang tiba-tiba muncul sekarang ini di pekarangan belakang sekolah menengah kejuruan tersebut.
Tarom Gawat masih anak kelas tujuh di SMP Purwosari kala itu. Namun kesohoran gaibnya sudah dikenal di mana-mana. Dia diminta secara langsung oleh kepala sekolah, Edy Yusuf, untuk memindai kawasan sekolah apakah aman atau tidak. Tarom Gawat baru selesai melakukan keliling pertamanya ketika Jabil, Yogo Keling dan Hanoman tiba memasuki gerbang sekolah.
"Lagi nerawang, Rom?" tanya Yogo Keling.
Siapa pun tahu bila Tarom Gawat tengah menjalankan tugas gaibnya, dia tidak akan menjawab teguran siapa pun. Tarom Gawat hanya lewat tak memedulikan mereka bertiga.
"Wah, kayaknya bakalan ada yang kesurupan malam ini," kata Hanoman Ganteng.
Di situlah mereka bertiga tiba-tiba berdiri bulu kuduknya. Tarom Gawat yang sepuluh langkah jaraknya, tiba-tiba kembali dan berkata dengan nada prihatin, "Jangan bilang kesurupan, nanti bakal kejadian." Lalu dia pergi.
Hanoman Ganteng sampai terlonjak kaget dengan kemunculan Tarom Gawat yang tiba-tiba itu. "Astaghfirullah!" keganjilan bocah itu memang bikin jantungan kadang.
"Parah gawatnya tuh bocah," kata Jabil.
Menjelang Maghrib suasana berubah tak mengenakkan. Ketiga remaja malas-malasan itu terngiang perkataan Tarom Gawat, dan mereka sendiri mengaku terkejut dengan penantian antusias ganjil mereka terhadap kejadian kesurupan nanti malamnya. Ditambah dengan bakaran sampah di belakang rumah warga yang dekat dengan sekolah, aromanya itu samar-samar berubah seperti kemenyan.
Dan betul terjadi.
Pukul sembilan malam ketika acara api unggun digelar, seorang siswi menjerit dan melakukan tarian ular. Awalnya teman-teman sebayanya menertawai sebab diketahui siswi itu suka membanyol. Namun sepanjang sepuluh menit siswi itu tidak berhenti menari ular, lanjut ke menit lima belas. "Woy itu kesurupan woy!" salah seorang berseru. Seketika lingkaran api unggun jadi kacau. Kebanyakan para siswi termasuk kakak pembina pramuka perempuan yang histeris ketakutan, sementara para siswa menonton aksi siswi yang hampir membuka baju itu.
Segeralah kepala sekolah Edy Yusuf datang, disusul oleh guru olahraga dan Tarom Gawat. Pak Edy dan guru olahraga memegangi siswi tersebut yang meraung-raung menyebut nama Nyi Blorong. Tarom Gawat mengambil sebatang kayu di belakang pohon pisang dan sebutir batu. Entah apa yang dikomatkamitkan mulutnya itu. Adegannya seperti film silat, Tarom Gawat melompat berputar di udara dan memukul tanah di depan siswi itu dengan batang kayu berkali-kali. Lalu dengan segera dia menempelkan batu di kening siswi. Tampak gerakan Tarom Gawat seperti menarik sesuatu yang berat dari kepala siswi itu. Agak menjauh, Tarom sempat hampir terjatuh, dia tergopoh seperti sedang memeluk ular piton yang menggeliat. Dia kemudian lari menerobos kerumunan siswa siswi yang ngeri, menuju pekarangan kosong belakang sekolah. Dia terjatuh dua kali, bangkit terus sampai dia mencapai satu titik di pekarangan kosong penuh ilalang itu. Tarom Gawat menancapkan batang kayu di sana. Sesudahnya dia dipanggil oleh Pak Edy.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNG NYAWA - SERI SIDIK KLENIK #1
HorrorEmpat pemuda bekerja sama menyelidiki kasus ganjil yang menggegerkan desa. Mereka tidak pernah menyangka akan berada di ranah klenik nan mistik yang membuka rahasia masa lalu kelam Purwosari. Bukan hanya soal pesugihan dengan tumbal, tapi jauh lebih...