"Lily Narcissa Malfoy!"
Mendengar namanya dipanggil, pandangan gadis cantik itu teralihkan dan melangkah dengan girang.
Dari tempat Draco dan Blaise berdiri, pria berambut pirang itu tersenyum melihat betapa antusiasnya Lily. Bersekolah di Hogwarts sudah lama dinanti-nanti oleh anak bungsunya.
"Omong-omong, Drac ...." Blaise menjeda seraya memperhatikan sepatunya, "dimana Scorpius dan Al? Tumben mereka tidak ikut."
Draco terkekeh, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "mereka sedang dihukum karena berkelahi."
Blaise tersenyum, "tidak jauh beda dari Rose dan Hugo." tatapan pria itu menerawang, membayangkan kedua anaknya. "Bedanya aku yang sering memberi hukuman pada mereka ketimbang Ron. Dia lebih suka memanjakan anak kami."
"Mereka berdua sangat mencerminkan keluarga Weasley," Blaise sedikit meringis mengingat fisik Rose dan Hugo sangat Weasley, tidak ada yang mirip dengannya. Blaise menoleh pada Draco, "anak-anakmu, hanya Al yang tidak mirip denganmu, kecuali mata."
"Tapi sifat Al sangat mirip denganmu." sambung Blaise kemudian.
Blaise sedikit meringis mengingat Rose disortir ke asrama Gryffindor dan dia sangat berharap Hugo disortir ke asrama Slytherin agar dia memiliki penerus. Omong-omong, Rose dan Scorpius satu angkatan.
"Ayah!"
Kedua pria dewasa itu menoleh pada Lily dengan raut cerianya sambil memeluk bungkus berisikan seragam-seragam sambil melangkah ke arah Draco, "sudah lengkap?" tanya sang ayah sambil memperhatikan bungkus yang dipeluk Lily.
"Iya. Sekarang burung hantu." Lily bicara sambil melempar pandangannya pada toko yang terdapat banyak burung hantu.
Draco mengangguk, lalu menoleh pada Blaise untuk pamit pergi. Ayah dan anak itu melangkah beriringan memasuki toko hewan.
Langkah mereka berhenti ketika mendapati Harry yang tampak mengobrol dengan pria bertubuh gemuk. Sosok yang masih belum bisa Draco maafkan sepenuhnya. Dudley.
Apa yang dilakukan Dudley di Diagon Alley?
Omong-omong, hubungan Harry dan keluarga Dursley sudah membaik. Vernon, Petunia, dan Dudley menyesali perbuatan mereka dan minta maaf saat mereka tidak sengaja bertemu Harry ketika keluarga harmonis itu pergi berlibur ke dunia muggle atas permintaan Harry yang sangat merindukan dunia muggle.
Bahkan Scorpius, Al, dan Lily berteman baik dengan sepupu jauh mereka dari pihak Harry. Vernon II dan Vernia.
"Paman Dudley!"
Dudley dan Harry kompak menoleh pada Lily yang berjalan menghampiri mereka, sementara Draco mengikuti dengan langkah malas.
"Lily." Sapa Dudley dengan ramah.
"Paman di sini sendirian? Mana bibi Vanessa? Dan di mana Vernon dan Vernia?" Lily celingak-celinguk mencari keberadaan istri Dudley dan kedua sepupunya.
"Bibi Vanessa sedang sakit, jadi dia di rumah. Vernon dan Vernia ..." Dudley menoleh sekilas pada dua anak kembar tidak identik itu yang sedang sibuk memilih burung peliharaan bersama orang dewasa yang pria gemuk itu tahu sebagai salah satu staff Hogwarts.
Lily memasang raut wajah terkejut, "Vernon dan Vernia --"
"Benar." sahut Harry, memotong ucapan Lily. "Ternyata Vernon dan Vernia memiliki kemampuan sihir. Aku juga terkejut saat Dudley cerita ada dua surat dari Hogwarts datang ke rumah."
"Ah, aku menaruh harapan pada Vernon dan Vernia disortir ke asrama Gryffindor." Harry menatap kedua ponakannya dengan lembut.
Lily mengernyit, "Gryffindor? Kenapa tidak Slytherin saja? Aku pasti masuk Slytherin seperti kak Scorpius dan kak Al. Kenapa Vernon dan Vernia tidak masuk Slytherin saja biar kita bisa satu asrama?"