Tom dan Draco duduk berhadapan saat ini. Draco hanya memasang wajah datar melihat Tom yang tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Kalau dilihat dari penampilannya yang kini terlihat lebih tirus dan menyedihkan, banyak sekali kebahagiaan penyihir jahat itu yang dihisap Dementor.
"Istriku mengandung anakmu." Draco membuka suara setelah lama dia diam.
Tom mengangkat wajahnya lalu tersenyum samar. "Oh ..."
"Kau senang?" tanya Draco menaikkan sebelah alis, terdengar nada sinis dari sana.
"Apa kau berencana menggugurkan Delphini?" Tom bertanya dengan suara beratnya.
Draco mengangkat salah satu tangannya di depan dada. "Jika kau mengira aku menemuimu untuk mengatakan kalau aku ingin membunuh anakmu, kau salah besar."
Tom terdiam lalu membuka suara. "Lalu kenapa kau kemari?"
Draco menghembuskan napas berat. "Pertama, aku sangat berterimakasih padamu karena kau pernah menyelamatkan nyawa Al ketika dia masih bayi. Tanpamu, mungkin sampai sekarang aku menyalahkan diriku karena gagal menjaga anak."
Tom mengangkat sebelah alis. "Bagaimana kau tahu soal itu?"
Mengabaikan pertanyaan Tom, Draco kembali bicara, "kedua, aku sangat marah dan ingin sekali membunuhmu karena kau telah membuat Lily terluka. Dia anak perempuan dan masih kecil. Kenapa kau tega melakukan hal sekejam itu padanya?!" napas pria pirang itu memburu di akhir.
Masih sangat jelas di ingatannya bagaimana wajah Lily yang babak belur, apalagi Lily adalah anak kesayangannya.
Kalau kalian mengira Albus anak kesayangan Draco, kalian salah. Anak kesayangan Draco adalah Lily, karena Lily satu-satunya perempuan dan pertama kali di keluarga Malfoy. Tetapi Draco adil pada ketiganya.
"Kalau kau melakukan itu pada Lily karena dia mirip denganku, mau bagaimanapun dia juga anak Harry, istriku, orang yang selama ini kau cintai!"
Tom tersentak mendengar kalimat terakhir lalu dia menunduk. Melihat keterdiaman Tom, Draco lanjut bicara, "aku tidak tahu sekejam apa dunia padamu, Riddle, sampai kau menjadi seperti ini. Kau tidak paham apa itu cinta, yang kau tahu adalah obsesi dan ingin memiliki. Kau tidak memiliki seorang teman dan kau juga tidak memiliki orangtua maupun keluarga dari dua belah pihak untuk mengarahkan mu."
Kalimat terakhir itu memancing emosi Tom, rahangnya mengeras. "Berani-beraninya kau!"
Pria itu mendendangkan kakinya di kaki meja dan cukup menimbulkan debuman keras. Tapi hal itu tidak membuat Draco takut. Toh, kedua tangan Tom diborgol sehingga dia tidak bisa melakukan apapun selain menendang.
"Jangan bawa-bawa orangtuaku. Mereka tidak ada hubungannya dengan ini!"
Draco kembali memasang wajah datar. Jemarinya mengetuk-ngetuk di atas meja, matanya memandang lurus.
"Dengan kehamilan Harry, mungkin tuhan masih baik hati dengan memberikanmu kesempatan untuk bahagia sebelum kau dihukum mati." Draco memejamkan mata dan menarik napas dalam. "Aku sudah minta pada kementrian agar hukuman mati mu ditunda sampai kelahiran Delphini. Kau berhak melihatnya di saat-saat terakhirmu." Draco tersenyum tipis di akhir kalimat.
Tom menatap mata Draco, terlihat pria pirang itu sungguh-sungguh. Lalu, Tom menunduk. "Aku mempelajari banyak hal setelah insiden istrimu menusukku. Kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Aku membunuh James dan Lily Potter lalu aku selalu memata-matai Harry untuk aku bunuh kapanpun, tanpa aku sadari aku menjadi terobsesi padanya." pandangan Tom menerawang. "Banyak orang yang aku bunuh kalau mereka menentang ku. Aku tahu itu semua tidak termaafkan. Dan aku memang pantas menerima hukuman mati. Tapi terimakasih, Malfoy, kau mau memberikanku kesempatan untuk melihat anakku."