"Dray ..." Harry memasang tampang memelas saat Draco kembali merebahkan tubuhnya dan menindihnya. "Aku ... lelah ... A-aah ..." Harry mendesah untuk dada berisinya yang diremas oleh Draco.
Draco memajukan wajahnya, mencium bibir Harry sekilas. "Aku janji, satu round lagi." setelah mengucapkan itu, dia kembali menyerang Harry dengan ciuman panas.
Satu jam berlalu, akhirnya kegiatan mereka berhenti. Punggung telanjang Harry menempel sempurna di dada bidang Draco. Sungguh sangat melelahkan bagi Harry, bahkan nafasnya masih tidak beraturan sangking lelahnya.
"Harry ..."
"Hmm ..."
"Belum satu hari tapi aku sudah merindukan anak-anak."
"Aku juga. Kau tahu, aku sebenarnya belum bisa melepaskan Lily." Harry bergerak menyamankan diri di pelukan Draco. "Rasa khawatirku selalu berlebihan jika soal dia."
"Wajar kau khawatir berlebihan, Harry, dia anak perempuan. Aku juga merasakan hal yang sama." Draco mengecup leher belakang Harry.
"Harry ..."
"Eum?"
"Aku ingin ... Kau memberi perhatianmu pada Al."
"Al?" Harry kebingungan, "bukankah dia lebih dekat denganmu?"
"Iya, aku tahu Al lebih dekat denganku, tapi dia juga butuh perhatianmu." Draco mengelus rambut Harry lembut, "siapa yang diajaknya bicara jika aku tidak di Manor untuk bekerja?"
Harry diam, tampak berpikir, "setahuku dia lebih senang berada di kamarnya. Keluar jika lapar. Atau bermain bersama Scorpius dan Lily di sore hari. Dia ikut bermain atau berbuat jahil jika moodnya sedang baik."
"Karena itu kau harus memberi perhatian lebih padanya. Kita sudah tahu dari lama, kan, jika Al yang paling jarang bicara sejak dia bayi?" Draco menerawang mengingat masa kecil Albus, "kau bahkan sempat mengira dia bisu."
Harry terkekeh, "ya ... Dia terlalu diam, sih."
Draco tidak bicara apa-apa lagi, tangannya mengelus kepala Harry. Dia tidak bisa menyalahkan Harry sepenuhnya. Istrinya hidup tanpa kasih sayang orangtua, jadi dia harus membimbing Harry dengan memberitahunya secara perlahan untuk bersikap adil pada ketiga buah hati mereka.
Draco selalu ingat tatapan sedih Albus jika dia memiliki tugas yang membuatnya harus meninggalkan Manor selama berbulan-bulan. Di antara ketiga anaknya, Albus lah yang paling sedih karena hanya Draco yang bisa mengerti perasaan Albus.
Terkadang Albus lebih memilih berbicara dengan Lucius. Hal itu Draco ketahui dari sang ayah sendiri, bahkan Albus pernah tidur di kamar Lucius dan Narcissa.
Albus kurang kasih sayang Harry. Hal itu benar, tapi Harry tidak menyadarinya. Harry lebih memperhatikan Scorpius dan Lily.
Maka dari itu Draco akan membimbing istrinya secara perlahan.
...
Hogwarts
Di ruang kerjanya, Snape mendudukkan tubuhnya lelah. Diminumnya segelas air di sana hingga separuh, menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan lega. Dia pikir dia bisa bersantai, kemudian suara pintu yang dibuka tanpa permisi mengejutkannya.
"Hey! Siapa --" kalimat yang ingin Snape lontarkan seolah tersangkut di tenggorokan ketika melihat siapa orang kurang ajar yang membuka pintu ruangannya tanpa permisi, wajah marahnya berubah terkejut.
Lily menutup kembali pintu sebelum menelusuri ruangan ayah baptis dari ayahnya yang gelap dan penuh dengan berkas, bahan-bahan ramuan, dan gelas ramuan. "Oh ... Ternyata seperti ini ruangan kakek!" mata hijau itu menyapu ke seluruh sudut.