18

11 2 4
                                    

Happy reading 💐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 💐

Jangan lupa tinggal kan jejak kalian dengan vote dan komen💐

Follow akun mereka💎:

@wp_mondfijell
@wp.happiness
@diamondangel_family
@Wor.ldbalance
@ayyara_nayyara
@diamond_satria
@avel_arvel
@ren_darrenn
@alfaris_reyhan
@haikal_anteng
@malvian_alvi
@aksa_angkasa01
@ziel_ciel
@xyguandra
@algafari_raka
@dianravela


ᥫ᭡ᥫ᭡ᥫ᭡

Di ruangan remang itu, seorang pemuda yang mulutnya di lakban oleh lakban hitam membuka perlahan mata yang sedari tadi ia tutup. Menyesuaikan cahaya dengan ruangan tersebut walaupun ruangan itu sedikit remang karena hanya ada satu lampu di atas kepala nya.

Tangan dan kakinya yang di ikat pada kursi membuat dirinya kesulitan untuk bergerak guna melarikan diri ataupun meminta pertolongan, hingga pintu itu terbuka menampilkan sosok pria yang ia kenal betul perawakannya.

"Bagaimana tidur mu malvian?" Ujar nya menyeringai.

"Ohya aku hampir lupa melepas lakban ini, maaf ya kawan lama" ujar nya kemudian menarik lakban yang menutupi mulut malvian.

"LEPAS ANJING! MAU APA LAGI LO BIADAP?!"

"Mau ku? Heum, aku hanya ingin kakak mu bertanggung jawab anak manis"

"SIALAN! BANG ANGKASA GAK MUNGKIN NGELAKUIN ITU ANJING! DIA ITU COWOK BAIK-BAIK!"

"NYATANYA ORANG YANG KAU ANGGAP BAIK ITU TELAH MERUSAK KELUARGA KU BERSAMA TEMAN-TEMAN SIALANNYA ITU!!" Pria itu menampar pipi malvian hingga suara keras akibat tamparan tadi menggema di ruangan kecil itu.

"ck, gue tau ini semua cuman akal-akalan lo doang karena iri liat bang angkasa dan teman-temannya itu selalu juara dalam segala hal kan? IYA KAN?!"

"KALAU IYA KENAPA?!"

"Aku benci saat melihat mereka berhasil sedangkan aku selalu menjadi yang kedua, aku tidak suka melihat mereka tertawa bahagia mengangkat piala yang seharusnya menjadi milik ku, aku iri dengan mereka" ujar lirih

"Gak gini caranya tino, lo kelewatan kalau begini!"

"Diam! Kau tau apa yang aku rasakan" ujar nya kemudian beralih mengambil sebilah pisau berukuran sedang di atas meja di sudut ruangan

ARALVI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang