Seperti yang sudah di katakan Abhista beberapa hari kemarin, mereka liburan di Thailand selama 5 hari. Di Pattaya mereka 3 hari sedangkan di Phuket mereka 2 hari.
Setelah pulang dari Thailand mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah apartemen mewah. Abhista tidak bisa membawa Arina ke rumah karena beberapa hari yang lalu ketika mereka berada di Thailand, rumah dan mansion diserang. Untungnya keluarga besar Bagaspati tidak berada di rumah.
"Kita tinggal disini saja ya, Rin. Gue gak mau ambil resiko dengan lo tinggal dirumah." Ucap Abhista setelah dia baru duduk di kasur setelah membantu Arina menaruh baju-baju mereka dilemari.
"Gapapa kok, gue ngerti." Sahut Arina.
"Oh ya untuk sementara waktu lo kalo mau kemana-mana sama bodyguard ya. Ini berlaku cuma kalo gada gue kok, kalo ada gue gausah sama bodyguard."
"Gak berlebihan? Maksud gue, gue bisa jaga diri."
Abhista menggeleng "engga, musuh keluarga gue kali ini berbahaya banget. Walau pernikahan kita di rahasiakan, tapi tidak menutup kemungkinan dia tau lo istri gue. Lo istri Skayara Abhista, keturunan terkuat keluarga Bagaspati. Pasti banyak yang bakalan ngincar lo. Keluarga gue bukan keluarga abal-abal, Rin. Banyak yang pengen jatuhin jadi tolong ya nurut."
Arina mengangguk pelan "baiklah kalo begitu. Gue nurut sama lo."
Abhista tersenyum kecil "besok lo berangkatnya sama bodyguard. Kita gak bisa berangkat bareng."
"Gak mau, gue mau nya sama lo."
"Tapi kan Rin......."
"Aku maunya berangkat sama kamu, titik."
Abhista yang mendengar Arina menggunakan aku-kamu itu pun mengerjapkan kedua matanya perlahan.
"L-lo bilang apa tadi? Aku-kamu?."
Arina merutuki kebodohannya dia memejamkan kedua matanya tapi setelahnya dia bersikap biasa saja "memangnya kenapa? Kamu istri aku kan? Jadi gapapa dong kalo manggil gitu?."
"Ya gapapa. Yaudah kita tidur yuk, aku ngantuk banget."
Arina mengangguk lalu keduanya merebahkan tubuh mereka di kasur. Abhista menarik selimut lalu menyelimuti tubuh Arina dan juga dirinya.
"Berarti besok kamu gak bakalan jaga gerbang lagi?." Tanya Abhista.
Arina menggeleng "tetep, karena kan belum pemilihan osis lagi. Besok hari pertama mos juga. Jadi aku masih tetep jadi ketua osis."
"Pasti besok kamu bakalan sibuk. Bawa bekel aja, Rin." Saran Abhista.
"Engga deh, aku malas buatnya."
"Besok aku buatin. Sekalian aku masakin."
"Loh kamu bisa masak?."
"Bisa dong."
"Masak apaan?."
"Masak air."
"Kalo itu semua orang juga tau, ata." Ucap Arina sambil memukul pelan lengan Abhista.
Abhista terkekeh "aku masakin nasi goreng aja ya. Atau mau sarapan lain silahkan. Bilang aja besok aku buatin."
"Beneran ya? Awas aja kalo boong."
"Beneran, dulu aku sering banget buatin Avira sarapan atau bekal. Jadi sudah terampil banget." Ucap Abhista dengan excited.
"Wah serius, pasti enak banget masakan kamu, sampek kamu sering banget buatin Avira makanan."
Abhista memejamkan matanya sambil merutuki kebodohannya. Bisa-bisanya dia membicarakan perempuan lain di depan istrinya sendiri. Walaupun itu adalah kakak dari Arina itu sendiri. "Rin, maaf ya aku....."
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love Never Dies (END)
Short StoryMenikah di usia yang terbilang sangat muda, sama sekali tidak terpikirkan di benak seorang Skayara Abhista, Dia adalah, cewek cantik, lucu, mapan dan sedikit berisik. Diusia yang kini menginjak umur 17 dia harus menikah dengan cewek yang seumuran de...