Rencana

724 55 0
                                        

Abhista menatap Arina yang tengah masuk ke dalam mobil Sheila. Maka cepat-cepat dia masuk ke dalam mobilnya dan mengikuti mobil Sheila dari belakang.

Setelah mengikuti sekitar 30 menit, mobil Sheila berhenti disebuah rumah yang sangat Abhista kenal. Yaitu rumah keluarga Arina. Abhista menghentikan mobilnya tak jauh darisana.

Setelah berpamitan, Sheila dan Navella pergi meninggalkan Arina. Abhista segera menjalankan mobilnya, dan menghentikannya di halaman rumah keluarga Devantara.

Abhista keluar dari mobil, Arina tampak tersenyum lalu memeluk Abhista. Tentu Abhista membalasnya.

"Aku bilang sama mereka soal kita, gapapa kan?." Abhista menggeleng

"Gapapa kok, aku gak keberatan sama sekali. Tapi kamu udah minta mereka buat tutup mulut?."

"Udah kok, mereka gak akan bocorin."

Abhista hanya mengangguk lalu keduanya masuk ke dalam rumah. Sampai didalam mereka melihat mama Tania sedang duduk sambil menonton telivisi.

"Ma." Panggil Arina.

Tania menoleh ketika mendengar suara Arina, "eh kalian sudah pulang, cepet banget."

Abhista dan Arina menyalami tangan Tania. "Ada masalah di sekolah ma, jadi kami dipulangkan."

Ayzel yang baru datang itu pun khawatir ketika melihat Arina.

"Dek, Lo gapapa kan. Ada yang luka engga." Ucap Ayzel sambil menangkup pipi Arina dan memutar badan Arina.

Tania yang keheranan pun itu bertanya "kamu ini kenapa zel? Emang adek kamu kenapa?."

"Sekolah diserang ma, makanya Ayzel khawatir sama Arina." Ucap Ayzel khawatir.

Tania langsung membulatkan kedua matanya dan memeriksa Arina juga. "Kamu gapapa kan nak? Ada yang luka engga?."

"Aku gapapa kok ma, kak. Tadi aku sama Ata kok, iya kan?." Arina menatap Abhista.

Abhista mengangguk "iya ma, kak. Arina bareng sama Ata pas kejadian."

"Kok bisa sekolah diserang, udah tau siapa orangnya, ta?." Tanya Tania.

"Musuh keluarga Bagaspati ma."

"Tapi kenapa bisa masuk ke dalam sekolah? Bukannya banyak penjaganya?."

"Kayaknya orang dalam kak, yang punya akses masuk. Beberapa dari mereka udah ada di kantor polisi."

"Tapi ini gak bisa dibiarin ta. Secepatnya harus diselesaikan."

Abhista mengangguk "iya ma, aku sama sepupu yang lain tengah mencari dalangnya. Makanya aku kesini."

"Maksud kamu?."

"Salah satu orang yang membantu dalang ini semua adalah salah satu kolega papa, Marlon Juanda Adhytama. Apa mama dan Kakak kenal?."

Tania dan Ayzel saling berpandangan "nama itu tidak asing bagi kami, tapi kayaknya mama pernah ketemu sama dia." Ucap Tania.

"Kayaknya pas ulang tahun papa dua Minggu yang lalu ma, beliau diundang kan." Ucap Arina.

"Oh iya benar. Saat itu Marlon adalah salah satu kolega dari teman papa. Dan dia menawarkan kerja sama saat itu juga." Jelas Tania.

"Awalnya papa nolak, ta. Tapi si Marlon-marlon itu kekeh. Akhirnya papa mau." Kata Ayzel.

"Kejadian itu bertepatan dengan setuju nya kalian untuk di jodohkan." Lanjut Ayzel lagi.

Abhista diam sebentar, dia berusaha menggabungkan perkataan mertuanya dan juga kakak iparnya dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Apa penyerangan ini, direncanakan, ta?." Tanya Arina.

True Love Never Dies (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang