Setelah mengobrol dengan kedua orang tua Arina dan Ayzel. Abhista dan Arina pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Arina pergi ke balkon kamar sambil membawa segelas jus. Menatap langit yang masih mendung namun hujan telah reda sekarang.
Sedetik kemudian Arina merasakan ada sebuah tangan yang memeluknya dari belakang.
"Kenapa emm? Dari tadi diem aja? Ada yang ganggu pikiran kamu?."
Arina membalikkan badannya menatap Abhista dengan lekat. "Kamu beneran cinta sama aku?."
"Kamu kenapa nanyak itu?."
"Aku gak sengaja denger tadi, kalo kamu masih mencintai Avira. Apa itu bener, ta?."
Abhista diam bibir kelu untuk menjawab pertanyaan dari Arina. "Jika kamu masih mencintai Avira. Pernyataan cinta kamu kemarin itu semua bohong dong? Dan aku notice, ta. Beberapa hari ini kamu nganggep aku Avira bukan Arina." Ucap Arina kecewa.
"A-aku minta maaf, Rin."
Arina tertawa pelan "kamu beneran jahat ya, ta. Aku pikir kamu beneran cinta sama aku, tapi ternyata itu hanya kebohongan. Seharusnya aku sejak awal sadar, kalo aku gak bisa gantiin posisi dia di hati kamu." Arina mendorong pelan tubuh Abhista dan pergi meninggalkan Abhista sendiri.
Abhista tidak mengejar Arina sama sekali. Dia hanya menatap kepergian Arina. "Maaf Rin, maaf." Sesal Abhista.
Dilain sisi Arina pergi ke kolam renang, dia duduk sambil kedua kakinya berada di dalam air.
"Kisa percintaan gue gini amat. Gagal terus, capek gue gini terus. Apa gue mati aja ya. Biar gue gak ngerasain sakit lagi."
Arina menatap kolam yang berada didepannya. Kolam itu tidak lah dalam tapi bagi Arina yang notabenenya tidak bisa berenang, akan mudah untuk tenggelam.
Tanpa keraguan Arina langsung menceburkan diri ke dalam kolam itu. Arina tidak berusaha untuk berenang ke tepian, dia hanya melakukan gerakan seperti hendak meraih sesuatu dan berusaha memposisikan kepalanya untuk menengadah sambil membuka mulutnya. Makin lama gerakan Arina melemah dan akhirnya total tenggelam.
Abhista yang keluar mencari Arina itu menghentikan langkahnya ketika melihat pergerakan di kolam renang ditambah perempuan itu melihat sandal milik Arina di tepi kolam.
Dengan cepat Abhista berlari, matanya membulat ketika melihat Arina telah pingsan di dalam kolam dengan tangan yang direntangkan.
"Astaga Arina!." Teriak Abhista.
Tanpa banyak bicara Abhista segera loncat kedalam kolam dan berenang menghampiri Arina. Ayzel yang berada di taman belakang itupun berlari ketika mendengar teriakkan adik iparnya.
Ayzel terkejut ketika Abhista tengah menolong Arina yang sudah pingsan akibat tenggelam itu. Maka dengan spontan Ayzel membantu Abhista untuk mengangkat Arina ke tepian. Kedua orang tua Arina berlari dari teras ketika mendengar suara teriakan Abhista.
"Ambilin handuk, zel." Perintah sang mama. Ayzel mengangguk lalu dirinya segera mengambil handuk.
"Rin, bangun. Jangan begini, aku mohon." Abhista melakukan pertolongan CPR dan juga melakukan napas buatan.
Abhista terus saja melakukan CPR hingga tangannya yang memompa dadanya untuk yang terakhir membuat Arina terbatuk.
Abhista tersenyum lega "syukurlah kamu kembali."
Abhista menerima handuk dari Ayzel, lalu menghanduki tubuh Arina. "Ta, bawa Arina ke kamar. Gantiin bajunya, biar gak sakit." Ucap papa Arzan.
Abhista mengangguk "iya, Pa."

KAMU SEDANG MEMBACA
True Love Never Dies (END)
Short StoryMenikah di usia yang terbilang sangat muda, sama sekali tidak terpikirkan di benak seorang Skayara Abhista, Dia adalah, cewek cantik, lucu, mapan dan sedikit berisik. Diusia yang kini menginjak umur 17 dia harus menikah dengan cewek yang seumuran de...