Perjodohan tiba-tiba

877 69 1
                                    

Sore hari, tepatnya jam 4 sore, bel sekolah berbunyi. Menandakan waktu pulang sekolah. Maka semua siswa mau dari kelas 10 hingga kelas 12 berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing.

Tak terkecuali dengan The Smilodon, mereka keluar dengan menggendong tas di bahu kanan. Saat ini mereka keluar dengan menggunakan jaket. Abhista yang berada di depan menggunakan jaket denim, sedangkan Gabriela dan Alsava yang berada di belakang, menggunakan jaket varsity. Ketiganya menggunakan kacamata kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mereka.

Saat diparkiran semua siswa menatap kagum kearah mereka, terutama pada Abhista. Kejadian di kantin adalah kali pertama Abhista mau membela Arina, bahkan menolongnya.

Abhista hanya acuh dengan tatapan dan pujian yang dilayangkan untuknya. Dia hanya fokus pada kedua temannya dan juga ponselnya.

"Eh kita nongkrong yuk. Dah lama kita gak gak nongkrong." Ucap Alsava.

Abhista menatap Alsava dengan jengah lalu menggeleng "malas, turu enak."

Alsava menampilkan wajah cemberutnya "gak boleh tidur sore-sore, ta. Pamali kata nyokap gue."

Abhista mendelik malas "keseringan nonton horor deh lo, makanya percaya sama yang begituan." Ucap Abhista.

"Dibilangin juga." Sahut Alsava.

Gabriela menatap Abhista "ikut aja, rumah sepi kan?." Abhista mengangguk malas. "Tunggu apa lagi ikut aja udah."

Dengan malas Abhista masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya terlebih dahulu baru diikuti oleh Gabriela dan Alsava.

Mereka memilih kafe Retroutc sebagai tempat nongkrong mereka bertiga. Abhista terlebih dahulu keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam kafe diikuti oleh Gabriela dan Alsava.

Memilih meja deket jendela, ketiga duduk disana. "Mau mesen apa nih?." Tanya Gabriela.

"Coffee latte dingin." Ucap Abhista.

"Gue Coffee milk Boba." Sahut Alsava.

"Asam lambung lo berdua minum kopi mulu." Cibir Gabriela.

"Sesekali doang gab." Elak Alsava.

"Pesenin aja Gabi, gausah komen." Celetuk Abhista.

Gabriela mendelik malas, lalu memanggil waiters. Dan memesan apa yang disebutnya dua temannya itu.

Abhista memikirkan tentang apa yang diucapkan Arina sebelum dia pergi.

"Gue tau Zenna lebih dari lo. Jadi gausah khawatir dan tolong jangan ikut campur terlalu jauh."

"Apa maksud dari perkataan Arina tadi. Apa sebelumnya Arina pernah berantem atau bersiteru dengan Zenna." Ucap Abhista dalam hati.

Gabriela yang berada di depan Abhista itu pun menegurnya "jangan melamun, kesambet lo entar." Ucap Gabriela.

Abhista mendongak "kalian berdua tau, ada perseteruan apa antara Arina dan Zenna?." Tanya Abhista.

"Ngapain nanya soal itu? Suka?." Ucap Gabriela.

"Bisa tidak langsung menjawab pertanyaan gue? no need to ask again." Ucap Abhista kesal.

Jika sudah begini Gabriela dan Alsava tidak bisa berkutik "mereka pernah memperebutkan satu laki-laki. but the one who won was Arina, that's why until now Zenna still has a grudge against Arina." Bukan Gabriela yang menjelaskan tapi Alsava.

"And Arina thought that if she had won before then she could now?." Abhista terkekeh pelan. "Dia tidak tau seperti apa Zennata Adelin."

"Sudahlah bukan urusan kita juga, Sky. Lebih baik fokus pada balapan yang akan lo lakukan malam ini." Ucap Gabriela.

True Love Never Dies (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang