Epilog

1K 49 4
                                        

Setelah menyelesaikan bangku perkuliahan, Abhista dan Arina lebih memilih pergi dari negara Indonesia. Mereka memutuskan untuk tinggal dan menetap didesa Lauterbrunnen, Swiss.

Desa yang cukup terpencil, karena berada di lembah Lauterbrunnen. Disana Abhista dan Arina menghabiskan waktu berdua. Kebahagiaan mereka menjadi lengkap dengan kehadiran Arshaka Ravindra Bagaspati.

Pasti kalian bertanya-tanya kenapa Abhista dan Arina lebih memilih pergi meninggalkan Bagaspati. Sebenarnya sejak kembalinya Abhista 2 tahun yang lalu, perempuan itu sudah berniat untuk membawa Arina pergi. Namun Altair melarang.

"Papi gak melarang kamu untuk hidup mandiri dan jauh dari nama Bagaspati. Tapi untuk sekarang jangan, Bagaspati butuh kamu. Sejak kamu pergi Bagaspati tidak baik-baik saja. Jadi papi minta untuk sekarang dan 2 tahun kedepan kamu disini dulu, bantu papi untuk urus semuanya. Setelah selesai terserah kamu saja mau kemana, papi tidak kan melarang."

Abhista ingat jelas ucapan demi ucapan sang papi. Maka dari itu dia pergi setelah semuanya aman dan terkendali. Tapi sebelum dia pergi, Abhista bilang pada Gabriela dan Kavanza.

"Jika Bagaspati butuh gue, hubungi. Gue pasti bakalan datang kalo rumah gue kenapa-kenapa."

Masa sekarang

Abhista kini sedang bermain dengan Arshaka. Dia libur bekerja, karena hari libur. Pandangannya beralih pada sosok perempuan yang sedang membawa bubur bayi yang berada di tangannya.

Senyumnya mengembang ketika Arina duduk di sampingnya. "udah punya anak tapi natapnya masih sama kayak dulu ya kamu. Gak pernah berubah." Ucap Arina yang menyuapkan bubur pada Arshaka yang di gendong Abhista.

Abhista terkekeh "bagaimana bisa berubah. Kamu aja cantiknya masih sama, angin swiss memang gak pernah bohong."

Arina tertawa pelan. "Gombal nya juga masih sama, bikin deg-degan." Abhista ikut tertawa.

Setelah menyuapkan bubur pada Arshaka, Arina memberikan air pada anaknya.

"Kita disini sudah 2 tahun. Gak mau pulang, sky?." Tanya Arina, perempuan itu membersihkan sisa bubur pada sudut bibir anaknya.

Arina kini juga ikut memanggil Abhista dengan panggilan Sky. Ini adalah permintaan Abhista sendiri.

"Pengen sih, aku kangen juga. Tapi aku tanya sama kamu, kamu mau pulang?." Tanya Abhista, perempuan itu menepuk pantat anak nya karena sepertinya anak itu sudah mulai mengantuk.

"Aku juga pengen pulang."

Abhista tersenyum "Yaudah besok kita pulang ya."

"Yeay makasih sayang." Ucap Arina.

"Sama-sama sayang." Abhista mencium kening Arina, dan selajutnya dia mencium Arshaka yang ternyata sudah tertidur.

"Kebo, kayak kamu dia." Ledek Abhista.

"Sembarangan, tapi bener sih." Ucap Arina, membuat Abhista tertawa.

Abhista begitu bahagia sekarang, mempunyai istri baik, cantik dan begitu perhatian padanya dan anaknya seperti Arina. Di anugerahi anak selucu, dan seganteng Arshaka membuat hidup Abhista sempurna. Dia tidak akan meminta apa-apa lagi pada tuhan, tapi satu hal yang pasti dia pinta yaitu semoga kebahagiaan nya yang dialaminya bisa bertahan lama.

Seperti yang sudah di janjikan Abhista kemarin, kini jam 9 keluarga kecil Abhista akan bertolak ke Indonesia. Jarak antara Swiss dan Indonesia cukup jauh dan membutuhkan waktu sekitar 17 jam.

Selama di perjalanan Arina senantiasa memeluk lengan Abhista. Sedangkan Abhista menggendong Arshaka yang menatapnya dengan polos.

"Kita akan pulang nak ke rumah dimana bubu di besarkan. Karena mungkin Bagaspati sedang butuh bubu." Ucap Abhista.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True Love Never Dies (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang