Keesokan harinya Abhista dan Arina berangkat di jam biasanya mereka berangkat. Abhista bener-bener melarang Arina untuk berangkat pagi.
"Ini bekasnya banyak, by. Gimana cara nutupinnya." Ucap Arina yang berkaca pada dashboard mobil.
"Pake foundation aja, ay."
"Habis foundation aku entar."
"Pakai punya aku aja." Abhista mengambil foundation nya yang memang berada di laci dashboard.
"Nih." Arina menerimanya lalu mengoleskan nya ke beberapa titik yang terdapat bekas kemerahan.
Sampai di parkiran sekolah Arina mengecek kembali penampilan nya, dia menggunakan jaket sama dengan Abhista.
"Udah gak keliatan kan, by?." Tanya Arina.
Abhista menggeleng "maaf ya ay, gara-gara aku kamu harus pakek foundation." Ucap Abhista menyesal.
Arina menggeleng sambil tersenyum kecil "ngapain minta maaf sih, lagian aku yang mancing kok." Kata Arina sambil mengelus pipi Abhista.
Abhista ikut tersenyum lalu perempuan itu turun terlebih dahulu. Dan membukakan pintu untuk Arina. Rutinitas Abhista sepanjang hari jika dirinya berpergian dengan Arina.
"Makasih, sayang." Ucap Arina.
"Sama-sama, sayang." Kata Abhista yang menggenggam tangan Arina dan membawanya ke kelas perempuan itu yang memang tak jauh dari parkiran.
"Aku masuk dulu ya, kamu jangan bolos udah kelas 12." Ucap Karina memperingatkan.
"Iya siap, sayang." Arina masuk ke dalam kelas, setelah memastikan arina masuk, Abhista segera pergi dari sana.
Di jam istirahat Abhista lebih memilih menyendiri di ruangan nya. Dia menatap sebuah kertas yang bertuliskan.
'Mati!.'
Sungguh Abhista tidak mengerti kenapa di mobilnya ada kertas yang tertempel di kaca. Dan sepertinya tulisan itu di tulis dengan darah.
"Siapapun dia, gue gak akan biarin dia nyentuh Arina." Gumamnya pelan.
Abhista segera meremat kertas itu lalu membuangnya ke tempat sampah. Bersamaan dengan itu pintu ruangan terbuka menampilkan Arina yang tengah membawa dua piring nasi goreng.
"Kenapa gak di kantin, tumben?." Tanya Arina.
"Pengen disini aja, yang." Ucap Abhista sekenanya.
Arina duduk dengan perlahan, Abhista yang melihatnya itu hanya terkekeh pelan.
"Masih sakit?." Tanya Abhista.
Arina mendelik malas "jelas lah, kamu tadi malam kek singa tau. Brutal banget."
Abhista tertawa pelan "habisnya kamu enak, ay. Jadi mau lagi aku."
"Ternyata bener ya kata orang, kalo pasangan udah dikasih enak, jadi doyan terus minta lagi." Cibir Arina.
Abhista tertawa ngakak mendengar ucapan Arina. "Nih makan, tadi pagi kita cuma sarapan roti, kan?." Ucap Arina dengan menaruh piring nasi goreng ke depan Abhista.
"Aku malas makan, ay. Gak nafsu."
"Huh? Tumben?."
"Gak tau malas aja."
"Tapi aku udah kadung beli, by. Makan ya, walaupun dikit." Bujuk Arina.
Melihat Arina bersedih, Abhista menjadi tidak enak. Membuat dirinya mau tidak mau memakan nasi gorengnya.
Arina ingin bangun untuk mengambil botol air yang berada di kulkas, tapi di tahan oleh Abhista.
"Kamu duduk aja, biar aku yang ambilin." Arina duduk kembali dan membiarkan Abhista yang mengambil botol air kemasan yang memang ada di ruangan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
True Love Never Dies (END)
Short StoryMenikah di usia yang terbilang sangat muda, sama sekali tidak terpikirkan di benak seorang Skayara Abhista, Dia adalah, cewek cantik, lucu, mapan dan sedikit berisik. Diusia yang kini menginjak umur 17 dia harus menikah dengan cewek yang seumuran de...