𝘽𝙖𝙗𝙖𝙠 𝙄𝙑 - 𝙔𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙣𝙚𝙧 𝙖𝙟𝙖

10 2 2
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

"Yang bener aja, rugi kakak kalo suka abangku mah."

"Kok rugi?" Tanya Hanna Memasang raut bingung

"Rugi soalnya ga dari dulu."

"Andai aja aku dulu punya kakak ipar kaya kakak." Sambung Chika menundukkan pandangannya

"Eh? Afif punya pacar ya?" Tanya Hanna mulai tertarik

"Jujur, iya. Tapi pacar a.k.a mantan nya bang Afif itu.. maaf. Dia kelakuannya yang buruk. Terus terang, dia sempurna. Cantik, tinggi, pinter. Beh semuanya di embat. Tapi, sikap yang dia punya berbeda seratus delapan puluh derajat dengan penampilannya. Dia egois. Dulu gara gara dia, Abang sama Abba sempet berantem karna Abang diam diam pacaran di belakang ummi sama abba. Pas ketahuan, mereka lagi bucin bucinan di taman. Aku pikir, dia bakal jadi kakak ipar ku di masa yang akan datang. Aku benci sikapnya yang pura pura baik kepadaku ketika di depan Abang. Akhirnya terjadi sebuah pertengkaran antara Abang sama perempuan itu yang membuatku sangat sangat bersyukur. Abang memergoki si perempuan sedang bermesraan dengan pemuda lain. Abang ga terima, akhirnya mereka adu cekcok. Abang di tampar dan mereka mengakhiri hubungan itu. Abang langsung meminta maaf kepada Abba sama Ummi. Alhamdulillah sekarang ga ada lagi perempuan begitu. Tapi, perempuan perempuan yang ngirim ngirim hadiah tuh tetep nyebelin." Jelas Chika mengenai latar belakang sang kakak

"Ohh, jadi gitu." Ucap Hanna menanggapi penjelasanan Chika

"Aku harap kakak sama abangku beneran jodoh yaa Aamiin." Ujar Chika mengusap kedua tangan ke wajahnya

"Ehh? Kok gitu?" Jawab Hanna, tidak terima

"Soalnya kakak sama abangku cocok."

"Cocok? Tau dari mana?"

"Ummi yang ngasih tau." Ucap polos sang gadis

"Ya Allah.."

"Bunda bilang, ada temen seangkatan Abang yang suka sama Abang. Dia tuh cantik, baik, walaupun ga pinter dia suka membantu, dan murah senyum tapii yang paling utama. Dia itu jauh lebih baik dari pada masa lalu." Ujar sang gadis seolah menyindir seseorang

Hanna terdiam sejenak dengan wajah yang mulai memerah kembali. Sebegitunya kah dirinya di mata sang ibu kepala sekolah? Lampu hijau ga sih ini? Pikir Hanna selagi terdiam

"Ternyata, kakak juga hobi ngelamun. Udahlah, ayo pulang. Udah jam 2 siang nanti ummi marahh, pulang ga ada orang dirumah." Ucap Chika bergidik ngeri membayangkan jika sang ibu marah. Hanna mengangguk dan merapikan Khimar yang tengah ia pakai. Mengambil tas nya, lalu beranjak dari masjid bersama sang adik kelas.

Mereka pulang berjalan kaki dan berpapasan dengan seorang pemuda yang cukup tinggi untuk ukuran anak SMA. Pemuda itu tiba tiba memegang pundak sang adik kelas

"Assalamualaikum."

"EHH MAMAK MU TERBANG. Ya Allah Abang, ngagetin banget." Teriak sang gadis kemudian menepis tangan yang mendarat di pundak nya

"Jawab salamnya." Balas sang kakak malas

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarakatu."

Sang gadis menoleh ke arah Hanna yang kini diam diam salah tingkah. Karna berada tepat di samping kakaknya. Rencana yang sedikit jahat terlintas di kepala Chika. Ia mengambil hp nya dari dalam tas miliknya. Melihat ke arah hpnya lalu mengusap layarnya dan mengarahkan ke telinganya , seolah mengangkat telfon. Dan mulai berbicara sesuai instruksi yang ada di kepalanya.

𝘿𝙚𝙖𝙧, 𝙈𝙧 𝙍𝙚𝙛𝙧𝙞𝙜𝙚𝙧𝙖𝙩𝙤𝙧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang