𝘽𝙖𝙗𝙖𝙠 𝙑𝙄 - 𝘽𝙖𝙗𝙮

13 1 0
                                    

Happy Reading
.
.
.

"Ga ya, nih fotonya aja." Decak Hanna mengambil ponselnya dan membuka galeri miliknya. Dan menekan sebuah foto lalu, menunjukannya

"Loh.. wait wait gw mau nebak." Ucap Devan yang membuat keduanya reflek menoleh

"Pasti namanya Afif."

Hanna melongo, dari mana kakak sepupunya ini tau? Intel kah?

"Kok tau?" Tanya Hanna yang masih bingung

"Temen futsal gw.. Anaknya ganteng loh, suka ternyata? Lusa sore gw mau futsal lohh. Aduin ga yaa ups." goda Devan yang membuat Hanna kesal

"Paan? Jangan Lo berani. Cukup gw kagum aja, siapa tau beneran jodoh gw." Ucap Hanna penuh drama

"Halah, jangan kepedean deh. Ya kali cowo kaya Afif suka modelan kek elu." Balas Devan tidak meyakini ucapan Hanna

"Kalo beneran jodoh, lu ngasih gw apa?" Tanya Hanna memulai pertaruhan

"Hush, gaboleh taruhan taruhan. Yaa.. mau lu nikah sama siapa aja tetep bakal gw kasih hadiah yang sama lah." Ucap Devan sembari menghabiskan makanannya

Airin menggeleng melihat obrolan yang di ucapkan oleh suami dan adik iparnya. Ia memilih mengambil mangkuk sup yang telah kosong dan 3 mangkuk milik mereka bertiga kemudian membawanya ke tempat cuci piring dan mencucinya. Tanpa Airin sadari, Devan mengikutinya dan berlagak seperti superhero yang datang ketika diperlukan.

"Gapapa sayang, biar aku yang nyuci." Laga Devan berpose seperti Hero

Airin tersenyum, namun tetap ikut membantunya

"Yaudahlah kak, cape gw." Akhir Hanna kemudian pergi meninggalkan sepasang pengantin baru di hadapannya.

Hari dimana resepsi berlangsung pun tiba. Hanna membuka matanya tepat jam empat lewat tiga puluh pagi. Tentu saja, ia juga harus mengenakan make up. Hanna melihat jam di ponselnya dan terduduk di atas kasur mengisi nyawanya kemudian menepuk kedua pipinya dan beranjak ke kamar mandi. Setelah dari kamar mandi, ia menggunakan pakaian kasual terlebih dahulu karena harus di dandani. Dan mengampar sajadah lalu memulai shalat subuh setelahnya ia pun mengenakan hijabnya dan bergumam sendiri

"Kakak yang nikah, kenapa aku di make up juga?" Gumamnya sembari memakai hijab

Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Mungkin disana terdapat seseorang yang akan mendandani nya?

Hanna pun bergegas membukakan pintu dan terlihat sesosok wanita bersurai pendek dan ada sebuah koper dan tas di tangan serta pundaknya. Hanna mempersilahkan wanita tersebut untuk masuk. Hanna duduk di atas meja rias menunggu sembari sang wanita mempersiapkan alat alat rias nya.

Hanna mulai di dandani, banyak hal yang menjadi topik pembicaraan kedua wanita tersebut. Mulai dari pekerjaan, pasangan, hidup, dan lain sebagainya.

Tepat pukul setengah tujuh pagi kegiatan make up pun selesai. Hanna memakai gaun pengiring pengantin perempuan berwarna hijau mint dan mengenakan hijabnya. Sang wanita penata rias pun membereskan alat make up nya dan pamit untuk pulang. Hanna pun mempersilahkannya. Setelah wanita itu pergi, Hanna berjalan ke kamar kakaknya dan ketika membuka pintu ruangan tersebut, betapa terkejutnya dia melihat gaun yang di kenakan kakak iparnya malah lebih ruwet. Ia menarik kembali ucapan yang ia sebutkan saat sedang menunggu penata riasnya tadi.

Tanpa berpikir panjang, Hanna langsung menutup pintu kamar kakaknya dan melihat matahari terbit di balkon rumah tersebut karna di balkon terasa begitu sejuk. Namun, penglihatan Hanna segera berpindah kepada mobil yang baru saja terparkir tak jauh dari rumah yang ia tempati hanya satu blok dari rumahnya. Jangan salah, rumah yang ia tempati memang tak luas namun tinggi jadi, tak heran dia bisa melihat lebih jauh.

𝘿𝙚𝙖𝙧, 𝙈𝙧 𝙍𝙚𝙛𝙧𝙞𝙜𝙚𝙧𝙖𝙩𝙤𝙧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang