𝘽𝙖𝙗𝙖𝙠 𝙑𝙄𝙄 - 𝘼𝙬𝙖𝙡 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙜𝙖𝙡𝙖𝙣𝙮𝙖

34 2 1
                                    

Happy Reading
.
.
.

Tanpa sadar Hanna tertidur pulas karena kelelahan menghadap laptopnya

Paginya Hanna terbangun dan melihat ponselnya yang menunjukan pukul 6 pagi. Netra Hanna terbelalak, "GW LUPA SUBUH." Pikir Hanna yang segera beranjak dan memasuki kamar mandi. Hanna membasuh wajah dan menggosok giginya tak lupa mengambil wudhu setelahnya. Hanna mengampar sajadah dan mulai mengenakan mukenah, "kok aneh ya rasanya?" Ucap Hanna yang segera memberhentikan kegiatan mengenakan mukenahnya.

Hanna terdiam dan baru teringat, "Astaghfirullah baru inget lagi dapet." Celetuk Hanna, menepuk dahinya

"Laper, turunlah." Ia pun melipat perlengkapan sholatnya kembali dan memilih keluar dari ruang kamarnya untuk pergi ke dapur

Ia pun mendapati seorang wanita di dapur yang sedang memasak sarapan. sang wanita sadar akan kedatangan Hanna dan menyapanya. "pagi dek, Tumben bangun pagi?" Tanya sang wanita memindahkan makanan dari kuali ke sebuah piring

Hanna tidak menjawab melainkan hanya duduk dan menopang kepalanya di atas meja menggunakan tangannya

"Galau ya dek?"

"Engga sih mba, aku kan udah mau lulus kuliah.. nanti aku nikah atau kerja dulu ya?" Ucap Hanna seraya mengaduk gelas berisi teh dengan sendok

"Tergantung kamunya sih dek, kalo kamu mau kerja dulu ya kerja tapi kalo mau nikah langsung..tunggu jodoh aja mah kalo kata aku." Balas Sang wanita ikut duduk di sebelah Hanna

"Mbak."

Sang wanita menoleh

"Hm?"

"Aku mau nanya"

"Tanya aja."

"Mbak dulu bisa kenal sama mas Oqi gimana?" Tanya Hanna yang masih memainkan sendok teh miliknya

"Kalo mbak dulu kenal sama mas karena dulu pas mbak lagi kerja dirumah kamu. Ibu kan nyuruh mbak buat ke pasar, nah awalnya mas mu itu lagi keliling juga di pasar mungkin nyari bahan masakan? Mba juga kurang tau. Bawaan mba pas itu banyak banget, dia nyamperin mba inisiatif nolongin ngangkat. Mba bersyukur dong bisa di tolongin, mulai pas itu mba sama mas temenan. Jalan bareng, yaa istilahnya pendekatan lah. Pada akhirnya dia ngelamar mbak, orang tua mba juga ngebolehin karna dia juga udah kerja toh? Yaudah mba sama mas nikah." Jelas panjang sang wanita, sembari mengenang masa lalunya

"Mas itu PNS kan? Kok mba masih kerja?"

"Mba orangnya susah kalo cuma diem di rumah ngerjain kerjaan rumah. Bosen aja gitu, di tambah saking jarang beraktivitas mba pernah tipes 2 harian. jadi mas ngebolehin mba kerja, ya mba milih buat kerja sama orang tua kamu lagipula cuma masak kan?"

"Ohh gitu.." Hanna mengangguk dan meminum teh miliknya

*゚+

Hanna mengumpulkan skripsi terakhirnya di ruangan dosennya

Sang dosen menampakkan senyum tipis, dan mulai membuka suara

"Oke, ini semua saya terima. Kamu tinggal ujian skripsi aja." Ucap sang dosen memberi tepuk tangan kepada Hanna

Hanna mengusap kedua telapak tangannya pada wajahnya, "Alhamdulillah." Ucap Hanna dalam hati

"Baik, kamu saya persilahkan untuk keluar."

Hanna mengangguk patuh lalu keluar dari ruangan dosennya.

Beberapa bulan berlalu, Hanna sudah lulus dari universitas nya. Dulu Hanna mengambil jurusan bahasa indonesia, jujur ia menyesal. harusnya ia mendengarkan ucapan ibunya untuk mengambil akuntansi. Tetapi mau bagaimana lagi?

𝘿𝙚𝙖𝙧, 𝙈𝙧 𝙍𝙚𝙛𝙧𝙞𝙜𝙚𝙧𝙖𝙩𝙤𝙧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang