Bab 13

67 8 0
                                    

"Selamat datang, silahkan masuk tuan." bi Inah mempersilahkan tamu dari Jeriandra itu masuk.

"Hey Tio, senang sekali bisa bertemu setelah sekian lama." Jeriandra menghambur ke arah Tio dan langsung memeluk untuk bersapa. Setelah itu Naren mencium punggung lengan Jeriandra.

"Bagaimana keadaanmu dan putri ku?" ucap Tiowirya sambil tersenyum pada Jeriandra.

"Ya, seperti yang kamu lihat. Kami sangat baik-baik saja." ujar Jeriandra dan ia mempersilahkan Naren dan Tiowirya duduk.

"Bagaimana kelanjutan rencana ini?" Jeriandra langsung to the point pada Tiowirya.

"Kenapa terlalu serius seperti ini? Sebelumnya bolehkah aku melihat putriku?" ucap Tiowirya.

"Lia!" Jeriandra memanggil Lia dengan sedikit teriak agar putrinya itu keluar dari kamarnya.

Mendengar panggilan dari ayahnya Lia tak kunjung menghampiri, ya karena Lia masih memakai lip balmnya jadinya ia tidak bisa menyaut panggilan ayahnya itu.

"Princess!" Jeriandra memanggil Lia sekali lagi.

Karena telah selesai memakai lip balmnya Lia dapat menyaut panggilan ayahnya itu. "Iya ayah."

Jeriandra, Tiowirya, dan Naren hanya bisa tertawa mendengar Lia membalas panggilan ayahnya itu saat Lia dipanggil princess.

"Ah dia memang princess. Jadi tidak usah heran dengannya." ujar Tiowirya sambil sedikit tertawa.

"Eh om, sudah datang." Lia langsung menghampiri Tiowirya dan mencium punggung tangan Tiowirya.

"Putriku bagaimana kabarnya?"

"Sangat baik." Lia tersenyum dengan mata bulan sabitnya.

Tiowirya memang sudah menganggap Lia adalah putrinya. Nasib Lia dan Naren hampir dibilang sama, yaitu sama-sama ditinggal oleh ibunya.

"Oh ya, tadi kamu tanya apa Jer?" Tiowirya mengingatkan Jeriandra pada pertanyaan sebelumnya.

"Bagaimana kelanjutan rencana ini?"

"Ya menurutku satu kuncinya. Pihak kita harus berkerja sama dengan baik." jelas Tiowirya pada Jeriandra.

"A-ayah sama om Tio lagi mau bahas kerjaan ya? Aku ke taman belakang aja deh kalo gitu biar ga ganggu kalian." Lia sedikit memotong pembicaraan Jeriandra dengan Tiowirya.

Karena sudah diizinkan oleh ayahnya, Lia pun menuju ke taman yang ada di belakang rumahnya. Jangan heran karena sejak awal kita tahu bahwa Lia orang kaya dan tentunya taman ada di belakang rumahnya cukup masuk akal.

Lia hanya duduk di salah satu ayunan kesukaannya itu sendirian. Melihat langit dan awan, walau jam 11 pagi tapi cuaca hari ini cukup mendung dan banyak angin sepoi-sepoi.

Kakinya mulai memainkan ayunan yang ia duduki agar sedikit berayun pelan, tangannya memegang tali ayunan terikat di pohon.

"Besok lu harus bersikap biasa aja, anggep kalo kita ga pernah kenal dan ortu kita bukan rekan bisnis atau berteman baik."

Suara laki-laki itu membuat Lia terhenyak kaget dan ia langsung menolehkan wajahnya ke belakang.

Naren, sedikit demi sedikit membantu Lia mengayunkan ayunannya itu dari belakang.

Lia yang masih duduk di atas ayunannya hanya bisa tersenyum getir.

"Emang kakak takut kalau orang lain tau kalau kita kenal dari lama?" tanya Lia saat Naren sedang aba-aba menarik ayunan Lia.

Pergerakan Naren terhenti kala mendengar penuturan dari perempuan di depannya itu.

"Gua cuma minta kalau lu harus sedikit jaga jarak dari gua di sekolah, lu ga mau sakit hatikan? Makanya gua wanti-wanti dari sekarang." ucap Naren saat Lia sudah turun dari ayunannya dan kini ia berdiri dihadapannya. Mata mereka bertatap satu sama lain.

"Kenapa ngomong gitu?" tanya Lia dengan serius.

"G-gua lagi PDKT sama Mira. So, lu harus mundur atau move on kalau emang ga mau sakit hati." ujar Naren.

Lia melengoskan mukanya dari hadapan Naren, ia kembali menuju ayunannya itu.

"Pergi kak, aku mau sendiri."

Neren meninggalka Lia, sesuai perintah gadis itu.

"Loh Aden darimana? Tadi katanya mau ke toilet kok malah dari taman belakang?" bi Inah melihat Naren Kembali dari taman.

"Lagi nyari udara seger aja kok bi, saya permisi ya mau ke ruang tamu lagi." Naren beranjak menuju ruang tamu dimana masih ada Tiowirya dan Jeriandra.

Melihat Naren yang sudah menuju ruang tamu bi Inah pun mencari keberadaan Lia dimana, karena setelah bi Inah mengantarkan minuman ia tidak melihat berada di sana.

"Loh nona Lia ada di sini? Lagi main ayunan rupanya, tadi bi Inah cari-cari." ujar bi Inah.

"Iya mau di sini aja, biar ga sumpek. Soalnya ayah masih bahasnya kerjaan Lia ga paham jadi mending di sini aja." ucap Lia.

"Sini, kalau nona mau main ayunan biar bibi yang bantu dorong." bi Inah mengambil posisi dan pelan-pelan mendorong ayunan yang Lia duduki.

"Nona, tadi Aden Naren ga bilang apa-apa ke Nona kan?" ucap bi Inah.

"Kenapa bibi tanya gitu."

"Engga, bibi takut kalau Aden Naren nyakitin hati nona."

"Engga kok bi,"

"Kami izin pulang ya Jer, kita usahakan si Jemico itu bisa terjerat dengan hukum yang berlaku."

Tiowirya dan Naren sudah bersiap untuk pulang.

"Naren, saya harap kali ini kamu harus lebih gencar mencoba mendekati anak Jemico itu. Urusan Lia biar saya yang urus. Saya tau Lia menyukai kamu dan kamu mencoba menjaga hatinya, terlebih kamu dan Lia satu sekolah sekarang tapi ingat dengan rencana kita. Masalah pertemanan kamu dan Lia nanti biar saya yang pastikan agar pertemanan kalian tidak putus." Jeriandra menepuk bahu Naren agar anak laki-laki itu dapat lebih fokus menjalankan tugasnya.

Iya, Tiowirya dan Jeriandra memerintahkan Naren untuk mendekati anak Jemico agar mereka dapat menguak banyak bukti bahwa Jemico telah melakukan penggelapan dana dibeberapa perusahaan termasuk perusahaan Tiowirya dan Jeriandra.

"I-iya om, nanti biar Naren usahakan agar masalah ini dan pelaku kejahatan cepat terbongkar dan dihukum sesuai hukum yang berlaku."

Tiowirya dan Naren memasuki mobilnya dan bergegas kembali pulang, pertemuan ini cukup singkat dan tidak terlalu lama, karena semua pembahasan Tiowirya dan Jeriandra langsung ke inti dan tidak bertele-tele dan mereka juga sudah menyempatkan untuk makan bersama sebentar saja setelah itu bersiap untuk pulang.

"Papah harap dengan rencana ini tidak akan memutuskan pertemanan kamu dan Lia ya Ren."

Naren melihat ke arah papahnya yang sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan stabil.

Kini Jeriandra sedang bersama putri kesayangannya itu di sofa ruang Tv, Lia hanya fokus menonton film yang sedang disetelnya dan beberapa kali mengecek hpnya.

"Kamu harus paham ya Li, ini demi perusahaan ayah dan om Tio, jangan dengan Naren nanti dekat dengan Jemico kamu malah memutuskan hubungan pertemanan kalian." Lia mendengar dengan baik apa yang ayahnya itu ucapkan.

"Iya ayah, Lia akan coba untuk memahaminya." ucap Lia.

Bersambung...

-15 Februari 2024

Tidak bersemangat karena tidak divote dan komen😌

You, Me, and Accounting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang