7. Semakin Dekat?

2K 249 3
                                    

Masih dengan posisi yang sama, Erine sedang di pangku oleh Oline sambil berhadapan. Kedua gadis ini masih nyaman dengan posisi seperti ini.

"Udah, ah, jangan ngambek kamu" Oline pun kembali menatap Erine, namun masih dengan raut wajah yang cemberut.

"Senyum dong." Pinta Erine sembari melingkar kan tangannya pada leher Oline. "Gak mau." Tolakan gadis itu membuat Erine ikut kesal. "Yaudah. Aku ngambek juga nih"

"Iya-iya." Oline pun langsung menampilkan senyuman nya itu, ia tak mau gadis di hadapannya ini kesal karena dirinya.

"Gitu dong. Hehehe" Mood Erine kembali naik saat melihat senyuman Oline, gadis ini sangat menyukai saat Oline tersenyum. Apalagi dengan gingsul nya itu, manis sekali !

"Giti ding." Ucap Oline dengan nada yang di buat-buat. Walaupun wajah nya menunjukkan kekesalan, di dalam hati ia sangat merasa senang sampai sampai ingin berteriak. Di sisi lain, Erine masih betah menatap netra Oline.

Ia kagum dengan kecantikan gadis ini. Erine heran mengapa gadis secantik Oline tak mempunyai kekasih? padahal sejak SD, banyak sekali yang ingin menjadi pacarnya. Ah, sudahlah mengapa jadi membahas itu.

"Turun." Suara Oline seketika memecahkan keheningan. Ia sudah tak sanggup dengan posisi ini, bisa-bisa dirinya pingsan karena menahan diri untuk tidak berbuat lebih.

"Gak. Gak mau." Tolak Erine penuh penekanan, ia masih nyaman dengan posisi ini. Sungguh keras kepala sekali gadis ini.

"Terus mau ngapain?" Oline hanya bisa pasrah dengan keadaan, ia harap gadis mungil ini tak berbuat macam-macam. Erine mulai berpikir, apa yang akan ia lakukan pada Oline selanjutnya.

Setelah beberapa detik berpikir, ide gila muncul di pikiran nya. Gadis ini menunjuk pipi kanan nya, seolah-olah meminta sesuatu. Oline mengerutkan keningnya, bingung dengan perilaku Erine.

"Kiss." Oline cukup kaget dengan permintaan Erine. Apakah ini sebuah jackpot?

Oline masih sulit untuk mencerna situasi saat ini, sementara gadis di hadapannya ini masih saja menampilkan senyuman penuh harapan seperti menunggu sesuatu. Setelah berpikir cukup lama, Oline menundukkan kepalanya agar sejajar dengan wajah Erine, gadis itu mengkikis jarak antara dirinya dengan Erine.

Cupp..

Satu kecupan berhasil mendarat di pipi kanan Erine. Oline mulai memundurkan kepalanya dan menetralisir tubuhnya agar tidak bereaksi berlebihan.

Erine? Ia masih tak percaya Oline benar-benar melakukan hal tersebut.

"Udah kan?" Oline mencoba berbicara setenang mungkin. Berharap agar Erine tak mendengar suara detak jantungnya yang sudah tak karuan.

"U-udah." Pipi Erine mulai merona, karena sentuhan di pipinya. Oline terkekeh melihat reaksi Erine, sungguh senjata makan tuan.

"Kamu udah dapet yang kamu mau, jadi sekarang biarin aku pulang." Tak seperti sebelumnya, kali ini Erine menurut dan mulai turun dari paha gadis itu. Erine mengantarkan Oline sampai depan rumah.

"Byee, Erine" ucap Oline sambil melambaikan tangannya.

"B-bye, Oline. Hati-hati." Erine membalas lambaian Oline. Setelah menatap punggung Oline yang mulai hilang dari penglihatan, ia mulai masuk kembali ke rumahnya sembari memegangi pipi kanan nya.

"Erine, kamu ngapain di depan pintu?" Tanya Cynthia menatap heran anaknya yang hanya berdiam diri di depan pintu. "Eh, mama. Kok udah pulang?" Kesadaran Erine mulai kembali saat mendengar suara sang mama.

"Pulang dong sayang. Masa di sana terus." Jawab Greesel. "Ah, iya-iya. Ayo masuk, mama sama papa pasti cape." Ajak Erine kepada orang tua nya masuk ke dalam rumah untuk beristirahat.

Cinta atau sekedar kagum ? | Orine [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang