Keringat bercucuran, azizah menggigit bibir bawahnya getir, menahan rasa sakit yang terasa menjalar dari bawah perut ke pinggang, belum lagi sekitaran panggulnya yang terasa di tekan kuat.Sakitnya seperti akan melahirakan, tapi ini amat jauh dari hari perkiraan lahir, bahkan usia kandungan azizah baru aja masuk di bulan ketiga.
Azizah meringis, mengatur nafas sebaik mungkin, tapi rasa sakit yang terasa tak surut sedikitpun.
"Umi"
"Umi" teriak azizah, menahan sakit yang terasa semakin mendobrak pertahannya.
"Ya allah kak!" Pekik umi, kaget dan panik bukan main.
Tak kala membuka pintu, umi langsung disuguhkan azizah yang sudah terduduk di lantai, dengan wajah yang pucat pasi, meringis kesakitan.
"Kamu kenapa ?" Tanya umi, gemetar.
"Perut aku sakit mi" lilih azizah, di sela ringisannya.
"Ya allah kak, kita ke dokter ya, sebentar umi panggil pak ayim dulu"
Umi bangkit, tergopoh gopoh berteriak memanggil pak ayim. Bukan hanya pak ayim yang datang, bi erti juga datang di saat mendengar teriakan umi.
"Mba azizah kenapa bu ?" Tanya bi erti, wajah panik dan cemas amat terlihat di wajahnya.
"Perutnya sakit, sekarang kita bawa ke rumahsakit" ujar umi gerusuk, ia panik dan takut.
Azizah sudah habis tenaga, alhasil pak ayim membopongnya, untuk di bawa ke mobil.
Jalanan jakarta di siang hari seperti ini, pasti macet. Dan bener saja, baru keluar komplek, jalanan padat sudah terhidang.
Umi yang panik, jadi semakin panik dan cemas, karena azizah terus menggaduh kesakitan.
"Sabar ya kak, sebentar lagi kita sampai kok" ujar umi gemetar, mengelap titik keringat yang membasahi kening azizah
Azizah sudah amat lemah, ia hanya bisa meringis dan menggigit bibir bawahnya, menahan sakit yang luar biasa.
"Istigfar kak, insyallah bisa melerai rasa sakit yang kakak rasakan" ujar umi.
Umi tidak henti hentinya berdoa, untuk keselamatan anak dan cucunya. Situasi seperti ini, terasa amatlah menakutkan.
"Kalau ke rumahsakit yang biasa, jauh bu, sedangkan jalanan macet. Gimana kalau ke rumasakit terdekat saja" usul dari pak ayim, yang tidak tega mendengar rintihan kesakitan majikannya.
Umi mengiyakan, tanpa berpikir panjang. Itu memang jalan terbaik untuk saat ini.
Sampai rumahsakit, azizah segera masuk ugd, agar bisa langsung di tangani.
Umi tak tenang, cemas dan takut. Tidak hentinya umi jalan kesana kemari, gusar. Bayangan kejadian buruk, seakan menghantuinya.
"Keluarganya bu azizah"
"Saya ibunya sus"
"Suaminya, ada bu ?"
"Suaminya sedang dinas di luar kota, ada apa ya sus ?"
"Dokter meminta bertemu suaminya, tapi karena sedang tidak ada. Jadi silahkan ibu yang menemui dokter"
Umi mengangguk gusar, dengan perasaan yang semakin tak karuan umi masuk mengikuti suster, guna menemui dokter.
"Silahkan duduk bu" titah dokter.
Umi menurut, segera duduk di kursi yang ada di depan dokter "anak saya baik baik saja kan, dok ?" Tanya umi gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman hidup, selamanya!
RandomSakuel cerita papa arhan, mama azizah, abang shaka, dan kakak reyna, lanjut disini ya. Disini kita bertarung dengan konflin baru, cerita baru yang mungkin agak beda dari cerita sebelumnya. Tapi wajib banget baca "teman hidup" sih, agar nyambung, ngg...