2. Emosi Vens

52 4 0
                                    

Pelajaran selanjutnya diisi dengan pelajaran pm atau biasa dikenal dengan penalaran matematika. Pelajaran yang sangat dibenci oleh seluruh student karena kita diminta untuk menghitung.

"Hey Vens berhenti tertawa. Apakah kau mengejekku? Menurutmu saya ini lelucon bagimu?" Tanya wanita ambon dengan perawakan tinggi dan paras menyeramkan berbicara menggunakan nada tinggi. Wanita tersebut bernama Kiki seorang teacher yang baru mengajar sekitar semingguan. Vens menatap bingung dan tidak mengerti, pasalnya ia sama sekali tidak tertawa atau bahkan mengejek teacher didepannya itu.
"Tapi teacher. Saya tidak tertawa atau mengejek anda sama sekali. Saya yakin anda salah paham" Vens membuat perlawanan bahwa ia memang tidak bersalah dan ia mencoba menjelaskan bahwa itu semua hanya kesalahpahaman.
"Lalu kenapa kau tertawa? Saya ini sedang mengajar, bila kau tidak bisa diam keluar saja sana" tampaknya teacher Kiki sama sekali tidak percaya.
"Baik teacher, maaf" Vens mengalah, ia sadar bahwa ia tidak bisa melawan tuduhannya.
"Saya harap kalian kedepannya jangan seperti Vens. Untukmu Vens kau hanya murid dengan otak kapasitas rendah bahkan tanpaku kau mungkin tidak akan lolos ujian akhir"

Pelajaran berakhir semua murid berhamburan keluar kelas untuk waktu istirahat entah makan ataupun sholat.

Setelah kejadian tadi raut wajah Vens menampilkan ketidaksukaan ada aura kemarahan terlihat jelas menyelimutinya.

"Vens kau baik baik saja?" Vanya bertanya dengan saat berhati hati.
"Aku baik baik saja"
"Kau tidak perlu berbohong, perlu kau ketahui kekuatanku ini bisa membaca pikiran semua orang. Bila kau marah keluarkanlah semua unek unekmu"
"Ah kalian liat kan? Beraninya dia marah marah kepadaku. Ia menganggap aku ini sedang tertawa dan menjadikannya sebagai lelucon? Apakah ia mempunyai dendam kepadaku? Dia juga sampai mempermalukanku seperti itu. Aku sangat membencinya" dengan hembusan nafas yang kasar Vens menumpahkan seluruh kekesalannya.
"Vens kau yang sabar ya, aku tau kau sekarang sangat emosi saat ini. Aku tau kau tidak bersalah ini semua hanya salah paham saja"
"Tapi Vanya, aku tidak terima ia sudah menuduhku. Aku tau aku ini bodoh tapi dia tidak mempunyai hak mengecapku seperti itu, ia juga tidak meminta maaf padaku atas perkataannya" emosi vens saat ini sedang diujung tanduk.
"Aku setuju. Dia itu memang jahat, berani sekali mengecap orang bodoh. Lagipula jika semua orang disini pintar buat apa ikut bimbel" ucapan tambahan dari Vania malah terdengar seperti memanas manaskan pembicaraan saat ini.
"Stop Vania jangan menambahkan lagi, Vens bisa kalut jika begini"

Vens terdiam ia tidak menjawab lagi.

"Kita disini tau perasaanmu. Terimakasih sudah mau mengeluarkan apa yang kau alami"
"Iya Vens, aku baru kali ini mendengar kau berbicara panjang lebar seperti tadi"
"Entahlah, aku bukan tipikal orang yang mudah menceritakan apa yang aku alami. Rasanya aneh aku bisa seperti ini kepada kalian"
"Itu artinya kau sudah nyaman dan percaya pada kami Vens" celetuk dari Vania mendapatkan senyuman dari Vens
"Kau tersenyum Vens?"
"Hah? Kau salah liat" tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini dia tersenyum hanya saja ia malu mengatakan yang sebenarnya.

Bila kalian tidak tau. Vens adalah gadis yang sangat tertutup. Ia tidak pernah mengizinkan siapapun menjalin hubungan dekat dengannya. Ia juga sulit membuat kepercayaan dengan orang lain itu sebabnya ia sangat keras dan bersikap dingin.

VAAE3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang