24. Kekuatan vania

5 1 0
                                    

Sepulang dari FO kami bertiga berniat mencoba bakso malang prasmanan yang berada di tikungan masjid. Bara pun tiba tiba saja mengintili kami dan meminta ikut pergi bersama.

"Kalian mau kemana?"
"Makan bakso"
"Boleh ikut kan"

Kami sempat terdiam dan kemudian mengangguk sebagai jawaban padanya. Pasalnya kami tidak berniat mengajaknya sama sekali tapi yasudahlah tidak apa.

Kami kesana dengan berjalan kaki, diperjalanan Bara mengajak kami mengobrol dengan memberikan sebuah pertanyaan yang menurut kami itu adalah sebuah pertanyaan pribadi yang tidak baik dipertanyakan.

Kami sampai disebuah gerai bakso berwarna hijau yang begitu mentereng. Sistem pembelian disini adalah self order kami bebas mengambil makanan sesuai porsi yang diingkan lalu di hitung dikasir.

Kami memilih duduk di sebuah meja panjang dekat dengan jalan masuk. Posisi kami saat ini dibagi menjadi dua yaitu Vens dengan Vanya lalu Vania dengan Bara.

"Si Denis kenapa si gamau ikut"
"Dia mah cowo kul mana mau"
"Padahal kayak gini buat diabadikan"
"Iya betul apalagi dia bakal pindah jauh ke Malang"
"Next time kita photoboth dia harus ikut"

Banyak pembicaraan yang tak kunjung selesai bahkan bakso kami sudah diantar ke meja. Bau harum bakso sudah tercium di hidung kami. Kami pun segera melahap habis makanan tersebut.

"Eh lupa foto nih?"

Vanya mengeluarkan ponselnya dan mulai membuka aplikasi bergambar kamera di ponselnya itu.

"Vania kita pose love dong berdua"
"Hah gimana?"

Bara pun membentuk pose love di atas kepala dan menyuruhku mengikuti gayanya itu. Kami pun selfie dengan berbagai macam pose.

Bara terus menerus berdekatan dengan vania tanpa memikirkan gendernya yang berlawan jenis, ia benar benar tidak membuat batasan pada diri Vania.

"Ku perintahkan kau menjauh dariku" aku baru ingat jika aku bisa memerintahkan siapapun itu sebabnya aku menggunakan kekuatanku saat ini kepada orang yang membuatku merasa risih.

Bayangkan saja dia sangat menempel padaku dan menanyakan hal hal pribadi, apakah itu sopan? Dia selalu memegang lenganku dan berdiri di belakangku dengan posisi yang bisa dibilang lumayan intim untuk lawan jenis.

VAAE3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang