08. Mesra berdua

1.1K 52 27
                                    

🔰⚠️18++ scene⚠️🔰
🔰HaliGem part🔰

====================================

🔸🔶02.30 🔶🔸

“Ah! Ahh~! Angh~! Haliii~h!“

Derit ranjang mengisi kamar gelap mereka. Desah nikmat dan rintihan dari sepasang kekasih itu pun tak tertinggal di ujung malam.

Halilintar dan Gempa menjalani aturan mereka. Aturan tiga hari tiga malam yang sudah sepantasnya dijalankan oleh tiap elemental yang mencipta fusion kala itu. Batas melakukannya ada saat matahari mulai terbit di ufuk timur. Saat itu, kedua pasangan tak boleh lagi bercinta dan akan melanjutkannya di dua malam selanjutnya.

“Ahh! Nmh~! Nghh~!! Ah!“

“Shh.. ah...“

Kamar mereka sudah sepenuhnya gelap, hanya menyisakan lampu tidur di atas lemari nakas saja yang menyala.

•••

Usai mereka berciuman, Halilintar lantas mematikan lampu kamar dan memimpin jalannya aturan itu.

Menindih Gempa, membuka satu persatu kancing bajunya, lalu menggerayangi tubuh Gempa sampai ke dalam.

“Kau ini perempuan atau apa? Kulitmu semulus mereka, Gempa,“ ucap Halilintar. Alisnya terangkat sembari menatap Gempa dengan hasrat yang penuh.

Sementara Gempa hanya terdiam. Ia berusaha menjawab pertanyaan Halilintar yang diucap setengah berbisik, namun nyatanya tak bisa. Sentuhan Halilintar yang menggerayangi tubuhnya membuat mulutnya bungkam. Ia terlalu sensitif pada sebuah sentuhan lembut di tubuhnya.

“Hnghh~ nmhh~“

Halilintar melanjutkan aksinya. Tangan yang menggerayangi tubuh kasih ketiga nya itu berpindah melepas pakaian Gempa satu persatu, lalu membuangnya sembarang ke atas lantai.

Matanya melebar. Lekuk tubuh Gempa tak biasa, membuat Halilintar sedikit terkejut dibuatnya. Lantas ia membentuk senyum miring di bibirnya. 

“Aha... Benar, ya?“ ucapnya menggumam tanpa didengar oleh Gempa. “Kapan-kapan aku tanyakan saja,“ lanjutnya.

•••

Halilintar menekan kedua tangan Gempa setara daun telinganya di atas sarung bantal. Ia menggenggamnya dengan kuat seperti tak peduli pada rintihan Gempa di bawahnya.

Halilintar dan Gempa tak membuang waktu mereka, bahkan keduanya nampak tak peduli pada ufuk timur yang akan mengakhiri aturan mereka malam ini.

“Ahh! Haliih~! Ngh! Ahh! Ahh~! Mnh!“

Gempa merintih kuat saat Halilintar lagi-lagi memainkannya dengan lihai di atas ranjang mereka.

Permainan Halilintar kasar jika di rasa. Ganas dalam ranjang bukan keahlian Gempa, namun Halilintar memengaruhinya dengan cara yang belum pernah Gempa rasakan sebelumnya.

Nikmat.

Sedap.

Membayang manja.

Shh ahh.. Gempa...“

Halilintar membungkuk. Leher putih yang kini dihiasi banyak tanda merah itu kembali diciumnya untuk kesekian kali. Membuat tanda merah lagi yang menimpa tanda yang lain, membuat Gempa merintih makin kuat. Di tambah tangan kanan Halilintar yang menahan kaki Gempa untuk tetap terangkat di atas pundaknya.

“Mnh! Ah! Shh...“

Halilintar menghentak kuat. Kehangatan yang ia terima dari tubuh Gempa membuatnya terbuai pada suasana panas dalam kamar yang sejak awal sudah menggerayangi hati dan pikirannya.

Bohongi Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang