12. Kebun belakang

693 54 38
                                    

📜Guys, ini ... Juga panjang dikit ya. Ehe ♡⁠(⁠Ӧ⁠v⁠Ӧ⁠。⁠) so, enjoy, guys!!📜

===================================
Ceklek.

Laki-laki itu keluar dari kamar mandi sembari menggosok rambutnya yang masih basah menggunakan handuk kecil guna mengeringkannya. Mata biru mudanya menatap lurus pada sosok yang masih terlena dalam tidurnya di atas ranjang.

Tubuh yang terbalut selimut sampai batas hidung, serta bau harum khas Bunga Gardenia darinya seolah menenangkan hati laki-laki bernama Ice itu.

Dia melangkah mendekati sosok itu sembari memasang senyum tipis.

“Akhirnya juga begini, kan? Tidur lena, padahal sebelumnya menolak. Ah, sayangku cinta,“ ucapnya. Dia membungkuk, mengelus lembut pipi laki-laki tersebut, lalu mengecupnya pelan.

Chup~

“Tidur yang nyenyak, aku tinggal sebentar.“

Ice menegakkan tubuhnya. Masih dengan senyum tipis di bibirnya, Ice perlahan pergi meninggalkan Blaze seorang diri di dalam kamarnya.

Usai pintu kamar tertutup rapat, suasana lantas menjadi senyap. Tak ada lagi suara yang terdengar, kecuali dengkuran halus dari si tuan pemilik mata berwarna jingga itu.

Diam-diam rupanya Blaze telah terbangun dari tidurnya. Matanya terbuka setengah dengan semburat merah muda yang menghias di kedua pipinya sampai ke hidung.

“Dasar. Kalau begini mana bisa aku bangun lagi,“ rajuknya kesal lalu mengumpat nama Ice dalam gumaman yang ia lampiaskan pada angin dari balik selimutnya.

Sebelumnya, Blaze memang menolak permintaan Ice yang mengajaknya kembali bermain, namun pada akhirnya pilihan untuk menolaknya pun menjadi satu kesalahan yang ia perbuat pada Ice yang tengah berada di masa cemburu. Jadilah, dengan terpaksa dan paksaan dari Ice, Blaze harus menerima lagi akibatnya.

.
.
.

Sementara di halaman belakang, Ice melangkah lebih dekat pada tali panjang yang direntangkan, biasa digunakan untuk menjemur pakaian setelah dicuci.

Ice kemudian menggantungkan handuk kecil bekas mengeringkan rambutnya di salah satu tali tersebut sembari merapikannya guna menghindarinya dari amarah Blaze maupun Solar yang akhir-akhir ini mulai sensitif terhadap sesuatu yang tidak rapi atau berantakan.

Tak lama kemudian, usai kenampakan rapi dari handuk kecil itu sudah terlihat sempurna di matanya, Ice lantas mengalihkan perhatian pada tempat yang lain. Tujuannya kembali masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang, namun pandangannya lantas teralih pada satu pemandangan di samping kanannya.

Thorn tengah memanen beberapa buah dan sayurnya yang telah masak di kebun belakang rumah. Jaraknya hanya beberapa langkah dari tempat jemuran itu dan dipisahkan oleh pagar kayu kecil setinggi lutut orang dewasa.

“Thorn?“

Namun, yang membuatnya tertarik bukan apa yang sedang Thorn lakukan, melainkan caranya memandang sayur-sayur itu. Tatapannya tampak kosong, seolah memikirkan sesuatu yang memenuhi isi kepalanya.

Ice lantas mendekat. Dia masuk ke dalam kebun belakang, lalu berjongkok di samping Thorn yang tengah memetik buah-buah stroberi itu.

“Kelihatan manis. Aku boleh coba?“ Ice membuka suara, memulai percakapan dengan laki-laki berwajah imut itu.

Thorn lantas mengangguk. Ia lepas dari pikiran berat itu sejenak, sebelum memberikan beberapa buah stroberi yang masih berada di tangannya kepada Ice di sampingnya.

Bohongi Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang