📜OKE GUYSS!! BARU BISA UP! Dan ini partnya puuuaaanjaaang puolll (╥﹏╥)! Jadi, sabar ya... Ehehe sorry baru up. Enjoy ya guyss (。•̀ᴗ-)✧📜
===================================
“Dik, ini uang kembaliannya. Terima kasih, ya?“ ujar Pak Penjual seraya menyerahkan beberapa lembaran uang pada Solar—menyita perhatian laki-laki berkacamata itu sejenak untuk tertuju padanya.Solar lantas menganggukan kepalanya, lalu menerima uang tersebut. “Terima kasih kembali, Pak. Saya permisi dulu,“ balasnya seraya mengulas senyum.
Pak Penjual pun membalasnya dengan anggukan kepala. Senyum tipis mengulas di bibirnya—membalas anggukan tipis dari Solar sebelum laki-laki itu pergi melangkah keluar dari tokonya.
Di luar toko, Solar mengalihkan pandangannya pada sekitar. Dia mengembuskan napas lelah usai menyadari bahwa niatnya kemari hanya untuk membeli barang pesanan Thorn. Ia tak menyangka bahwa akan memiliki niat sebesar itu hanya untuk memuaskan keinginan Thorn yang sebelumnya menitip pesan untuk dibelikan beberapa kebutuhan kebunnya.
“Bahkan aku sampai di tempat seperti ini hanya untuk membeli barang pesananmu, Thorn. Awas saja kalau sampai rumah kamu memberi komentar, tidak akan ku turuti lagi kemauanmu,“ desis Solar sedikit mengeluh seraya melihat beberapa bibit tanaman di dalam kantong plastik di tangannya.
“Tapi tak apa. Setidaknya aku bisa membeli beberapa makanan dan minuman, serta memotret pemandangan dari puncak, kan? Ahaha! Uang darimu juga masih punya sisa. Lebih baik aku habiskan saja semuanya! Thank you, Mabee~!“ serunya dengan senyum sumringah—segera berlari menuju ke beberapa penjual makanan dan minuman yang berdiri di seberang toko itu.
Keramaian mendominasinya. Sebuah tempat terbuka yang akhir-akhir ini menjadi destinasi baru bagi warga desa yang mengelilinginya. Tempat kosong yang dahulunya hanya dikelilingi oleh pepohonan tanpa penerangan sebagai sarana istirahat bagi para pekerja antar desa, kini dijadikan lebih layak dengan tambahan hiburan lainnya, selayaknya tempat wisata terbaru.
Tempat terbuka itu adalah sebuah bukit yang bernama Bukit Parunaga. Sebuah bukit yang dikelilingi oleh 4 desa berbeda dan biasa dilalui oleh para pekerja antar desa sebagai jalan pulang menuju ke desa masing-masing. Biasanya, mereka yang menggunakan jalur bukit ini akan berehat sejenak untuk menghilangkan rasa penat seraya memandang langit malam maupun pemandangan desa di sekelilingnya dari puncak bukit.
Sebelumnya hanya tersedia tumpukkan batang pohon besar yang dijadikan sebagai tempat duduk mereka. Namun, adanya keputusan yang dihasilkan usai keempat kepala desa mengadakan rapat, tempat peristirahatan itupun kemudian diubah menjadi tempat yang lebih layak, bahkan dibuat beberapa kios penjual makanan dan minuman serta alas duduk pinjam di puncak maupun kaki bukit sebagai fasilitas tambahan.
Banyaknya fasilitas terbaru dan penambahan fungsi tempat tersebut, menjadikannya tempat terbaik bagi para keluarga, teman, ataupun pasangan untuk berkunjung atau berkencan di atas sana. Mereka yang ingin menghabiskan waktu bersama biasanya akan duduk di puncak bukit dan menikmati pemandangan cantik dari sana, seperti sepasang sejoli itu yang tengah bersantai ria dan menikmati masa berdua mereka.
Berteman dengan beberapa makanan ringan serta botol minuman yang telah dibeli, mengantar mereka menuju ke suasana di mana canda dan tawa mulai hadir memainkan peran di antara mereka berdua.
“Ahahaha, bukan begitu, Halilintar. Aku hanya tidak yakin pada pilihanku sekarang. Aku takut kalau aku telah mengambil keputusan yang salah.“ Tawa kecilnya keluar menghibur laki-laki yang duduk bersanding dengannya, membuat dia mengulas senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bohongi Hati
FanfictionHadirnya aturan kuno menjijikan berhasil mengikatku untuk kesekian kali. Membuatku harus masuk dalam hubungan hitam yang mengundang sanksi apabila dilanggar. Kepercayaan mereka begitu kuat, hingga tak ada yang berani melanggar aturan. . . WARNING! ...