Prolog

3.6K 281 21
                                    

[Halooo! Boleh kasih vote dan semangatnya? Kalo ramai akan aku post part 1.1 di sini. Boleh banget untuk kasih kesan pertama kisah ini di kolom komentar. Jangan lupa kenalan denganku di Instagram freelancerauthor. Terima kasih.] 

"Zal ... kamu ingat kita akan bercerai, kan?"

Tangan Jorjia menari di atas punggung suaminya. Sedangkan yang menggilir tubuh Jorjia sedang merasakan sensasi yang tak mau diganggu. Jadi dengan percaya diri pria itu berkata, "Don't say anything. Just feel it."

Jorjia yang memang tidak pernah menganggap remeh kemampuan Zaland di ranjang hanya bisa melenguh menikmati semua yang diberikan oleh pria itu. Pria yang masih berstatus menjadi suaminya.

"Ohhh, Zal! It feels nice. This is so good. Hah ..."

Desahan Jorjia mengisi seluruh ruangan mereka berada sekarang. Segala macam pikiran yang bergelombang di kepala seakan melebur pada goyangan pinggul Zaland yang luar biasa membuat Jorjia lupa cara mengatur napasnya. Terlalu banyak isi pikiran mereka mengenai pernikahan yang akan segera berakhir ini. Namun, mereka berdua juga tidak siap untuk membahasnya. Oh, lebih tepatnya Zaland yang tidak siap untuk membicarakan segalanya. Sedangkan Jorjia sendiri sudah menyiapkan hati serta pikirannya sejak awal pria itu menawarkan pernikahan lima tahun tersebut.

Semakin Zaland bergerak, semakin Jorjia merasakan kejantanan pria itu yang begitu tepat masuk dan sepertinya sangat terarah pada spot paling nikmat untuk dirasakan oleh Jorjia.

"Zal ... no."

Zaland menggigit dagu istrinya sembari bertanya pelan. "What, no?"

Kepala Jorjia bergeraka ke kanan dan kiri dengan sangat cepat. Kuku perempuan itu menggaruk punggung Zaland sebagai bentuk penyerahan. Menyerah akan kenikmatan yang pria itu berikan.

"Don't do this..."

Jorjia tidak tahu kenapa mulutnya tidak bisa mengatakan hal yang benar. Dia harus menyampaikan larangan pada suaminya itu untuk tidak bergerak lebih gila lagi, sebab mereka mungkin akan menanggung risiko besar setelah ini.

"What? What should I 'don't' do, Jorjia?"

Jorjia meletakkan telapak tangan suaminya di atas permukaan perut perempuan itu.

"This," ucap Jorjia yang membuat Zaland menatap wajah istrinya lekat dan melambatkan sedikit tempo pinggulnya. "Don't breed me. You remember, right?"

Zaland harus mengakui bahwa kemampuannya belum sepenuhnya bagus, karena Jorjia yang masih bisa berpikir rasionalitas saat ini. Harusnya jika percintaan yang Zaland berikan sangat jago, Jorjia akan kehilangan seluruh akal sehatnya. Termasuk mengingat bahwa kehamilan akan terjadi jika percintaan mereka yang liar ini terjadi tanpa pengaman apa pun.

Zaland memiringkan wajahnya, menyeringai dan mencium bibir Jorjia pelan sebelum berkata. "You really know that I love challenges, right?"

Jorjia bergetar saat Zaland memelankan tempo tapi masuk dengan tepat menyentuh titik kewanitaannya.

"Nggak disaat seperti ini, Zal."

Zaland menghidu aroma istrinya di leher perempuan itu. "Nobody can forbid me for anything that I want."

Lalu, Zaland memberikan kesempatan pada Jorjia untuk memeluk tubuh pria itu lagi karena putaran percintaan mereka kembali dimulai. Dan kali ini, Zaland memastikan dirinya membuahi rahim Jorjia selayaknya peternakan. 

[Just info: cerita ini adalah seri ketiga setelah Merayu Hati Yang Setia dan Badai Bercinta. Ini seri kakak adik yang bisa kalian baca terpisah, tapi kalau penasaran boleh cek akun wattpadku atau instagramku.]

PUAN DIGILIR CINTA/TAMAT/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang