1.1 : Do you remember?

1.9K 225 26
                                    

[Yuhuuu! Part 1.1 aku update karena ada semangat dari beberapa pembaca yang kasih vote dan komen mereka. Aku gak akan bahas dimana kalian bisa baca versi super cepetnya setiap part cerita Zaland ini. Pembaca yang ikutin cerita lainnya pasti tahu akses paling cepat ada dimana. Untuk kalian yang mau aku update 1.2 nya kasih kesan kalian, semangat kalian, atau komentar unik lainnya supaya semangatku update di sini naik. Jangan lupa juga follow instagram freelancerauthor ya. Karena info akses cepat dan info cerita menarik lainnya yang aku buat ada di sana. Happy reading :)]

"How to open this shit!?"

Zaland mengeluarkan kemarahannya karena tak kunjung mendapatkan hasil yang dirinya mau.

Jorjia yang melihat hal itu menaikkan pandangan pada suaminya. Pria yang sudah lebih dulu mengobrak-abrik bawahan sang istri dan membuat Jorjia melenguh kehilangan akal, kini sibuk meraba punggung wanita itu dan tampak frustrasi.

Stock kesabaran Zaland tidaklah sebesar itu. Jorjia tidak perlu menanyakan apa yang membuat prianya marah, dia meraih tangan suaminya dan meletakkannya di buah dadanya sendiri.

"Kait bra nya bukan di belakang, Zal. Tapi di depan. Jangan marah-marah dulu, kamu bahkan bisa tanya aku lebih dulu."

Zaland menghela napasnya dengan keras. Langsung menarik lepas kaitan bra di bagian depan istrinya.

"Kamu tahu aku bukan pria yang penuh kesabaran, Jia. That's not so me."

Jorjia memberikan tatapan penuh pemakluman, dia hanya bisa membiarkan suaminya menarik lepas bra miliknya agak kasar karena rasa tak sabar. Pria itu belum menggerakan kembali pinggulnya, karena terlalu fokus pada dada Jorjia.

"Udah?" tanya Jorjia seperti menghadapi anak kecil yang sedang penasaran dengan sesuatu dan Jorjia adalah ibu yang sedang menunggu anaknya memuaskan rasa penasarannya.

Zaland memang tidak akan pernah merasa permainan mereka cukup tanpa menduselkan wajah di gunung kembar sang istri. Dapat dibilang fetish seorang Zaland Mason Tatum adalah buah dada perempuan. Karena pria itu selalu suka mengeksplor tubuh pasangannya di sana. Mendapatkan pelepasan saja tidaklah cukup bagi Zaland, dia akan mengulum puncak payudara Jorjia bahkan setelah permainan mereka selesai sampai pria itu merasa puas.

Setelah pria itu mendapati tubuh bagian atas istrinya sepenuhnya terbuka, Zaland segera mengambil kesempatan untuk mencium daging kenyal Jorjia yang terasa hangat.

"I love this."

"Kamu kayak anak kecil kalau begini, kamu tahu?"

Zaland membalas tatapan istrinya dengan dalam, jenis tatapan yang memabukkan Jorjia dan sedikit menakutkan, karena aura dominan Zaland terpancar dengan begitu kuat. Orang lain boleh menilai Zaland adalah pribadi yang konyol, lucu, mudah bergaul, dan ceplas ceplos. Namun, hanya Jorjia yang tahu bagaimana watak suaminya yang asli dan tidak ditunjukkan pada siapa pun. Bahkan tidak diketahui oleh keluarga pria itu sendiri.

Sejak awal bertemu dengan Zaland, pria itu memang bukan tipe yang mudah bergaul dan sedang melucu. Zaland saat itu benar-benar serius, itu sebabnya Jorjia tidak berpikir akan mendapati sosok Zaland yang berbeda ketika bersama keluarga atau orang lain yang dikenalnya di lain tempat. Jorjia sempat bertanya-tanya, apakah suaminya memiliki riwayat masalah mental? Tapi tidak. Zaland tidak pernah hilang kendali akan dirinya sendiri. Zaland hanya memiliki sifat yang berbeda-beda untuk masing-masing lingkungan.

"Hanya kamu yang aku izinkan untuk bicara seperti ini. Aku nggak suka disebut kekanakan."

Ini dia salah satu sifat suaminya. Sensitif. Sikap seperti itu cukup memusingkan Jorjia, sebab seorang pria yang sensitif bisa membuat banyak topik singkat menjadi panjang hanya karena mereka memiliki jalur pemikiran lain yang terlalu dalam.

"Maaf. Aku nggak bermaksud untuk mengatakannya begitu. Aku hanya senang karena kamu lucu seperti anak kecil yang sedang bernafsu untuk menyusu."

Zaland menaikkan posisi tubuh istrinya dengan bantal yang ditata lebih tinggi, supaya pria itu bisa menikmati apa yang diinginkannya dengan baik.

"Ya, hanya aku anak kecil yang boleh menyentuh tubuh kamu, apa pun alasannya. Untuk itulah aku nggak mau ada pesaing di rumah ini, apa pun jenisnya."

Ya, itu sebabnya juga Jorjia bisa bertahan di sini dengan segala perlindungan dan taraf kehidupan yang lebih baik. Jika Jorjia tidak menaati apa yang Zaland inginkan, maka Jorjia bisa saja masuk ke lubang hitam seperti dulu lagi, dan tentu saja Jorjia tidak menginginkan hal semacam itu terjadi padanya lagi. Jika bukan Zaland yang menyelamatkannya, Jorjia tidak akan menikmati kehidupan seperti ini.

Namun, lima tahun ini akan segera berakhir. Bagaimana Jorjia akan menjalani hidupnya tanpa menjadi istri pria itu lagi?

PUAN DIGILIR CINTA/TAMAT/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang