3.2: 'Baby who cares?', but I know you care.

1.1K 135 3
                                    

Zaland mengingat kejadian itu terjadi di tahun pertama pernikahannya dan Jorjia. Sejak saat itu pula hubungan Zaland dengan Mommy-nya berubah. Zaland membatasi diri untuk banyak bicara dengan Gwen, dan mengabaikan ajakan wanita itu untuk bicara apa pun alasannya. 

Entah bagaimana semua itu bisa terjadi. Di satu sisi Zaland yakin bahwa itu semua terucap karena selama ini dia sudah menahannya lama, sejak kecil. Namun, Zaland juga agaknya merasa dia terdorong mengatakan segalanya karena Jorjia. Dia tidak tahu bagaimana tepatnya Jorjia bisa membuatnya berani mengungkapkan seluruh perasaannya pada sang Mommy. Namun, yang pasti, sejak saat itu Zaland tidak suka jika ada orang yang merendahkan dan menganggap Jorjia tidak penting. 

Yang saat itu Zaland pikirkan, dia memang harus membela istrinya. Jika bukan dia, lalu siapa lagi? Toh, Jorjia juga bukan tipe pasangan yang tidak tahu diri. Jorjia teramat patuh dan mau memberikan seluruh perhatiannya untuk Zaland. Mungkin itulah sebabnya mereka merasa lima tahun pernikahan ini bukan masalah besar dan perceraian terasa sangat tak cocok untuk mereka lakukan meski sudah ada pembicaraan itu sejak awal bahkan sebelum mereka resmi menikah.

Lalu, semalam … ungkapan cinta itu. 

“What’d you do to me, Jia?” gumam Zaland sembari membasuh tubuhnya hingga bersih dan menyelesaikan kegiatan mandinya. 

Pakaian yang istrinya siapkan dikenakan dengan asal-asalan karena Zaland ingin mendapatkan atensi Jorjia. Wanita itu akan merapikan pakaian Zaland dan mereka akan memiliki banyak waktu untuk saling bertatapan dan sepenuhnya bisa menikmati waktu bersama lagi pagi ini. 

Pria itu menuruni tangga dan mendapati sang istri yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Ini pemandangan yang selalu Zaland dapatkan setiap pagi. Senyuman Jorjia adalah salah satu paket yang tidak bisa dipisahkan dan Zaland memang maunya disambut dengan wajah yang bahagia agar suasana hatinya sebelum pergi bekerja juga menjadi bagus. 

Jorjia menghadap ke kitchen sink ketika Zaland melangkah sangat dekat dan memeluk pinggang sang istri dari belakang. 

“How’s your mood?” tanya Zaland sembari menyematkan kecupan dalam di tengkuk Jorjia. 

Karena sudah sangat mengerti dengan suaminya, Jorjia tersenyum dan berkata, “Berkat suami yang aku cinta, mood yang terbangun di pagi hari ini sangat bagus. Bagaikan sinar mentari yang menyinari dunia.” 

Zaland tidak tertawa dengan hal itu. Dia malah semakin melayangkan banyak ciuman di tengkuk dan belakang telinga wanita itu. 

“Zal, geli.” 

“But you like it, right?” 

Tanpa malu-malu Jorjia menjawab, “Ya, I really like it. Tapi kamu harus sarapan dan berangkat kerja. Nanti malam akan ada acara soalnya. Jadi kamu harus dalam kondisi yang fit.”

Zaland membalikkan tubuh sang istri dan menunjukkan keningnya yang berkerut dengan dalam. “Acara apa yang ada nanti malam sampai aku harus dalam kondisi yang fit?” 

Jorjia merapikan kerah kemeja sang suami, dengan perlahan wanita itu menjelaskan. “Mommy telepon, mau ajak makan malam bareng.”

“Mommy? Maksud kamu ibuku? Gwen? Itu Mommy yang kamu maksud?” 

Jorjia mengangguk dengan santai dan menepuk bahu suaminya setelah merapikan kemeja pria itu. 

“I don’t want to go.”

Zaland dan Jorjia kini saling memandang, tidak langsung saling mengatakan apa pun untuk beberapa saat. 

“Kenapa nggak mau?” tanya Jorjia. 

“Mommy nggak akan bersikap baik ke kamu.” 

Jorjia menggeleng dan memberikan pengertian. “Mommy lakuin itu karena dia seorang ibu. Dia protektif untuk memastikan kehidupan anaknya baik-baik aja. Aku juga pasti akan begitu kalo jadi ibu.” 

Zaland meraih pinggang Jorjia dan membuat wanita itu rapat dengan tubuh sang pria. 

“Itu sebabnya keputusanku benar untuk nggak membuat kamu jadi ibu. Jadi nggak akan ada Mommy kedua.” 

Zaland mencium bibir istrinya yang tidak bicara apa pun lagi. Itu bagus. Karena Zaland ingin menikmati pagi ini dengan tenang dan hanya mereka berdua yang terlibat di dalamnya. 

Namun, Jorjia melepaskan ciuman mereka dan melanjutkan pembicaraan mereka. 

“Kamu akan menyakiti Mommy kamu, Zal. Dan lagi pula ini salah satu langkah yang bagus, Mommy kamu yang menghubungi aku duluan. She wants to know the real me.” 

“Jia, who cares? Mommy cuma mau ketemu aku dan memanfaatkan kamu. Aku nggak peduli caranya Mommy ini.”

Dengan gerakan yang sangat lembut, Jorjia menyentuh tangan sang suami dan menggenggamnya. 

“But I know you care, Zal. Kamu sangat peduli dengan Mommy kamu. You love her, and she loves you too. Please, mari kita perbaiki hubungan yang dulunya nggak begitu baik ini. Hitung-hitung ini salah satu caraku untuk menunjukkan ke kamu salah satu usaha, bahwa kamu harus nggak menceraikan aku.”

[Yihiii! Aku update lagi, nih. Di sini masih part 3, di Karyakarsa kataromchick sudah sampe part 9 yang mana jumlah kata cerita ini udah hampir 20ribu kata. Gilssss, cepet banget 🙈. Jangan sampai kalian ketinggalan ya. Part-part terberatnya akan datang melanda loh di Karyakarsa. Di bawah aku kasih cuplikan part 9 ya. Happy reading.]

]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PUAN DIGILIR CINTA/TAMAT/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang