4.2: I'd like you to be everything that I want

871 121 2
                                    

[Part 13 full version sudah update di Karyakarsa kataromchick, yups. Siapin mental baca part 12 sampai seterusnya😢.]

“Tante Jia!” sapa Ollie yang kini sudah berusia lima tahun. 

“Hai, Ollie! Kamu bawa apa itu?” 

Jorjia melihat bagaimana anak pertama Zeke dan Jessa itu menggendong seekor binatang yang tidak Jorjia pahami kenapa bisa masuk ke rumah yang rapi dan bersih ini. 

“Ini Sugar glider, Tante Jia. Ini lucu, loh. Papa yang beliin Ollie ini. Ollie suka banget.”

Berbanding terbalik dengan Ollie, Jia malah merasa sangat geli melihat binatang yang dipegang-pegang Ollie dan kesana kemari di tubuh anak itu. 

“Oh, iya. Lucu kayak Ollie.” 

Ollie langsung menatap Jorjia dengan tajam. “Hm?? Maksud Tante Jia aku kayak binatang?”  balas anak itu dengan cerdas. 

Ah, Jorjia lupa petuah dari suaminya bahwa anak sulung Zeke dan Jessa itu memang suka mencari masalah. Jika tidak membuat saudaranya yang lain menangis, maka Ollie akan membuat drama agar menjadikannya pusat perhatian. Menurut Zaland hal itu terjadi karena Ollie terbiasa dan memahami posisinya yang menjadi satu-satunya cucu perempuan dulu. Meski ada anak Zephyr yang rupanya dua tahun lebih tua, posisi cucu perempuan belum tergantikan bahkan hingga Ollie memiliki adik dan anak Zephyr yang kedua juga masih laki-laki. Hingga akhirnya anak ketiga Zephyr lahir seorang perempuan dan mengacaukan dunia Ollie. Sudah jelas sekarang ini Jorjia juga akan dijadikan jembatan bagi anak itu untuk bisa menjadikan pembahasan ini sebagai sebuah drama. 

“Nggak, dong. Ollie itu Princess cantik yang bahkan lebih cantik dari Aurora. Tante Jia bilang Ollie lucu kayak sugar glider punyanya Ollie itu karena Ollie gemesin dan bikin Tante Jia pengen punya anak secerdas Ollie.” 

Wajah sumringah Ollie langsung tampak begitu Jia memberikan penjelasan yang disukai anak itu. 

“Wah … Tante Jia hebaaat! Aku dukung Tante Jia punya anak kayak Ollie! Soalnya Ollie nggak suka punya adek kayak Zane, dia nggak mirip aku! Dia selalu bantah aku. Aku sama Zane nggak mirip, sukanya beda-beda. Nanti aku samaan aja sama anak Tante Jia.” 

Hati Jorjia terenyuh karena mendengarkan ucapan ponakan Zaland ini. Meskipun Ollie anak yang suka mencari perhatian, tapi memang Ollie cerdas untuk membaca situasi dan paham apa yang dirinya butuhkan untuk tetap bisa mendapatkan perhatian dari orang sekitarnya. Meski tugas berat bagi orangtuanya adalah mengarahkan agar Ollie tidak menjadi gadis egois yang gila dengan atensi ke depannya, sisanya Ollie memang cantik, pandai bicara, dan mudah bergaul. Anak itu bahkan setuju dengan gagasan asal Jorjia mengenai ingin memiliki anak secerdas Ollie. 

“Ollie senang kalo Tante Jia dan Om Zal punya anak? Ollie nanti nggak bisa main lama-lama sama Om Zal, kalo Om Zal punya anak sendiri, loh.” 

“Kan nanti aku main terus ke rumah Tante Jia. Aku main sama anak Tante sama Om Zal yang mirip aku itu. Aku pasti jadi seneng, deh.” 

Oh, tidak. Semakin lama Jorjia bicara dengan Ollie, dia malah merasakan desakan air mata akan mengalir. Kenapa anak sekecil ini seolah tahu apa yang aku rasakan dan bahkan bisa aku ajak bicara mengenai anakku? 

“Ollie, kamu ngapain Tante Jia sampe tantemu mau nangis gitu?!” tegur Jessa dengan mode emak-emak cantik yang dimiliki.

“Aku nggak ngapa-ngapain, Ma. Aku nunjukkin sugar glider aku aja sama ngorbol sama Tante Jia.”

Jessa menepuk jidatnya mendengar ucapan anaknya yang masih saja salah mengatakan ngobrol menjadi ngorbol. 

“Sana, sana, simpen dulu sugar glider-nya. Kita mau siap-siap ke meja makan. Jangan ada binatang pas lagi makan!”

Ollie dengan patuh menuruti perintah sang mama. Kini bergantian Jorjia berdua dengan Ollie dewasa yang tampak begitu cantik dan tiba-tiba saja mengusap punggung Jorjia tanpa mengatakan apa-apa. 

“Lima tahun menunggu momongan memang bukan hal yang mudah bagi kebanyakan wanita. Sabar, ya. Tuhan pasti punya maksud tertentu kenapa sampai sekarang kalian masih dikasih waktu berduaan aja sebagai pasangan suami istri.” 

Rupanya Jessa menangkap pembicaraan Jorjia dengan Ollie mengenai anak. Wanita itu mengira bahwa Jorjia sudah menginginkan keberadaan anak tapi belum diberi Yang Maha Kuasa. Padahal ada alasan kuat dibalik Jorjia yang masih belum menjadi seorang ibu meski sudah lima tahun lamanya menikah. Alasan kuat itu bukan hanya berasal dari Tuhan, tapi juga karena Zaland yang tidak mau untuk memiliki anak. Namun, sekarang Jorjia sedang menyembunyikan campur tangan Tuhan yang akhirnya membuat Jorjia tidak mempan menggunakan alat kontrasepsi yang diminta Zaland. 

“Ayo, kita ke ruang makan. Semua udah ke sana. Jangan sedih, ya. Kamu punya banyak ponakan di sini.”

Aku nggak sedih karena itu mbak Jess. Aku sedih karena iparmu nggak bisa menerima kehadiran anak apa pun alasannya. 

PUAN DIGILIR CINTA/TAMAT/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang