Part 5: Make you dance do a spin and a twirl

913 99 1
                                    

[Part  di Karyakarsa kataromchick sudah sampai 22 ya. Silakan langsung ngebut bagi yang ketinggalan. Sebentar lagi mungkin end. Sekitar part 30 an. Happy reading 🥰]

***

Jorjia merasakan wajahnya dimiringkan untuk bisa merasakan ciuman yang suaminya lakukan. Tubuhnya melengkung dengan cara yang tidak menyakitkan meski itu adalah posisi yang tidak seharusnya dilakukan.

"Kamu nggak suka keluarga kamu bahas itu?" tanya Jorjia pelan.

Bibir mereka masih saling bersenggama tipis, Zaland tidak pernah memberikan kesempatan bagi bibir mereka untuk benar-benar lepas jika sudah sekali saling bersentuhan.

"Sejak kapan aku suka dengan pembahasan itu? I don't want a child. Jangankan kapan kamu hamil, bahkan aku nggak suka dengan bayangan kamu hamil. Pembahasan semacam itu nggak akan masuk dengan baik ke telingaku."

Jorjia menikmati kecupan yang Zaland berikan. Pria itu tidak pernah mangkir dari kegiatan yang mengandalkan kedekatan san sentuhan fisik, untungnya, Jorjia juga nyaman-nyaman saja untuk melibatkan kontak fisik sesering mungkin dengan sang suami. Ini bukan karena Jorjia pernah dipaksa masuk ke dunia malam untuk melayani pria-pria. Hanya Zaland yang Jorjia izinkan untuk bisa menikmati senggama gila-gilaan, apalagi mereka sudah resmi sebagai pasangan suami istri.

"Bagaimana kamu akan menurunkan kekayaan yang kamu punya tanpa anak nantinya?" tanya Jorjia.

Membahas hal seperti ini memang lebih baik dilakukan disaat suasana hati Zaland tidak kaku. Di waktu sepulang kerja, atau memang waktu yang terkesan santai dan logika pria itu berjalan sangat tajam, Jorjia justru tidak berani untuk menanyakan hal ini. Hanya disela-sela waktu saling menggoda sebelum seks merekalah hal itu bisa terjadi. Sebab Zaland tidak akan menunjukkan kemarahan dengan begini.

"I don't know."

Jawaban Zaland yang terkesan tidak serius itu membuat Jorjia ingin semakin menggali pertanyaan lebih dalam. Tentu saja dengan cara yang sangat perlahan agar suaminya ini tidak kabur dari pembahasan, atau lebih parahnya malah semakin marah karena Jorjia membahas banyak hal mengenai anak.

Lebih dulu Jorjia membalas ciuman suaminya dengan sangat dalam. Mereka bagaikan pasangan yang sangat rakus satu sama lain. Lima tahun tidak membuat mereka memiliki keluhan atas kebosanan dari masing-masing. Justru lebih banyak yang bisa mereka gali hingga bisa lebih saling memahami.

Jika pasangan lain memiliki keluhan bosan bertahan dengan manusia yang sama setiap hari, setiap malam, dan bahkan setiap kali mereka menghembuskan napas bersama. Jorjia dan Zaland berbeda. Mereka yang menikah bukan karena cinta, melainkan berdasarkan komitmen untuk saling mengikat karena manfaat yang bisa dirasakan satu sama lain, akhirnya malah bisa membangun koneksi yang lebih kuat ketimbang pasangan yang memulai perjalanan dengan cinta.

Sesungguhnya juga, Jorjia tidak terlalu menggebu-gebu mencintai Zaland. Dia masih bisa memikirkan beberapa opsi untuk diambil jika memang suaminya tidak bisa bekerja sama pada akhirnya. Sekarang ini, Jorjia hanya ingin mereka saling melindungi. Atau paling tidak, Jorjia bisa meluluhkan hati Zaland mengenai anak lebih dulu sebelum menyerah. Tapi aku nggak siap menyerah untuk hatiku yang udah terukir nama Zaland di dalamnya.

"Kenapa kamu bisa nggak tahu?" tanya Jorjia kembali.

Tubuh wanita itu kembali tegak lurus ke hadapan cermin riasnya. Zaland mengunci tatapan mereka dari bayangan yang ada. Tidak mengizinkan sang istri untuk kabur ke arah lain. Jorjia harus menatap apa yang tersuguhkan di hadapannya. Wajahnya yang mulai menunjukkan ekspresi horny, bibirnya yang menebal sehabis berciuman dengan suaminya, dan akhirnya melihat dirinya sendiri yang terkesiap saat Zaland meremas buah dada wanita itu dengan cara yang disukai Jorjia.

"Aku nggak tahu apa yang akan kulakukan soal harta. Karena bagiku, apa yang aku punya sekarang bukan milikku sepenuhnya. Aku hanya memanfaatkan privilege keluargaku yang besar dan nggak akan habis meski hartanya mereka berikan padaku. Kalo kita harus menua bersama tanpa anak ... it doesn't matter for me. Ada pengacara keluarga yang turun temurun juga akan mengurusnya. Aku nggak bisa mengurus harta yang diberikan untukku, maka pengacara keluarga akan memberitahu langkah yang tepat untuk hal itu. Lagi pula, keponakanku banyak. Aku nggak perlu pusing untuk mencetak keturunan hanya untuk membuatnya pusing mengurus harta keluarga Tatum yang pasti akan menuntut kesempurnaan."

Jorjia tahu suaminya adalah pihak yang paling sering diandalkan untuk menggantikan tugas saudaranya yang ada saja sibuknya hingga tidak bisa mengurus perusahaan sendiri. Zaland selalu menjadi alternatif yang digunakan Gwen untuk mempercayakan usaha mana pun yang butuh pemimpin dadakan untuk beberapa waktu. Hanya saja Jorjia tidak tahu bahwa Zaland yang pekerja keras dan rajin menggantikan tugas saudaranya tidak peduli dengan kerja kerasnya sendiri. Pria itu tidak memikirkan bahwa keturunan bisa membuat kerja kerasnya bertahan lebih lama dengan memberikannya secara turun temurun. Zaland malah terlihat ingin melepaskan saja apa yang dia miliki dan tidak keberatan untuk tidak melihat satu pun anaknya sendiri mendapatkan apa yang dirinya usahakan.

"Kamu suka anak kecil, hemm."

Jorjia bisa merasakan tangan Zaland yang melesak masuk di antara celah kakinya. Dress yang membalut wanita itu nyatanya bisa disusupi oleh pria itu dengan cepat. Mungkin karena sedari Jorjia berganti pakaian, suaminya itu selalu memperhatikan. Jadi Zaland tidak kesulitan untuk mengerti bagaimana cara melepaskan gaun itu dari tubuh istrinya dan membuat kulit cerah Jorjia tidak terlapisi kain dengan benar.

"Aku suka anak-anak, bukan berarti aku menginginkannya."

"Tapi ponakan kamu ... ah."

Tubuh Jorjia semakin membungkuk karena Zaland dengan gagah semakin melesakkan jemarinya di dalam kewanitaan sang istri. Sensasi yang diberikan pria itu tidak bisa diabaikan. Ucapan Jorjia sudah bercampur dengan racauan yang tidak bisa dibahas dengan panjang. Selalu saja ada desahan diakhir kalimat Jorjia.

"Mereka bukan anakku. Bukan aku yang menginginkan mereka, tapi orangtua mereka sendiri yang menginginkannya. Aku hanya memainkan peran sebagai om yang baik untuk mereka."

Jorjia tahu itu adalah hal yang wajar. Tidak ada yang bisa wanita itu sanggah. Banyak sekali orang di dunia ini yang tidak menginginkan untuk memiliki anak berdasarkan pertimbangan dan pendapat mereka sendiri. Jangankan anak, bahkan ada orang yang tidak berniat untuk menikah karena alasan mereka yang tidak akan bisa dipahami orang lainnya begitu saja. Untuk Zaland, alasan yang pria itu punya untuk tidak menginginkan anak memang sudah Jorjia ketahui. Wanita itu tahu bahwa Zaland memiliki luka masa kecil yang belum teratasi. Namun, kapan luka masa kecil itu akan teratasi jika tidak ada tindakan yang Zaland lakukan? 

PUAN DIGILIR CINTA/TAMAT/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang