10.1: It's me and you only

486 54 0
                                    

[Aloha! Balik lagi sama kisahnya Zal dan Jia. Yang belum tahu, ini cerita series adik kakak sama dua judul lainnya. Tiga-tiganya udah tamat di Karyakarsa kataromchick atau yang biasa baca ebook langsung aja ke google play 'Faitna YA'. Silakanbbaca yang mana aja yang bikin kalian nyaman.] 


Zaland mendapati Mommy-nya masuk ke kamarnya setelah ketukan pintu yang ketiga. Wanita itu menyembulkan wajahnya lebih dulu dan melihat tanggapan Zaland dengan berdiam diri.

"Mommy ngapain disitu?"

"Udah baikan belum suasana hati kamu? Kue yang Mommy bikin udah kamu makan?" tanya Gwen.

Meski hubungan mereka sempat goyah karena ungkapan hati Zaland beberapa tahun lalu, nyatanya Zaland tidak berubah menjadi anak yang membangkang. Dia tetap menjadi anak kedua yang memberikan kemampuan terbaiknya untuk mengurus perusahaan. Masih begitu cekatan untuk menggantikan saudaranya jika mereka tidak bisa berada di kantor masing-masing, intinya Zaland masih saja menjadi anak tengah yang melaksanakan tugasnya seperti biasanya. Hanya saja memang jumlah percakapan antara ibu dan anak itu saja yang agak berkurang.

"Kuenya kebanyakan cengkeh. Aku nggak suka cengkeh, itu kesukaan ZK."

Gwen tampak terkejut dengan ucapan Zaland yang di telinga wanita itu serupa dengan sindiran. Sudah dipaparkan kejujuran oleh Zaland pun, Gwen masih saja tidak sepenuhnya memahami putra keduanya itu.

Gwen masuk dengan cepat ke kamar Zaland, menunjukkan gestur penyesalan. "Maafin Mommy karena masih nggak memahami kamu. Mommy pikir kamu yang selama ini nggak pernah protes kalo Mommy bikin kue itu dan kamu makan sama Zee, itu artinya kamu juga suka. Maafin Mommy, ya. Kamu bisa bilang sama Mommy, kamu sukanya kue apa?"

Zaland tidak memberikan banyak reaksi. Dia hanya menarik napas dalam sebelum berkata, "Sekarang apa pun yang aku suka bisa aku minta ke Jia. Mommy nggak perlu khawatir."

"Mommy nggak akan khawatir kalo aja kamu kesini bareng sama Jia. Sayangnya, Mommy harus lihat pemandangan asing, dimana kamu dan Jia datang kesini sendiri-sendiri. Nggak ada saling komunikasi dan keliatannya kamu nggak akan minta apa pun ke Jia karena kamu menjauhi istri kamu itu sampai bikin dia kelimpungan cariin kamu."

Zaland yang bingung, mengerutkan keningnya. "Mommy ngomong apa sih?"

"Mommy cuma mau bilang, Jia ada di kamar tamu. Mommy udah nggak tega lihat dia dateng dan dengan wajah pucat ingin menemui kamu. Kalo kamu udah menatap suasana hati, kamu bisa temuin istrimu. Mommy nggak mau ada keributan di sini."

Zaland langsung tersadar bahwa yang dimaksud Gwen adalah Jorjia yang ada di rumah tersebut. Wanita itu mencari Zaland dan bahkan mengalah untuk mendatangi rumah orangtua pria itu.

"Dan inget ... yang biasanya tukang ngambek di pernikahan itu perempuan, Zal. Yang biasanya kabur ke rumah orangtua juga perempuan, bukan laki-laki."

"Maksud Mommy aku kayak perempuan?" sahut Zaland tak suka.

Gwen mengangkat bahunya seolah tidak tahu jawabannya, padahal jelas-jelas wanita itu tahu. "Pokoknya jangan bikin anak-anak Zep jadi penasaran sama keributan kalian."

Zaland memutar bola matanya dengan berlebihan supaya mommy-nya tahu bahwa dia sedang menegur wanita itu mengenai sesuatu. "Rumah ini bukan rumah yang terbuat dari dinding tanpa kedap suara. Anak-anak Zephyr nggak akan begitu aja denger suara mama papanya saat bikin adik, kan?"

Gwen menggelengkan kepalanya karena balasan Zaland yang sangat tepat sasaran membuat wanita itu malu sendiri mendengarnya. Terlebih, di fase yang sekarang Gwen tidak bisa melakukan percintaan dengan sang suami yang kondisinya jauh dari kata bugar dan sehat.

"Terserahlah. Tapi inget, jangan bikin istri kamu makin sakit hati."

"Mommy sekarang peduli banget untuk keadaan Jia."

"Ya. Mommy udah berdamai dengan keadaaan, kenapa harus nggak peduli? Jangan mikir macam-macam, karena Mommy memang nggak mau menyebabkan hubungan keluarga yang canggung. Mommy keluar, dan silakan kamu pikirkan apa yang mau kamu lakukan. Mau ajak Jia pulang nggak apa-apa, tapi Mommy kasih saran untuk nginep aja malam ini. Karena Jia keliatan kelelahan setelah mengemudi mobil sendiri untuk mencari kamu."

***

Akhirnya, di sinilah Zaland berada. Berdiri di depan pintu kamar tamu yang Mommy-nya sebut. Salah satu kamar tamu yang jauh dari deretan kamar anggota keluarga. Bisa dikatakan bahkan sudah beda ruangan dari rumah utama. Zaland tidak mengerti kenapa Gwen memberikan kamar tamu yang benar-benar berjarak, jika memang wanita itu sudah berdamai dengan segalanya mengenai Jorjia. Namun, Zaland juga bisa membaca bahwa kemungkinan Gwen melakukan itu adalah untuk tidak membuat anggota keluarga yang lain sibuk mengerumuni Jorjia yang sedang tidak baik-baik saja.

Iya, Zaland tahu bahwa Jorjia sedang tidak baik-baik saja. Namun, pria itu juga merasa bahwa dirinya sama tidak baik-baik saja. Yang bisa membuatnya merasa lebih baik adalah dimana hanya ada dirinya dan Jorjia saja. Tidak ada pihak lain yang terlibat, termasuk anak.

"Mama tahu ini menyedihkan, tapi Mama mohon bersabar ya. Tolong berjuang sama Mama sampai waktunya tiba."

Zaland mendengarnya. Gumaman istrinya begitu pria itu membuka pintu tersebut sedikit dengan sangat pelan. Tadinya dia berpikir bahwa Jorjia mungkin saja sudah terlelap, tapi tidak. Wanita itu terlihat baru saja mandi dengan pakaian tidur yang berbeda. Sebuah pakaian tidur yang membuat Zaland merasa terdistraksi.

Akhirnya dengan gerakan cepat pria itu membuka pintu dengan keras dan menguncinya tanpa melihat Jorjia yang sudah pasti kebingungan. Tanpa menunggu apa pun, tidak pula mengatakan apa pun, Zaland memangkas jarak diantara mereka. Dia mencium bibir Jorjia dalam, keras, dan kuat. Semua emosi yang bergolak di dalam dirinya muncul dan terluapkan melalui ciuman tersebut.

Zaland menangkup bokong istrinya yang terbalut dengan celana dalam renda yang tipis. Ini pasti kerjaan Mommy. Alasannya saja kasihan melihat Jorjia yang datang dengan kebingungan dan pucat, nyatanya Gwen ingin menjebak Zaland untuk menginap di rumah itu dengan memanfaatkan Jorjia yang didandani dengan sangat baik. Menonjolkan kecantikan alami yang Jorjia miliki. Zaland memang harus mengacungi jempol pada cara Gwen yang bisa membuat semua ini terjadi.

"Aku nggak tahu kamu datang," ucap Zaland.

Pria itu meraba sesuatu yang ada di balik gaun tidur istrinya. Celana dalam renda yang sudah pria itu rasakan melalui telapak tangannya dilepas dan Jorjia diajak mundur untuk menyentuh pinggiran ranjang yang ada.

"Aku cari kamu." 

PUAN DIGILIR CINTA/TAMAT/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang