-ROSIE-
Aku meliriknya ketika aku menyadari bahwa akulah satu-satunya yang meniup lilin.
Di sanalah matanya yang bingung dan bertanya-tanya menatapku seolah aku baru saja membocorkan rahasia dunia ini. Ada apa dengan si kecil ini, apa dia tidak ingin ada seseorang berulang tahun yang sama dengannya?
"Nini apa kamu terkejut sekali karena mempunyai ulang tahun yang sama denganku." Aku membuat lelucon.
Aku mengambil korek api lagi untuk menyalakan lilinnya, dia mungkin akan menangis dan merajuk karena aku meniup lilinnya terlebih dahulu.
Saat mencoba menyalakan lilin lagi, dia menghentikanku dengan meraih kedua pipiku dan membuatku menghadapnya.
Sekarang aku terkejut dengan apa yang dia lakukan.
"Katakan padaku, Rosie, jika aku tidak datang ke sini di tempat persembunyianmu, apakah kamu akan merayakan ulang tahunmu sendirian?" dia bertanya sambil menatap mataku.
Tanpa pikir panjang aku mengangguk padanya.
Yah, aku selalu melakukan itu.
Apa dia lupa aku adalah Rosie.
Matanya melembut dan dia membelai pipiku dengan ibu jarinya sebelum berbicara lagi.
"Apa kamu selalu merayakannya sendirian, Rosie? Apa kamu kesepian?" Aku meraih tangannya untuk menurunkannya dan hanya mengalihkan perhatianku ke lilin.
Apakah dia tampak sedih dan kasihan padaku? Aku tidak suka raut wajahnya yang sekarang.
Aku tidak ingin reaksi seperti itu darinya, tatapan kasihan, karena tatapan itu mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang tak pernah gagal membuat hatiku remuk menahan sakit.
"Aku baik-baik saja sendirian Nini.. Dan sebagai catatan, pernah ada yang bersamaku di kesempatan ini dan itu
Tadi hehehhe." Aku mencoba mencairkan suasana.Sisinya suram.
Dan di sanalah aku akhirnya menyalakan lilinnya.
"Nah, Nona Kim, jangan bersedih, aku tidak bermaksud meniup lilinmu tadi... buatlah permohonan.." Aku tersenyum padanya.
Dia menghela nafas sebelum menutup matanya, mungkin gadis cantik ini sedang membuat permintaan.
Lalu dia meniup lilinnya, aku pun ikut tersenyum.
Terasa sangat hangat. Dia bersamaku saat ini di dalam tempat persembunyianku di jam-jam larut malam ini.
Aku sudah sangat lama merindukan kehangatan ini dan hanya Jennie yang bisa melakukannya.
Kenapa gadis itu baru pindah sekarang padahal sekolah itu miliknya, pola pikirnya sangat dipertanyakan. Ha ha ha.
Sebuah jentikan di dahiku membawaku kembali dari masa sekarang. Kami duduk di sofaku bersebelahan sambil mendengarkan lagu yang diputar di vynilku dan memakan kue kami yang dipadukan dengan hot choco.
"Apa yang kamu pikirkan dan mengapa kamu tersenyum disana Rosie?" dia bertanya sambil membetulkan rambut kecil yang menutupi wajahnya.
"Tidak ada, Apakah dilarang untuk tersenyum?" Aku tidak bisa menahan diri jadi aku merapikan rambutnya dengan tanganku dan menyelipkannya di telinganya.
"Aku baru ingat kalau aku hendak membeli sepeda itu." Aku menunjuk gambar sepeda di sampingnya.
Dia melihatnya dan tersenyum.
"Aku bisa membelinya" dia menyatakan.
"Aku tau, Aku berharap semua orang kaya raya."
Dia dengan agresif menatapku sekarang sambil mengerutkan kening.
"Bodoh! yang ingin kukatakan adalah aku bisa membelikannya untukmu!"
"Ah kamu mau memberiku pinjaman? Tenang saja Nini, aku tidak mau berhutang uang padamu. Aku sudah menabung.. Tidak usah repot-repot, sayang."
"Apakah aku terlihat seperti rentenir bagimu bodoh?!!" ia mengangkat alisnya seolah menantang.
"Nini, kalau kamu membelikannya untukku, apa yang akan aku hadiahkan untuk diriku sendiri? Dan apa yang akan aku lakukan dengan uang yang aku tabung untuk membeli sepeda itu?.." kataku cemberut.
"Wah kamu memang Aneh 100%!"
Dan kamu benar-benar seorang bintang Jennie.
"Ah Nini, aku ingin bertanya apakah kamu menyukai apa yang kuberikan padamu." tanyaku sambil memperhatikannya melihat lukisanku yang lain.
Dia mengalihkan perhatiannya kepadaku ketika dia mendengar pertanyaanku. Dia perlahan tersenyum sebelum menjawabku.
"Lukisan itu bagus sekali Rosie, aku memang pantas dilukis oleh tangan terampilmu bahkan orang tuaku pun menyukainya. Mereka berencana untuk memajangnya di ruang tamu kita."
Wah aku tersanjung dengan apa yang dia katakan jadi aku memberinya senyuman lebar.
Sebuah lagu familiar terdengar saat dia berjalan kembali ke tempatku berada.
Dia benar-benar cantik, perpaduan berbagai hal yang membumbui kepribadiannya yang membuatnya menonjol bahkan di ruangan yang penuh dengan seni unik. Dia sendiri adalah seorang seni.Aku tersipu saat dia mendekatkan wajahnya ke arahku dengan jarak yang sangat dekat.
"Kamu sudah memberiku hadiah tadi, Rosie, bolehkah aku memberimu ini sebagai pertukaran?" katanya sambil menaruh sesuatu di leherku.
"Selamat Ulang Tahun untukmu, ayo rayakan ulang tahun kita bersama-sama, oke?"
Aku merasakan benda yang dia gantungkan di leherku, Itu kalung Bulgari.
Aku bahagia bukan karena kalungnya tapi karena apa yang dia katakan, aku akan punya seseorang untuk menghabiskan ulang tahunku bersama, aku sungguh bersemangat.
..
Aku sedang sibuk mencari pakaian untuk dipakai ke pesta Jennie nanti dan tiba-tiba tersenyum mengingat perkataannya tadi malam.
Aku membuka kembali kartu undangan yang ada di meja riasku untuk memastikan bahwa apa yang kuambil di lemari adalah benar.
Dress code : Evening gown and Tux
Sial, dimana aku bisa mendapatkan Evening gown???
Aku hanya punya gaun kasual. Tidak bisakah aku memakai pakaian compang-camping serba hitam seperti yang selalu aku lakukan di acara-acara yang dihadiri keluargaku yang bahkan aku tidak tahu kalau aku diundang karena aku tidak terlihat oleh semua orang sehingga orang-orang tidak menyadari tema pakaianku.
Tapi karena Jennie bisa melihatku, jadi aku tidak punya pilihan, aku harus terlihat cantik demi dewi itu.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You
Mystery / Thriller"Tunggu, apa kamu bisa melihatku?" "Ya! Haruskah aku tidak?!.. Aku punya mata bodoh!.." (Masih tahap Revisi)